Share

Bab 4

Author: Luis Gracia
Mendengar jawabanku, ibu Benson tampak sedikit terkejut dan menatapku sejenak. Saat melihat wajahku tanpa tanda-tanda marah, ekspresinya sedikit melunak.

“Baguslah kalau kamu bisa mengerti. Bagaimanapun juga, keluarga ini nggak mungkin dibiarkan tanpa penerus.”

“Untung saja Benson itu orang yang setia kawan. Kalau nggak, aku juga nggak akan bisa mendapatkan cucu.”

Sambil berbicara, ibu Benson membelai perut Tasya, wajahnya terlihat penuh kegembiraan.

Namun bagiku, semua itu terdengar begitu ironis.

Setia kawan?

Kalau Celvin tahu bahwa menjaga istrinya berarti membuat Tasya mengandung anak Benson, mungkin dia akan berontak sampai penutup peti matinya tak bisa menahannya di dalam.

Melihat aku diam saja, Tasya melirikku dengan ragu.

“Yuna, kamu masih marah pada aku dan Benson?”

“Aku sungguh hanya ingin punya anak sendiri. Aku sendirian di rumah, rasanya sangat sepi dan menakutkan.”

Sambil bicara begitu, Tasya terisak pelan, seolah-olah baru saja mendapat perlakukan paling kejam di dunia.

Ibu Benson buru-buru memberinya tisu untuk menyeka air mata, lalu menatapku dengan tak senang.

“Yuna, kamu itu ayam betina yang nggak bisa bertelur, nggak pantas marah-marah di sini. Anak yang dikandung Tasya ini adalah darah daging keluarga ini dan dia harus melahirkannya.”

Aku menatap dingin dua orang yang begitu serentak di depanku, lalu berkata,

“Baiklah, kebetulan sekali, aku akan memberikan posisiku pada Tasya. Jadi, nanti anak itu bisa terang-terangan memanggilnya ibu, bukan malah memanggilku ibu dan memanggilnya ibu angkat.”

Aku masih ingin melanjutkan, tapi tiba-tiba Tasya malah berlutut di depanku, memegang ujung celanaku sambil terisak.

“Yuna, aku tahu kamu masih marah, tapi anak ini nggak bersalah. Kamu nggak boleh mencelakainya.”

Aku bingung apakah Tasya memang tidak mengerti maksudku. Dengan dahi berkerut, aku berniat menariknya berdiri, tapi tiba-tiba terdengar bentakan keras.

“Hentikan!”

Begitu masuk, Benson melihat Tasya berlutut sambil menangis dan mengatakan bahwa anak itu tidak bersalah. Dia langsung mengira aku yang menyuruhnya menggugurkan kandungan.

Tanpa pikir panjang, dia menghantam perutku dengan tendangan keras. Tubuhku terhempas jatuh ke lantai bersama kursi.

Rahimku yang baru saja menjalani aborsi beberapa hari lalu masih sangat lemah, sama sekali tak mampu menahan tendangannya.

Tubuhku terasa dingin, seolah tercebur ke dalam air es. Pandanganku berkunang-kunang, perutku terasa perih menusuk.

Di telingaku samar-samar terdengar suara Benson yang masih memaki.

“Yuna, kamu malah mau menyuruh Tasya menggugurkan anaknya? Kejadian waktu di rumah sakit kemarin masih belum cukup? Kamu benar-benar kejam sekali!”

Aku berusaha menahan napas, berdiri dengan sisa tenaga, lalu mengeluarkan perjanjian cerai dari tas dan melemparkannya ke wajah Benson.

“Benson, kita cerai!”

Di tengah tatapan tak percaya darinya, aku berjalan terhuyung menuju pintu. Tapi, baru beberapa langkah, pandanganku gelap dan tubuhku kembali terjatuh.

Sebelum kesadaranku hilang, samar-samar kudengar teriakan orang sekitar,

“Kenapa nyonya mengeluarkan begitu banyak darah?!”

“Cepat panggil ambulans!”

“Yuna!”
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Rintik Hujan Yang Menggugurkan Cinta   Bab 9

    Mungkin karena merasa bersalah, saat bercerai Benson memberiku sejumlah besar harta. Aku pun menerima semuanya. Uang itu cukup membuatku hidup berkecukupan tanpa khawatir soal sandang dan pangan dalam waktu yang lama. Jadi, aku pun memulai perjalanan keliling duniaku.Setiap sampai di suatu tempat, aku selalu mengirimkan kartu pos untuk orang tuaku dan menuliskan pengalaman perjalanan itu di blog.Lama-kelamaan, ternyata blogku mengumpulkan cukup banyak penggemar.Mereka semua kagum pada keberanianku melakukan perjalanan sendirian.Lewat perjalanan-perjalanan itu, aku juga merasakan keindahan alam dan menemukan arti perjalanan hidupku sendiri.Pernikahan lima tahun yang lalu rasanya seperti cerita dari kehidupan yang sudah berlalu.Ketika aku pulang dari salah satu perjalanan keliling dunia, aku kembali mendengar kabar tentang Benson dari mulut orang tuaku.Setelah bercerai denganku, Tasya yang sedang hamil memanfaatkan keadaan untuk naik posisi.Awalnya, Benson menolak. Katanya dia s

  • Rintik Hujan Yang Menggugurkan Cinta   Bab 8

    Aku memandang Tasya yang duduk santai di hadapanku, perlahan menyeruput kopinya. Dia benar-benar berbeda dari yang biasa kulihat saat bersama Benson.Tasya meletakkan cangkirnya, menatapku dengan tatapan meremehkan.“Aku yang Benson cintai, cepat cerai dengannya.”Melihat Tasya yang akhirnya memperlihatkan sikap aslinya, aku tetap tenang dan mengangkat cangkir dan menyesap kopi sedikit.Dari mana kamu tahu aku yang nggak mau cerai?”“Justru yang memohon nggak mau cerai itu Benson.”Tasya sempat terdiam sejenak, kemudian memandangku dengan tatapan penuh kebencian.“Nggak mungkin! Aku sudah mengandung anaknya, dia nggak mungkin nggak menikahiku.”“Pasti kamu yang terus mengejarnya dan nggak mau bercerai!”Detik berikutnya, dia menatapku dan tersenyum dingin.“Kamu belum tahu, ‘kan? Anak dalam kandunganku itu bukan hasil inseminasi buatan seperti yang Benson bilang.”“Aku dan Benson sudah melakukan semuanya sejak lama!”Mendengar berita itu, aku sempat membeku sejenak.Kupikir Benson hany

  • Rintik Hujan Yang Menggugurkan Cinta   Bab 7

    Benson yang sekarang sudah jauh berbeda dengan dulu. Janggutnya tidak terurus, wajahnya tampak lesu dan letih.Begitu melihatku, matanya langsung bersinar dan buru-buru mendekat.“Yuna, bagaimana keadaanmu? Sudah agak membaik?”Aku mengangguk pelan.“Sudah lumayan membaik. Kalau nggak ada urusan lain, aku mau pergi dulu.”Dia buru-buru mengangkat tangan, menghadangku, lalu dengan hati-hati menyodorkan sebuah kotak.Saat kubuka, isinya sepasang cincin.“Yuna, cincin nikah yang kupesan sudah jadi.”Dulu, cincin pernikahan kami adalah hasil desain bersama, punya arti yang sangat istimewa bagi kami.Kami bahkan berjanji, apapun yang terjadi, cincin itu tidak boleh dilepas.Namun entah sejak kapan, aku menyadari cincin di jari manis Benson sudah tidak ada.Saat kutanya, dia malah bilang bahwa Tasya merasa sedih setiap melihat cincin itu, karena mengingatkannya pada mendiang Celvin. Jadi, dia melepaskannya sementara.Waktu itu, aku kesal sekali dan sempat bertengkar hebat dengannya.Karena a

  • Rintik Hujan Yang Menggugurkan Cinta   Bab 6

    Benson langsung panik, suaranya terdengar cemas saat menjelaskan, “Yuna, aku nggak mau cerai denganmu. Aku sungguh nggak tahu kalau kamu hamil sebelumnya. Kenapa kamu nggak memberitahuku?”Mendengar pertanyaannya, aku malah merasa konyol.Baru beberapa hari, Benson seolah sudah melupakan pertanyaan yang pernah kulontarkan di rumah sakit waktu itu.Sebenarnya, pertanyaan di hari itu adalah kesempatan terakhir yang kuberikan untuknya, sekaligus kesempatan terakhir bagi pernikahan kami.Namun, dia mengecewakanku.Pada akhirnya, dia tetap memilih Tasya tanpa ragu sedikit pun.“Di rumah sakit hari itu, saat kamu dan Tasya hendak pergi, aku memanggilmu dan menanyakan sesuatu. Kamu masih ingat?”Awalnya, ekspresi Benson tampak bingung. Lalu perlahan berubah menjadi penuh kesedihan dan tak percaya.Suaranya terdengar bergetar, “Jadi, hari itu kamu ke rumah sakit bukan karena sakit, tapi untuk aborsi?”Aku mengangguk tenang.“Iya.”Benson jelas mengingat jawabannya waktu itu.Dialah yang memb

  • Rintik Hujan Yang Menggugurkan Cinta   Bab 5

    Saat tersadar kembali dan membuka mata, yang pertama kulihat adalah ibu yang diam-diam meneteskan air mata.Begitu menyadari aku sudah terbangun, ibu buru-buru menyeka air matanya, lalu menggenggam tanganku erat sambil bertanya dengan penuh perhatian, “Yuna, bagaimana sekarang? Sudah enakan?”Waktu tahu Tasya mengandung anak Benson, aku tidak menangis.Saat terbaring di meja operasi yang dingin, merasakan nyawa kecil dalam rahimku perlahan menghilang, aku pun tidak menangis.Namun, saat melihat wajah ibu yang penuh kesedihan, aku tak mampu lagi menahan sakit di hati, tangisanku pun pecah.Ibu segera memelukku erat, menepuk lembut punggungku. Suaranya terdengar penuh kesedihan, “Ibu nggak tahu kamu melalui semua penderitaan itu. Ibu yang datang terlambat.”“Begitu keluar dari rumah sakit, langsung ceraikan Benson! Yunaku bukan untuk diinjak-injak seenaknya!”Aku mengangguk kuat-kuat, lalu menangis sepuasnya dalam pelukan ibu.Saat ayah masuk, aku sudah menenangkan perasaanku.Ayah mema

  • Rintik Hujan Yang Menggugurkan Cinta   Bab 4

    Mendengar jawabanku, ibu Benson tampak sedikit terkejut dan menatapku sejenak. Saat melihat wajahku tanpa tanda-tanda marah, ekspresinya sedikit melunak.“Baguslah kalau kamu bisa mengerti. Bagaimanapun juga, keluarga ini nggak mungkin dibiarkan tanpa penerus.”“Untung saja Benson itu orang yang setia kawan. Kalau nggak, aku juga nggak akan bisa mendapatkan cucu.”Sambil berbicara, ibu Benson membelai perut Tasya, wajahnya terlihat penuh kegembiraan.Namun bagiku, semua itu terdengar begitu ironis.Setia kawan?Kalau Celvin tahu bahwa menjaga istrinya berarti membuat Tasya mengandung anak Benson, mungkin dia akan berontak sampai penutup peti matinya tak bisa menahannya di dalam.Melihat aku diam saja, Tasya melirikku dengan ragu.“Yuna, kamu masih marah pada aku dan Benson?”“Aku sungguh hanya ingin punya anak sendiri. Aku sendirian di rumah, rasanya sangat sepi dan menakutkan.”Sambil bicara begitu, Tasya terisak pelan, seolah-olah baru saja mendapat perlakukan paling kejam di dunia.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status