Share

Kalung Rasi Bintang

Mata tajam Arsa begitu awas melihat kedatangan empat orang dewa yang sama kuat seperti dirinya. Pun dengan Hara yang memegang erat tangan suaminya. Sangat mudah diprediksi jika sebentar lagi akan pecah pertarungan besar. Empat lawan satu, sudah jelas siapa yang akan menang. Sebab lawan Arsa sama tangguhnya.

“Suamiku, sudah, relakan saja kalau memang aku harus dicambuk. Sepertinya hukuman ini tidak akan pernah bisa aku elakkan, walau bukan aku pelakunya.” Tubuh Hara gemetar ketika melihat empat dewa besar itu mengeluarkan masing-masing pedangnya.

“Bagaimana kalau kita mati bersama saja, Istriku.” Arsa tersenyum.

Lalu dari tangan kanannya muncul sebuah pusaran energi berwarna biru dan lama-lama membentuk sebuah pedang dengan ukuran yang lebih besar. Pedang itu yang ia gunakan untuk menutup portal iblis.

“Tidak. Kau dewa perang, kau sangat penting bagi umat manusia. Tidak denganku yang hanya dewi kecil.” Tiba-tiba saja tubuh lembut Hara terbang dan mendarat di satu tempat.

Sang dewa perang mendorong istrinya menjauh, tak lupa sebuah perisai yang melindungi Dewi Hara. Puluhan prajurit langit yang ingin menangkap dewi kebaikan terpental begitu saja. Dewi Ambaramurnni menatap Hara dengan penuh rasa tidak suka serta cemburu. Seharusnya dia yang mendapatkan cinta Arsa sepenuh hati.

Hara menatap Arsa yang sedang menatap empat dewa besar lainnya. Sedangkan di kursi yang agung Raja dan Ratu langit menikmati sajian secangkir teh dari daun plum sambil tersenyum. Mereka menikmati pertunjukkan di depan mata.

Dewa penjaga gerbang langit maju dan mengeluarkan cambuk yang terbuat dari kilat murni. Arsa menangkisnya. Dua dewa itu saling serang dan dorong. Kemudian Dewa api mengeluarkan kekuatannya, masih bisa ditangkis Arsa dengan tangan kirinya.

“Sepertinya persahabatan kita berakhir sampai di sini,” ucap Arsa. Peluh menetes membasahi dahinya.

“Pertimbangakan lagi, Dewa Arsa. Kita sudah bersahabat ribuan tahun. Sedangkan kau dan Hara baru hidup bersama ratusan tahun. Relakan dia, masih ada dewi lain yang lebih layak mendampingimu.”

Kemudian tubuh dewa api masuk dalam pusaran angin kencang, berputar-putar, terpental dan terpelanting menghantam tiang langit hingga dadanya sakit dan memuntahkan darah. Kontan saja dewa api tidak sadarkan diri setelahnya.

“Barbar sekali,” ucap ratu langit sambil membersihkan bibirnya dari sisa teh.

“Tidak ada satu dewa atau orang pun yang boleh mengatur kehidupanku.” Dewa Arsa mundur sejenak. Barusan ia menggunakan kekuatan cukup besar untuk memukul mundur dewa api. Sedangkan ia sendiri baru saja pulang dari menutup portal iblis.

“Ringkus keduanya. Besok malam kita ada perayaan di aula depan. Aku tidak mau ada sisa-sisa keributan di sini.” Ratu Langit beranjak dari singgasananya ditemani empat orang dayang.

Sang raja masih memperhatikan. Sebenarnya raja langit begitu amat menyayangi Arsa, bahkan sudah dianggap anak sendiri. Sayangnya peraturan tetaplah peraturan.

Tiga dewa besar melawan Arsa, mereka sama-sama mengatur strategi dari dalam kepala. Dewa gunung melompat terlebih dahulu. Lalu setelah melompat ia berubah ke wujud aslinya, yaitu seekor macan kumbang. Arsa melompat dan berada tepat di depan Dewi Hara. Pedang petirnya ia gunakan untuk menahan tangan seekor macan kumbang yang ingin menghancurkan perisai tersebut.

Disusul dua dewa lainnya yang juga berubah ke dalam wujud asli, seekor serigala dan burung elang. Melihat ketiganya kembali dalam wujud agung, Arsa melakukan hal yang sama, ia kembali dalam bentuk harimau putih besar lengkap dengan zirah perangnya. Cakar dan taring Arsa siaga untuk membekuk tiga dewa yang menjadi lawannya.

Pertarungan besar tidak dapat lagi dielakkan. Seekor elang melompat dan mencakar kepala harimau putih itu. Lalu serigala pula datang mencabik dan mengoyak zirah perang dengan taringnya. Langit kembali bergemuruh karena pertempuran para dewa.

Dampaknya petir saling meyambar dan hujan turun dengan lebat membasahi bumi. Belum ada tanda-tanda siapa yang akan menang. Meski Arsa sendirian, ia tidak mudah untuk dikalahkan.

“Dewi Hara, lihatlah, hanya karena ulahmu saja langit jadi porak-poranda. Dewi kecil sepertimu sungguh tidak tahu diri.” Dewi Ambar mendekat. Telapak tangannya menyentuh perisai yang melindungi dewi kebaikan, dan terasa sengatan yang menyakitkan.

“Aku tidak bersalah, Dewi Ambar. Suamiku hanya berusaha melindungiku saja,” jawab Dewi Hara.

Dewi kebaikan itu menutup mulutnya ketika harimau putih yang merupakan jelmaan suaminya terpelenting dan kembali dalam wujud manusia. Namun, Arsa masih kuat bertahan.

“Tidak bersalah? Jadi kau ingin mengatakan kalau Raja dan Ratu Langit yang salah mendugamu? Sudah jelas-jelas kau bersekongkol dengan Raja Iblis, yang di dalam portal itu suamimu, kau begitu tega, Dewi Hara.” Dewi Ambar ingin menolong lelaki yang ia cintai, tapi … masuk dalam pertempuran itu sama saja cari mati.

“Sampai mati pun aku tidak akan mengakui perbuatan itu. Tidak mungkin aku mencelakai suamiku sendiri sampai Arsa terkurug di dalam portal selama sepuluh tahun. Aku mencintai Arsa, lebih besar daripada cintamu padanya, Ambar.” Sang dewi kebaikan tahu apa isi hati dewi bunga. Sayangnya hubungan antara Hara dan Arsa dari dulu tidak berhasil pihak ketiga untuk datang.

“Kau, aku akan sangat bahagia melihatmu disambar petir seribu kali.” Dewi Ambar melayang dan menghindar ketika kilatan petir mengenai perisai yang melindungi Dewi Hara. Perisai tersebut hancur dan wajah Dewi Hara berdarah di bagian pipi.

Ketika pertarungan terus berlangsung dan belum juga ada yang kalah, salah satu dewa yang paling tua bahkan lebih tua daripada raja langit memperhatikan dari belakang pilar. Ia menggeleng melihat sang dewa perang dikeroyok teman-temannya sendiri.

“Mungkin ini saatnya.” Dewa tersebut memegang kalungnya yang berisikan simbol dari tujuh rasi bintang. Simbol itu ia genggam dan dari tangannya keluar sebuah titik-titik energi aneka warna. Titik energi itu menghantam Arsa lalu masuk ke dalam tubuh Dewi Hara.

“Hah, apa ini? Kenapa napasku tiba-tiba sesak.” Dewi kebaikan itu jatuh dan terduduk.

Hara nyaris tak bisa bernapas. Seolah-olah ada yang masuk dan memotong-motong arwahnya hingga pecah jadi tujuh. Lalu dewa paling tua itu menghilang. Ia menuju satu tempat di mana untuk menanti ke mana Arsa akan dilempar.

Melihat istrinya tak berdaya, konsentrasi Dewa Arsa langsung buyar. Pedangnya terpental begitu saja ketika disambar oleh kilat milik dewa penjaga gerbang langit . Tak lagi ia hiraukan pertarungan itu. Arsa mendekati Hara yang tergeletak tanpa sebab.

“Hara, bangun, sadarlah, kau tidak boleh mati.” Arsa menepuk pipi halus istrinya. Hara sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Tiga orang dewa yang ingin meringkus Arsa jadi menurunkan senjatanya.

Napas Dewi Hara tinggal satu demi satu. Arsa mencoba menarik benda asing yang masuk ke dalam tubuh istrinya. Namun, benda itu begitu kuno dan sakti, hingga ditarik oleh kekuatan apa pun tidak akan keluar.

“Apa yang kalian tunggu. Cepat jalankan hukuman!” Titah dari raja langit telah turun.

Dua dewa yang lain menangkap, mengikat dan menjatuhkan tubuh Arsa. Bahkan dewa gunung menginjak punggung dewa perang dengan kaki kirinya.

“Maafkan, kami hanya menjalankan perintah!” Dewa air dan dewa gunung mengabaikan persahabatan mereka selama ribuan tahun.

“Hara, bangun, cepat pergi dari sini!” Arsa sudah kehabisan energi. Walau sudah berkali-kali ia panggil, Hara tetap tidak membuka matanya.

“Hukuman tetaplah hukuman, Dewa Arsa. Setelah ini kami akan berbuat seribu kebajikan untuk menebus kesalahan kami.” Dewa penjaga gerbang langit menaikkan pedangnya tinggi-tinggi.

Langit yang mendung dengan awan pekat. Kilat yang bersahut-sahutan serta hujan lebat tadinya turun mendadak diam mendengar seruan sang dewa penjaga gerbang langit. Semuanya berputar menjadi satu dalam sebuah pusaran angin.

Mata indah Dewi Hara melihat kumpulan petir keluar dari pusaran angin tersebut. Ia sadar usianya tak akan lama lagi. Kumpulan petir itu telah genap sampai seribu. Dewa penjaga gerbang langit menggerakkan pedangnya. Badai tersebut mengeluaran kilatan yang membentuk akar pohon dan menyambar tubuh Dewi Hara yang tergeletak tak berdaya.

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status