Share

Bab 5

Author: Timmy
“Ma, jangan bercanda. Fiona harus fokus menjaga kandungan, mana sempat mengurus Erika.”

Melihat raut Fiona yang berubah, Dimas lekas turun tangan membantunya menolak.

Namun yang mengejutkan, Fiona justru tersenyum tipis.

“Aku nggak keberatan, biarkan saja dia tinggal di rumah.”

Dan begitulah, Erika pun benar-benar tinggal seatap bersama mereka.

Menjelang senja, asisten rumah tangga kembali membawa nampan makanan.

Isinya sama seperti biasanya. Sup, kacang walnut, dan anggur.

Fiona akhirnya tak bisa menahan diri lagi.

Dengan sekali gerakan, dia membalik nampan ke lantai.

“Harus berapa kali kukatakan baru kalian mengerti? Aku nggak mau makan ini!”

Dengan wajah cemas, Dimas segera berlari menghampiri. Dia langsung merengkuh Fiona ke dalam pelukannya, melindunginya erat-erat.

“Fiona, kamu nggak apa-apa, ‘kan? Kena cipratan sup panas nggak tadi?”

Fiona hanya menggeleng pelan, tak mengucapkan sepatah kata pun.

Setelah memastikan istrinya baik-baik saja, Dimas menghela napas lega.

Namun saat menoleh ke arah asisten rumah tangga, suaranya langsung dingin menusuk.

“Kalau nyonya nggak makan, jangan dipaksa! Dasar nggak berguna, melayani seorang wanita hamil saja nggak becus!”

“Kak Fiona lagi nggak nafsu makan?” Erika melangkah maju dengan wajah penuh kepura-puraan.

“Bagaimana kalau aku buatkan sup iga tomat? Itu bisa menambah selera sekaligus bagus untuk kandungan.”

Fiona bahkan enggan meliriknya. Dia hanya menunduk dan berucap pelan, “Aku capek. Aku mau kembali ke kamar. Kalian saja yang makan.”

Selesai berkata, Fiona langsung berbalik meninggalkan ruangan.

Kepala terasa berat, tubuh letih, Fiona tertidur begitu saja.

Namun tiba-tiba, suara dering ponsel yang menusuk telinga membangunkannya.

Dengan kening berkerut, dia menatap layar.

Sebab jelas-jelas dia ingat, sebelum tidur tadi sama sekali tak menyetel alarm.

Saat masih diliputi rasa heran, ponselnya kembali bergetar. Sebuah pesan baru masuk dari Erika. Kata-katanya penuh provokasi.

[Hei Bumil! Berani nggak datang ke ruang kerja Dimas?]

Fiona menatap pesan itu lama sekali.

Akhirnya, dia tetap bangkit dan melangkah menuju ruang kerja suaminya.

Pintu hanya tertutup setengah. Begitu dia mendekat, telinganya langsung menangkap suara tawa genit Erika.

“Tuanku, jangan kerja terus… temani kelinci mungilmu ini, ya…”

“Jangan bikin ribut!” Suara Dimas terdengar menahan emosi.

“Ini rumah, bukan di luar. Kalau sampai Fiona lihat...”

“Fiona sudah tidur, dia nggak akan tahu…”

Erika meraih tangan Dimas, membimbingnya ke tubuhnya. Suaranya manja dan menggoda.

“Tuan… Erika ini merindukanmu… sudah nggak tahan lagi…”

Tatapan Dimas menggelap.

Dalam sekejap, dia membalikkan tubuh Erika dan menekannya di atas meja kerja.

Ketika tangannya hendak merobek pakaian tidur tipis itu, gerakannya tiba-tiba terhenti.

Mata Dimas menyipit, suara rendahnya penuh keraguan.

“Tunggu… kayak kenal sama baju tidur ini? Bukannya ini… punya Fiona?”

Erika menggigit manja jarinya, matanya berkilat nakal.

“Ya… ini memang punya Fiona. Tapi sekarang… dia ‘kan sudah nggak bisa memakainya lagi.”

Dimas terkekeh rendah, lalu tangannya dengan kuat mencengkeram pinggang ramping Erika.

Di detik itu juga, nafsunya semakin memuncak.

Fiona tahu persis, sebelum hamil, pinggang ramping itu adalah bagian tubuh yang paling disukai Dimas darinya.

Indah, tanpa sedikit pun lemak, tipis seukuran kertas A4.

Setiap kali mereka tenggelam dalam gairah, Dimas selalu mencengkeram pinggang itu erat-erat, seakan tak rela melepaskannya.

Namun kini, tubuhnya berubah. Pinggang ramping itu hilang, digantikan perut buncit yang menandakan kehidupan baru.

Meski mulutnya berkata iba, tapi diam-diam… dia justru mengejar tubuh wanita lain.

“Ah… Tuan, aku benar-benar mencintaimu. Apa Tuan juga mencintaiku?”

Erika mendesah manja, lalu sengaja melingkarkan lengannya di leher Dimas. Suaranya menusuk, tajam, seakan ditujukan untuk telinga Fiona yang bersembunyi di balik pintu.

“Kamu lebih mencintaiku atau Fiona?”

“Jangan tanyakan hal bodoh,” jawab Dimas dingin.

“Orang yang paling kucintai tentu saja Fiona. Dia istriku… dan satu-satunya cinta dalam hidupku.”

Mendengar itu, Erika menoleh ke arah pintu. Matanya dipenuhi kebencian, tajam bagai pisau. Namun dia tak menyerah.

“Kalau begitu, Tuan lebih mencintai tubuhku, atau tubuh Fiona?”

Dimas hanya tertawa rendah, lalu kembali menekan tubuh Erika dengan gerakan semakin liar.

“Tentu saja kamu. Tubuhmu yang luar biasa ini… memang diciptakan untuk dinikmati.”

Erika tersenyum puas, wajahnya penuh kemenangan. Dia memeluk Dimas erat, suaranya semakin keras, semakin provokatif.

Sementara di ambang pintu, Fiona meneteskan air mata.

'Kenapa aku harus menangis?'

Dia bertanya pada dirinya sendiri.

'Bukankah aku sendiri yang membiarkan Erika tinggal di sini?'

'Bukankah semua ini hanya untuk menguji apakah di hati Dimas masih tersisa sedikit saja cinta untukku?'

'Bukankah yang kuinginkan hanyalah kepastian? Apakah dia benar-benar berani, di rumah yang sama, tepat di bawah mataku, tidur dengan selingkuhannya?'

'Sekarang, jawabannya jelas.'

'Selamat, Fiona.'

'Sekarang kamu sudah tahu jawabannya.'
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Romantisme yang Menikam dari Belakang   Bab 24

    Begitu mendengar kata “hukuman mati”, pandangan Mariska berkunang-kunang. Tubuhnya nyaris ambruk. Jantungnya berdebar tak karuan.Untunglah Pak Willy sigap. Dia menenangkan dengan suara tenang tapi tegas, "Selama ada uang, masih ada celah. Masih ada harapan, sekecil apa pun itu."“Pak Willy… asal bisa menyelamatkan anakku, berapa pun harganya aku rela!” Mariska tergopoh, suaranya gemetar.“Sekalipun harus jual rumah… aku akan lakukan. Tolong selamatkan Dimas!”Pak Willy menjelaskan jalan keluarnya dengan lugas, solusi pahit tapi realistis.“Saat ini cuma ada satu cara… mengeluarkan uang agar pihak rumah sakit mau menerbitkan keterangan kalau Dimas mengalami gangguan jiwa. Kalau dinyatakan sakit jiwa, pembunuh nggak perlu bertanggung jawab. Itu artinya… Dimas nggak akan di penjara, tapi akan dikurung di rumah sakit jiwa.”“Setelah Dimas dimasukkan ke rumah sakit jiwa, barulah kita cari cara untuk mengeluarkannya kembali,” tambahnya.“Tapi selama proses itu, perlu banyak uang untuk melic

  • Romantisme yang Menikam dari Belakang   Bab 23

    Erika sudah dipukuli hingga sekujur tubuhnya berlumuran darah. Namun Dimas tak menunjukkan niat sedikit pun untuk berhenti. Matanya merah, penuh amarah, seolah ingin benar-benar membunuh Erika di jalan itu juga.Untungnya, petugas keamanan rumah sakit datang tepat waktu, menahan Dimas sebelum tragedi yang lebih buruk terjadi. Jika tidak… amarah Dimas yang membara bisa saja merenggut nyawa Erika.Meski berhasil dihentikan, aksi kekerasan Dimas tetap terekam oleh para saksi. Video itu kemudian menyebar luas di media sosial, memicu kemarahan dan keterkejutan publik.[Dimas Kehilangan Kendali! Memukuli “Pelakor” di Jalanan Nyaris Mengakibatkan Kematian!]Situasi makin runyam. Nanang yang dulu sudah mengeluarkan banyak uang untuk menekan berita perselingkuhan agar tak tersebar, kini mendapati kabar ini meledak di media. Video Dimas memukuli Erika malah menjadi trending sebelum skandal lama sempat terkubur.Kesal setengah mati, Nanang terkena serangan jantung dan pingsan seketika. Sementara

  • Romantisme yang Menikam dari Belakang   Bab 22

    Selama beberapa waktu ini, seluruh hati dan pikiran Dimas tertuju pada Fiona.Dia terus saja menggila di rumah sakit, sama sekali tak menyadari apa yang terjadi di dunia maya.Hingga akhirnya, bisik-bisik di sekitar menyadarkannya.Sebelum Viktor pergi, sepertinya benar, Viktor pernah berkata bahwa video itu akan diunggah ke internet…Panik, Dimas segera meraih ponsel dan mencarinya.Benar saja. Video perselingkuhannya sudah tersebar luas.Viktor menutupi wajah Fiona dan para dokter yang menangani operasinya, tapi Dimas dan Erika? Tak ada sensor sama sekali, wajah mereka terekspos begitu saja.Begitu video itu beredar, gelombang kemarahan di dunia maya meledak.Netizen menyerbu, menghujat mereka sebagai “pasangan mesum” yang pantas dicemooh.[Gila… aku benar-benar nggak menyangka. Dimas, si ‘pria idaman semua orang’, ternyata begitu menjijikkan di balik layar. Dulu aku bahkan sempat menyukainya… tapi sekarang melihat semua kebejatannya, rasanya seperti menelan lalat hidup, hati ini mua

  • Romantisme yang Menikam dari Belakang   Bab 21

    “Erika… di video itu kamu terlihat sangat puas, bukan? Kamu pikir, selama Fiona meninggalkanku, kamu bisa mulus menggantikannya menjadi istriku?”“Heh! Jangan mimpi! Mana mungkin aku menikahi wanita rendahan sepertimu? Di mataku, kamu nggak ada bedanya dengan wanita-wanita murahan di klub malam. Aku hanya tidur denganmu beberapa kali, dan kamu… benar-benar menganggap dirimu penting?”Dimas langsung mencengkeram leher Erika.Amarah yang membara di dadanya seperti api yang tak bisa dipadamkan, menuntut satu orang untuk menjadi sasaran pelampiasannya.Dan sialnya… Erika tepat berada di depan jalurnya.Seolah tak sengaja, dia menjadi korban kemarahan yang menggebu itu.Dimas menekannya ke dinding, menyalurkan amarah melalui pukulan bertubi-tubi, disertai makian yang kasar.“Wanita jalang! Beraninya kamu provokasi Fiona! Siapa yang kasih kamu keberanian itu, hah?”“Wanita jalang sepertimu, mana pantas dibandingkan dengan Fiona? Kamu bahkan nggak sebanding dengan jari kakinya! Menyamakanmu d

  • Romantisme yang Menikam dari Belakang   Bab 20

    Dimas bergegas ke rumah sakit, dengan polosnya dia mengira saat ini Fiona pasti masih dirawat di sana.Namun siapa sangka, saat dia dan Erika sedang bermesraan, Fiona justru sudah lebih dulu naik pesawat menuju negeri nan asing!“Biarkan aku masuk! Istriku ada di dalam! Aku harus menemui istriku!”Begitu tiba, Dimas langsung bersitegang dengan petugas keamanan di gerbang. Rumah sakit ini khusus untuk kalangan militer, tak terbuka untuk umum.Sebelumnya, karena izin Viktor, petugas sempat membiarkan Dimas masuk. Tapi kini hak istimewa itu dicabut. Otomatis, Dimas tak bisa masuk lagi.Dimas mencoba memaksa, tapi para penjaga bukan petugas keamanan biasa. Mereka mantan tentara, bertubuh kekar dan terlatih. Kalau bukan karena aturan rumah sakit yang melarang kekerasan terhadap warga sipil, mungkin sejak awal Dimas sudah dikeroyok habis-habisan.Gagal, Dimas pun mengganti strategi. Di depan pintu rumah sakit, dia berteriak lantang.“Fiona! Aku tahu kamu ada di dalam! Aku tahu kamu nggak mau

  • Romantisme yang Menikam dari Belakang   Bab 19

    Jelas sekali, Nanang dan Mariska menilai terlalu tinggi para pelayan di rumah mereka.Viktor dan anak buahnya semua berasal dari militer. Kemampuan mereka? Mustahil bisa ditahan oleh orang biasa. Bahkan, Viktor tak perlu turun tangan sendiri. Hanya dengan satu anak buahnya, seluruh pelayan Keluarga Anggara langsung dibuat tak berdaya.Bukan hanya flashdisk gagal direbut, wajah busuk Nanang dan Mariska malah terekam oleh banyak tamu lewat ponsel mereka. Begitu video itu tersebar di internet, reputasi Keluarga Anggara akan hancur berkeping-keping, dipermalukan habis-habisan!Di tengah kekacauan itu, Viktor tetap santai mengendarai SUV-nya meninggalkan lokasi, sementara Mariska terduduk di lantai, menangis histeris tanpa kendali.“Ya Tuhan! Apa yang harus kita lakukan? Keluarga Darmawan benar-benar ingin menghancurkan kita!”“Dasar anak kurang ajar!” Nanang tak bisa melampiaskan amarah pada Viktor. Semua emosinya dia tumpahkan pada Dimas. Dia melangkah maju, menampar putranya dengan keras

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status