Share

Kak Nathan

Pagi yang sama, beberapa saat sebelumnya.

Rose keluar dari kamar kost dengan pakaian yang sudah rapi, namun di depan pintu kamarnya dia mendapati Nathan tengah berdiri tegak menghadap pintu.

"Selamat pagi, Rose." sapanya pagi itu. Senyum yang sama seperti 3 tahun lalu, Nathan tampaknya tak banyak berubah.

"Pagi, kak Nathan kau disini pagi - pagi sekali, apa ada sesuatu?" tanya Rose, dia membalikkan badan membelakangi Nathan lalu menutup dan mengunci pintu kamar kostnya.

"Mm ... Paman menyuruhku mengantarmu ke kantor." ucapnya dengan nada bersemangat.

Rose membalikkan tubuhnya berhadapan dengan Nathan "Aku bisa ke kantor sendiri, kak Nathan baru beberapa hari kembali, lebih baik banyak - banyak istirahat saja." balasnya.

Dia mengangkat kakinya hendak melangkahkan kaki, namun Nathan menghalanginya dengan tangannya kemudian tubuhnya lebih mendekat pada Rose.

"Sementara ini aku tidak menerima misi apapun, jadi memiliki waktu yang cukup senggang. Hanya mengantarmu ke kantor apa begitu keberatan?" tanyanya dengan nada menekan.

Rose menghela nafas panjang "Baiklah, ayo." ujarnya, merekapun pergi bersama - sama.

Namun setibanya dimobil barulah diketahui bahwa bukan hanya Nathan dan Rose saja, tapi juga Ellen. Ellen yang duduk manis di kursi depan, disebelah kursi kemudi. Mau tidak mau Rose pun duduk di kursi belakang.

Mereka bertegur sapa. Menurutnya, hari ini adalah hari pertama Ellen bekerja di salah satu perusahaan di kota tersebut, jadi Nathan mengantarnya. 

Letak kantor perusahaan tempat Ellen bekerja cukup jauh dari perusahaan Rose bekerja, awalnya Nathan akan mengantar Rose terlebih dahulu, namun Rose mengatakan harus mendahulukan Ellen karna tidak boleh terlambat dihari pertama bekerja.

Mereka pun melaju ke tempat itu, mengejar waktu agar Rose juga tidak terlambat datang ke kantor.

25 menit waktu berlalu, sampailah mereka di perusahaan bernama Star-lite. Ellen turun dari mobil, setelah berpamitan dia pun pergi.

Nathan mengintip Rose dikaca spion depan "Kau boleh pindah ke depan." ucapnya.

"Tak apa, aku disini saja." balasnya kemudian mengalihkan pandangannya.

"Kalau tidak pindah, tidak jalan." Nathan bersikap keras kepala, Rose yang tidak ingin berdebat akhirnya pindah ke depan. Nathan mendekat padanya secara tiba - tiba sampai membuat Rose terkejut.

"Pasang sabuk pengamannya." ucapnya, ah benar saja, dia membantu Rose memasang sabuk pengaman.

Tapi posisi Nathan sangat dekat dengan Rose, hembusan nafasnya saja terasa sampai di pipi Rose, begitu juga dengan wangi tubuhnya. Meski begitu, Rose bersikap tenang seperti biasanya.

Setelah itu Nathan mengantar Rose ke kantor yang berjarak sekitar 12 km, dengan sisa waktu 10 menit sebelum jam masuk kerja.

Rose melihat arlojinya dengan cemas.

"Jangan khawatir, kita akan sampai tepat waktu." ucap Nathan percaya diri. Tidak diragukan lagi kemampuan mengendarai kendaraannya yang bisa dikatakan super cepat itu.

"Em." balas Rose.

Disela mengemudikan mobilnya, dia sempat melirik Rose dengan senyum yang perlahan memudar "Dia akan menjadi milik orang lain, meskipun hanya untuk misi tapi sungguh aku tidak merelakannya." batinnya.

Perasaan tidak terbalas itu ingin sekali dia buang, tapi tidak bisa, lebih tepatnya tidak rela membuangnya.

Namun siapa sangka jalan pagi itu akan sangat macet, suasana tidak nyaman dengan nyaringnya bunyi - bunyi klakson yang saling bersahutan, belum lagi waktu hampir menunjukan pukul 8.

"Tch." Rose mendengus.

Nathan yang melihat kegelisahan Rose jadi merasa bersalah, jika bukan karnanya dia mungkin tidak akan terlambat datang ke kantor. Tapi mereka benar - benar terjebak dalam kemacetan padat, mundur tidak bisa apalagi maju.

Dari maps yang mereka lihat, panjang kemacetan sampai 3 km jauhnya. Jika hanya menunggu maka Rose tidak akan sempat pergi ke kantor, tak lama Nathan mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Hallo! Five kami terjebak kemacetan yang cukup padat, bawa mobil ke pertigaan jalan Sakura, segera!" ucapnya dan langsung mengakhiri panggilan.

Dengan tergesa dia melepas sabuk pengaman yang melekat di tubuhnya "Buka sabuk pengamannya dan turun dari mobil, Five akan menunggu di jalan sakura, aku akan mengantarmu padanya." ucapnya.

"Biar aku saja yang pergi, kak Nathan tunggu di mobil saja." Rose tidak mau merepotkannya.

"Ini salahku yang memaksa mengantarmu, jadi aku pula yang harus bertanggung jawab." dia membuka pintu mobil dan keluar, berjalan dengan hati - hati menuju pintu disebelah Rose.

Dia membukakan pintu dan mengulurkan tangan, tanpa ragu Rose menyambut uluran tangan tersebut. Setelah itu, dengan Nathan menggenggam tangan Rose, mereka pun mulai berlari.

Rose menatap punggung Nathan, rambut blonde yang sangat wangi berterbangan dihempas angin pagi itu. Dia sosok kakak yang sangat baik dan sangat perhatian, setidaknya begitu posisi Nathan di hati Rose.

3 km berlari dengan menggunakan heels, sesekali kaki Rose terkilir namun dia tidak mengindahkannya. Mereka pun sampai di jalan Sakura dan segera menghampiri mobil Five yang terparkir.

Disana baru diketahui penyebab kemacetan, adanya suatu kecelakaan yang melibatkan beberapa kendaraan roda 4. Kecelakaan itu mengganggu lalu lintas jalan.

Five menurunkan kaca pintu mobil.

"Masuklah, Five akan mengantarmu ke kantor." ucap Nathan menarik tangan Rose yang masih dia pegang untuk masuk ke dalam mobil.

"Tapi kak Nathan?" tanyanya.

"Aku akan kembali ke mobil. Pergilah, kalau tidak kau akan terlambat." ucapnya lagi.

Rose mengangguk kemudian masuk ke dalam mobil, dia pun pergi bersama Five meninggalkan Nathan disana. Sebenarnya terdapat perasaan tidak enak, tapi mau bagaimana lagi. 

Beberapa menit kemudian sampailah di kantor Terrell-one, tapi kini jarum jam menunjukan pukul 8 lebih "Kak Five aku pergi dulu, terima kasih." ucapnya lalu masuk.

Rose sangat tergesa sembari menahan sakit di kakinya. Dia kemudian masuk ke dalam elevator dan harus berdesakan dengan banyak orang.

Kriiing Kriiing!

Ponselnya berbunyi namun Rose kesulitan untuk menjangkau ponsel yang berada didalam tas-nya, dengan susah payah akhirnya dia menyentuh ponselnya, "Tuan aku ...." dia terlanjur sampai di lantai atas.

Ting!

Pintu lift terbuka dia pun keluar dan segera pergi ke ruangannya. Namun apa yang terjadi, ketika hendak membukakan pintu, pintu malah terbuka dengan sendirinya. Rose yang tidak bisa menahan laju dirinya lantas menabrak seseorang dan jatuh dalam pelukannya.

Dia kemudian mendongakkan kepalanya "El ... Light?" panggilnya pelan.

"Rose ... Lina?"

Cukup lama mereka berada dalam posisi tersebut, tak lama dia tersadar dan mendorong tubuh pria itu.

"Hm? Apa sebegitunya tidak sabar untuk menikah denganku, sampai dengan agresifnya datang ke pelukanku seperti itu?" ucapnya percaya diri sekali.

"Siapa yang memeluk siapa!" balas Rose dingin. 

El terdiam menatap gadis itu, kemudian sesuatu membuatnya terkejut, bau parfum pria tercium di tubuh Rose.

"Aku lupa memberitahumu sesuatu, karna kau sudah setuju menikah denganku, mulai sekarang tidak boleh ada skandal apapun."

Rose terheran, tidak mengerti maksud dari perkataan El tersebut "Apa maksudmu?" tanyanya dengan kedua alis mengkerut.

Tetiba El membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju kursi keagungannya "Tidak ada skandal apapun, berarti tidak boleh dekat dengan pria manapun. Ingat itu baik - baik."

"Hah?" 

El duduk di kursinya "Aku mencium aroma parfum pria di tubuhmu. Aku ingin mendengarkan penjelasan tentang itu." tatapannya meruncing. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status