Share

Bab 3

Author: Luis Gracia
Seketika, Benson berhenti.

Tasya memegangi perutnya, meliriknya sekilas. Lalu, membisikkan sesuatu di telinganya yang tak bisa kudengar.

Benson pun menoleh padaku.

“Yuna, kamu nggak perlu pakai cara seperti ini untuk menipuku.”

“Bagaimanapun juga, aku nggak akan meninggalkan Tasya.”

Setelah itu, mereka pun berjalan beriringan pergi tanpa menoleh lagi.

Seketika, aku benar-benar mati rasa.

Seorang anak yang tidak diharapkan sebaiknya memang tidak datang ke dunia ini.

Pernikahan yang sudah retak cepat lambat akan runtuh juga.

Selesai operasi dan pulang ke rumah, aku mendapati seluruh ruangan gelap gulita.

Beberapa hari berturut-turut, Benson tidak pulang.

Aku pun tidak menelepon dan bertanya dia di mana. Aku hanya berdiam di rumah, menjalani masa pemulihan, sambil menghubungi pengacara menanyakan soal perceraian.

Saat kembali melihat Benson, itu lewat unggahan instagram Tasya.

Pria yang biasanya tak suka difoto, kini memakai bando kartun dan berpose bersama Tasya untuk pemotretan kehamilan.

Keduanya saling membelai perutnya, bertatapan mesra, persis seperti pasangan yang sedang menantikan kelahiran anak mereka.

Kali ini, aku menekan tombol like.

Beberapa hari tanpa kabar, tiba-tiba Benson menelepon dan menyuruhku makan malam di rumah keluarga besarnya.

Belakangan ini, aku sudah mengemas banyak barang pribadiku. Surat perjanjian cerai pun sudah disiapkan oleh pengacara. Rasanya memang sudah saatnya memberitahunya dan keluarganya soal keputusan ini, jadi aku pun mengiyakan ajakannya.

Saat tiba di rumah keluarga besarnya, kursi yang biasanya kududuki di meja makan sudah diduduki orang lain, yaitu Tasya.

Ibu Benson menggenggam tangan Tasya sambil berbicara dengan lembut. Wajahnya terlihat penuh senyuman, wajah yang tak pernah ditunjukkan padaku selama lima tahun aku menjadi menantunya.

Sejak awal, ibu Benson memang tidak menyukaiku. Apalagi selama lima tahun menikah aku belum juga hamil, itu membuatnya semakin dingin padaku.

Dulu, aku sempat berpikir bahwa kehamilanku bisa mencairkan hubunganku dengannya. Sekarang, itu sudah tak ada artinya lagi.

Saat melihatku, Tasya tersenyum canggung.

“Yuna, setelah tahu aku hamil, tante bersikeras mengajakku tinggal di sini biar bisa merawatku. Jangan salah paham, ya….”

Aku malas menanggapinya dan langsung menarik kursi untuk duduk.

Ibu Benson menatapku dari ujung kepala hingga ujung kaki, lalu menepuk punggung tangan Tasya, sambil berkata dengan nada penuh sindiran,

“Yuna, kamu sudah menikah dengan Benson lima tahun tapi belum juga hamil, aku sudah nggak sabar ingin menimang cucu.”

“Tasya ini anak yang malang. Suaminya meninggal dan dia hidup sendirian, untungnya ada Benson yang menjaganya.”

“Sekarang, dia juga sudah mengandung cucu keluarga kami. Aku membawanya tinggal di sini, kamu nggak keberatan, ‘kan?”

Perkataannya yang terdengar seperti bertanya padahal sebenarnya sindiran halus, sudah biasa kudengar.

Namun sekarang, apa pun yang terjadi antara Tasya dan keluarga Benson, aku sudah tak peduli lagi.

Aku hanya mengangguk pelan.

“Aku nggak keberatan.”
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Rintik Hujan Yang Menggugurkan Cinta   Bab 9

    Mungkin karena merasa bersalah, saat bercerai Benson memberiku sejumlah besar harta. Aku pun menerima semuanya. Uang itu cukup membuatku hidup berkecukupan tanpa khawatir soal sandang dan pangan dalam waktu yang lama. Jadi, aku pun memulai perjalanan keliling duniaku.Setiap sampai di suatu tempat, aku selalu mengirimkan kartu pos untuk orang tuaku dan menuliskan pengalaman perjalanan itu di blog.Lama-kelamaan, ternyata blogku mengumpulkan cukup banyak penggemar.Mereka semua kagum pada keberanianku melakukan perjalanan sendirian.Lewat perjalanan-perjalanan itu, aku juga merasakan keindahan alam dan menemukan arti perjalanan hidupku sendiri.Pernikahan lima tahun yang lalu rasanya seperti cerita dari kehidupan yang sudah berlalu.Ketika aku pulang dari salah satu perjalanan keliling dunia, aku kembali mendengar kabar tentang Benson dari mulut orang tuaku.Setelah bercerai denganku, Tasya yang sedang hamil memanfaatkan keadaan untuk naik posisi.Awalnya, Benson menolak. Katanya dia s

  • Rintik Hujan Yang Menggugurkan Cinta   Bab 8

    Aku memandang Tasya yang duduk santai di hadapanku, perlahan menyeruput kopinya. Dia benar-benar berbeda dari yang biasa kulihat saat bersama Benson.Tasya meletakkan cangkirnya, menatapku dengan tatapan meremehkan.“Aku yang Benson cintai, cepat cerai dengannya.”Melihat Tasya yang akhirnya memperlihatkan sikap aslinya, aku tetap tenang dan mengangkat cangkir dan menyesap kopi sedikit.Dari mana kamu tahu aku yang nggak mau cerai?”“Justru yang memohon nggak mau cerai itu Benson.”Tasya sempat terdiam sejenak, kemudian memandangku dengan tatapan penuh kebencian.“Nggak mungkin! Aku sudah mengandung anaknya, dia nggak mungkin nggak menikahiku.”“Pasti kamu yang terus mengejarnya dan nggak mau bercerai!”Detik berikutnya, dia menatapku dan tersenyum dingin.“Kamu belum tahu, ‘kan? Anak dalam kandunganku itu bukan hasil inseminasi buatan seperti yang Benson bilang.”“Aku dan Benson sudah melakukan semuanya sejak lama!”Mendengar berita itu, aku sempat membeku sejenak.Kupikir Benson hany

  • Rintik Hujan Yang Menggugurkan Cinta   Bab 7

    Benson yang sekarang sudah jauh berbeda dengan dulu. Janggutnya tidak terurus, wajahnya tampak lesu dan letih.Begitu melihatku, matanya langsung bersinar dan buru-buru mendekat.“Yuna, bagaimana keadaanmu? Sudah agak membaik?”Aku mengangguk pelan.“Sudah lumayan membaik. Kalau nggak ada urusan lain, aku mau pergi dulu.”Dia buru-buru mengangkat tangan, menghadangku, lalu dengan hati-hati menyodorkan sebuah kotak.Saat kubuka, isinya sepasang cincin.“Yuna, cincin nikah yang kupesan sudah jadi.”Dulu, cincin pernikahan kami adalah hasil desain bersama, punya arti yang sangat istimewa bagi kami.Kami bahkan berjanji, apapun yang terjadi, cincin itu tidak boleh dilepas.Namun entah sejak kapan, aku menyadari cincin di jari manis Benson sudah tidak ada.Saat kutanya, dia malah bilang bahwa Tasya merasa sedih setiap melihat cincin itu, karena mengingatkannya pada mendiang Celvin. Jadi, dia melepaskannya sementara.Waktu itu, aku kesal sekali dan sempat bertengkar hebat dengannya.Karena a

  • Rintik Hujan Yang Menggugurkan Cinta   Bab 6

    Benson langsung panik, suaranya terdengar cemas saat menjelaskan, “Yuna, aku nggak mau cerai denganmu. Aku sungguh nggak tahu kalau kamu hamil sebelumnya. Kenapa kamu nggak memberitahuku?”Mendengar pertanyaannya, aku malah merasa konyol.Baru beberapa hari, Benson seolah sudah melupakan pertanyaan yang pernah kulontarkan di rumah sakit waktu itu.Sebenarnya, pertanyaan di hari itu adalah kesempatan terakhir yang kuberikan untuknya, sekaligus kesempatan terakhir bagi pernikahan kami.Namun, dia mengecewakanku.Pada akhirnya, dia tetap memilih Tasya tanpa ragu sedikit pun.“Di rumah sakit hari itu, saat kamu dan Tasya hendak pergi, aku memanggilmu dan menanyakan sesuatu. Kamu masih ingat?”Awalnya, ekspresi Benson tampak bingung. Lalu perlahan berubah menjadi penuh kesedihan dan tak percaya.Suaranya terdengar bergetar, “Jadi, hari itu kamu ke rumah sakit bukan karena sakit, tapi untuk aborsi?”Aku mengangguk tenang.“Iya.”Benson jelas mengingat jawabannya waktu itu.Dialah yang memb

  • Rintik Hujan Yang Menggugurkan Cinta   Bab 5

    Saat tersadar kembali dan membuka mata, yang pertama kulihat adalah ibu yang diam-diam meneteskan air mata.Begitu menyadari aku sudah terbangun, ibu buru-buru menyeka air matanya, lalu menggenggam tanganku erat sambil bertanya dengan penuh perhatian, “Yuna, bagaimana sekarang? Sudah enakan?”Waktu tahu Tasya mengandung anak Benson, aku tidak menangis.Saat terbaring di meja operasi yang dingin, merasakan nyawa kecil dalam rahimku perlahan menghilang, aku pun tidak menangis.Namun, saat melihat wajah ibu yang penuh kesedihan, aku tak mampu lagi menahan sakit di hati, tangisanku pun pecah.Ibu segera memelukku erat, menepuk lembut punggungku. Suaranya terdengar penuh kesedihan, “Ibu nggak tahu kamu melalui semua penderitaan itu. Ibu yang datang terlambat.”“Begitu keluar dari rumah sakit, langsung ceraikan Benson! Yunaku bukan untuk diinjak-injak seenaknya!”Aku mengangguk kuat-kuat, lalu menangis sepuasnya dalam pelukan ibu.Saat ayah masuk, aku sudah menenangkan perasaanku.Ayah mema

  • Rintik Hujan Yang Menggugurkan Cinta   Bab 4

    Mendengar jawabanku, ibu Benson tampak sedikit terkejut dan menatapku sejenak. Saat melihat wajahku tanpa tanda-tanda marah, ekspresinya sedikit melunak.“Baguslah kalau kamu bisa mengerti. Bagaimanapun juga, keluarga ini nggak mungkin dibiarkan tanpa penerus.”“Untung saja Benson itu orang yang setia kawan. Kalau nggak, aku juga nggak akan bisa mendapatkan cucu.”Sambil berbicara, ibu Benson membelai perut Tasya, wajahnya terlihat penuh kegembiraan.Namun bagiku, semua itu terdengar begitu ironis.Setia kawan?Kalau Celvin tahu bahwa menjaga istrinya berarti membuat Tasya mengandung anak Benson, mungkin dia akan berontak sampai penutup peti matinya tak bisa menahannya di dalam.Melihat aku diam saja, Tasya melirikku dengan ragu.“Yuna, kamu masih marah pada aku dan Benson?”“Aku sungguh hanya ingin punya anak sendiri. Aku sendirian di rumah, rasanya sangat sepi dan menakutkan.”Sambil bicara begitu, Tasya terisak pelan, seolah-olah baru saja mendapat perlakukan paling kejam di dunia.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status