Home / Thriller / Rumah Atmaja / 3. Bertemu Lagi

Share

3. Bertemu Lagi

Author: Bai_Nara
last update Last Updated: 2021-12-28 10:52:33

"Sepi banget Bang. Pada kemana?" Bagas baru sampai kontrakan.

"Kamu tahu sendiri, Hasan udah pindah ikut Syarifah, Ricky sibuk ngurusi mutasi, Zidan sibuk pedekate, ya cuma kamu sama abang yang free," ucap Mateo.

"Hahaha. Benar juga ya Bang. Bagas masuk dulu ya. Mau mandi."

"Oke. Mandi yang harum. Lumayan siapa tahu dirimu diapelin sama nyamuk betina. Hahaha.

Mateo tertawa sedangkan Bagas hanya geleng-geleng kepala. Bagas lalu masuk ke kamarnya, membersihkan badan dan berbaring. Melepas lelah setelah seharian bekerja.

Bulan-bulan ini Bagas sangat sibuk karena akan ada pengujian produk dari dinas kesehatan dan BPOM. Sebagai tenaga bagian riset dan teknologi, Bagas harus menyiapakan segala hal agar kualitas produk sesuai standar mutu. Pekerjaannya menjadi semakin menumpuk karena kemarin ada beberapa kesalahan dalam pelabelan waktu uji coba jadi Bagas dan timnya harus mulai menguji dari awal lagi.

Rasa lelah yang tak tertahankan akhirnya membawanya ke pulau mimpi. Dalam tidurnya Bagas tersenyum, entah dia sedang bermimpi apa hanya Bagas yang tahu.

🍀🍀🍀🍀🍀🍀

"Aduh!" pekik Bagas karena terkena pintu mobil yang tiba-tiba terbuka.

"Makanya kalau jalan jangan ngelamun."

"Kamu lagi. Dasar cewek gak punya etika!"

"Dan kamu pria dingin arogan," balas Mawar.

Mereka lagi-lagi adu mulut tak peduli banyak pasang mata yang tengah melihat mereka di sebuah mall terbesar di kota provinsi.

"Gas, udah cukup. Ayok katanya mau cari HP," ajak Ricky. Ricky mengulas senyum tipis pada Mawar. Mawar tersenyum balik.

Mereka pun berpisah. Selama menuju kedalam mall, Bagas terus saja ngomel-ngomel tak jelas. Ricky hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah lakunya.

Setelah menemukan apa yang mereka cari. Mereka tengah duduk di bagian foodcourt.

"Gas, aku cari toilet dulu ya?"

"Oke." Ucap Bagas, tapi matanya tak mau lepas dari Hp.

Ricky menuju arah toilet, sampai disana dia mendengar kegaduhan di dalam sana. Ingin berusaha membantu tapi urung ia lakukan, akhirnya dia bersembunyi di balik dinding.

"Ckckck. Kamu tuh ya. Kenapa gak hati-hati sih Cin? Coba kalau kamu diapa-apain ma ni orang." Seorang lelaki berpembawaan kemayu namun saat ini terlihat garang baru saja memukul tengkuk lelaki yang ingin berbuat kurang ajar.

"Maaf Bang, aku kurang hati-hati," jawab wanita cantik penuh penyesalan.

"Udah abang bilang jangan pergi sendirian. Kalau mau pergi minta tolong sama abang atau minta ditemani sama Bara."

Sang wanita hanya menangis terisak. Akhirnya kemarahan Iwan surut dan kembali menjadi pria kemayu dan memeluk Mawar dengan penuh kasih sayang.

"Cup cup cup. Udah Cin ... gak papa. Gak usah nangis."

"Bang, Nawang capek, Nawang pengen pulang ke Tasik,Bang. Nawang pengen jadi orang biasa aja kayak dulu, Nawang kangen sama Bapak dan Ibu. Hiks ... hiks."

"Kamu tahu ini susah. Bos besar bakalan marah, kamu itu sumber uangnya. Lagian lunasi dulu tuh utang kamu! Ingat perjanjian kamu sama tuh lelaki."

"Nawang pengen pulang Bang. Nawang takut gak bisa jaga diri. Kalau ada Abang, Abang bisa jagain Nawang. Tapi kalau ada orang jahat kayak gini lagi gimana Bang? Nawang gak mau kehormatan Nawang diambil sama yang gak berhak Bang. Nawang emang banyak dosa. Tapi Nawang gak mau Zina."

"Udah kita pergi dulu aja dari sini ntar kalau ada orang lihat, kita bisa kena masalah. Kita pasti jadi tersangka utama karena ada di sekitar orang mati 'kan gawat. Yuk, pergi!"

"Tapi itu orang gak mati 'kan Bang?"

"Alah mati pun gak masalah, malah jadi mengurangi penjahat kelamin."

"Hahaha. Abang bisa aja."

"Udah ayok kita cepet pergi dari sini, mumpung  masih sepi. Dan hei kamu yang bersembunyi di pojok situ, kalau mau selamat jangan kasih tahu siapapun apa yang lihat dan dengar sama siapapun. Mengerti?"

Ricky terkejut karena ketahuan mengintip. Dia memilih menganggukkan kepala dan pergi menjauh. Bukan. Bukan karena takut adu fisik dengan Iwan. Dia cuma agak risih dengan penampilan Iwan yang ... hiiii ... bias gender. Raga pria tapi tampilan seperti kaum hawa, bagi Ricky itu lebih menakutkan daripada ketemu malaikat Izrail.

"Lama bener Ky," celetuk Bagas.

"Habis antri banget."

"Owh. Habis ini mau kemana?"

"Temani aku ngecek bengkel dulu ya?"

"Oke. Sekalian aku mau nengok kebun aku juga."

Mereka pun meninggalkan mall dan segera menuju tempat tujuan selanjutnya.

🍀🍀🍀🍀🍀

Hari ini pembukaan PT. Nusa Bahtera di Pontianak. Bagas akhirnya dipindahkan juga ke cabang ini. Sebenarnya Bagas tidak rela berpisah dengan teman satu kost-nya. Tapi mau bagaimana lagi, hidup terus berputar. Tak terasa satu tahun telah berlalu lagi. Genap 6 tahun 6 bulan dia di bumi Borneo.

Zidan sudah menikah dan membeli rumah Ricky. Bang Mateo sebentar lagi juga menikah. Ricky sudah balik ke Jawa dan sepertinya sedang asik liburan ke Pangandaran. Beberapa kali dia mengirim fotonya selama di Pangandaran. Ckckck. Pantas Ricky gagal move on, orang Lily itu cantik sekali. Bagas tersenyum melihat foto dua gadis dan satu lelaki. Dia yakin Lily itu yang ada di tengah karena tatapan mata sahabatnya begitu penuh cinta ke arahnya.

"Dasar bucin kau Ky." Bagas kemudian terkekeh.

Perhatian Bagas dari ponsel teralihkan ketika mendengar suara sang pembawa acara.

"Mari kita sambut sang biduan kita ... Mawar!" seru sang pembawa acara.

Seorang wanita cantik berpenampilan sexy melangkah menuju panggung. Dia mulai menyanyikan lagu dengan sepenuh penghayatan. Meski Bagas tidak menyukai wanita itu tapi mau tak mau dia memang mengakui pesona sang biduan. Tatapan matanya pun tak pernah bisa lepas dari sang biduan.

Di ujung meja lain. Nana menahan cemburu melihat tatapan Bagas pada sang primadona. Nana benci akan hal itu, karena Nana tak pernah mendapatkan tatapan kekaguman seperti itu dari Bagas.

"Kamu harus jadi milik aku Bagas. Bagaimana pun caranya," ucap Nana dengan senyum jahat.

Tepuk tangan disertai dengung pujian menyertai langkah Mawar yang tengah turun dari panggung.

"Gas."

"Pak Adi."

Kedua lelaki itu berjabat tangan kemudian ngobrol dalam satu meja.

"Gimana Gas di tempat baru? Betah?"

"Betah Pak."

"Syukurlah. Ngomong-ngomong kamu udah punya calon belum?"

Bagas memilih tersenyum dan tak menanggapi omongan Pak Adi.

"Kalau belum, anakku masih berharap sama kamu loh?"

Lagi, Bagas memilih tak menanggapi. Kedatangan para petinggi perusahaan menyelamatkan Bagas dari cecaran Pak Adi.

Bagas memincingkan matanya, karena melihat sosok wanita yang selalu membuatnya emosi jika bertemu sedang berjalan menuju ke mejanya.

"Kita gabung ya Pak Adi, Bagas."

"Iya, Pak."

Para petinggi itu membicarakan banyak hal. Termasuk Bagas pun ikut dalam obrolan. Sesekali pandangan mata Bagas dan Mawar bertemu namun mereka saling melengos. Mereka bahkan mampu berakting baik-baik saja.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Rumah Atmaja   35. Ekstra Part 2

    Aku hanya bisa menahan kekesalanku. Demi Allah, ingin rasanya meluapkan segala amarahku tetapi aku memilih diam. Aku tak mau mempermalukan diriku sendiri. Cukup dia yang tidak tahu malu, bukan aku.Saat ini sedang diadakan reuni angkatan matematika beberapa angkatan. Mas Ricky tentu saja datang bahkan dialah ketuanya. Aku, ikut datang tentu saja. Selain karena di rumah aku tidak ada kegiatan apa-apa, aku juga rindu sama ketiga anakku.Ina sekarang menjadi dosen di almamaterku. Iya, dia jadi dosen kimia. Sementara adiknya Ana, kini sedang menempuh S2 matematika. Sementara Gamma, dia kuliah di Undip ambil teknik kimia. Eh, aku lupa bilang ya, kalau aku udah jadi nenek-nenek. Udah punya cucu cowok satu usianya kini tiga tahun. Meski udah beruban dan kerutan dimana-mana tetep gerakanku masih gesit. Makanya cucuku manggil aku neli alias nenek lincah."Dek. Kok gak makan?" Sebuah suara terdengar dan sedikit mengagetkanku."Males.""Eh, itu so

  • Rumah Atmaja   34. Ekstra Part 1

    Aku baru saja memarkirkan motorku di halaman rumah. Kulirik jam tanganku, pukul lima lewat lima menit. Segera saja aku masuk ke dalam rumah.Aku mengedarkan pandang mata. Tumben sepi, ngomong-ngomong duo krucilku mana? Mungkin sedang jalan-jalan dengan Eyang Kakung dan Eyang Putrinya. Jadi, aku memutuskan ke kamar dan segera mandi.“Bunda,”Aku tersenyum menatap ke arah dua gadis cilik, mereka langsung berlari ke arahku. Si sulung sampai lebih dulu, adiknya pun menyusul.“Bunda, Ina kangen,” ucap si sulung yang kini berusia tujuh tahun.“Ana juga kangen, bunda,” ucap si nomer dua. Alkana Betania Mehrunissa adalah nama yang kami berikan untuk putri kedua kami yang kini berusia tiga tahun.“Bunda juga kangen sama kalian,” ucapku dan memeluk keduanya.Kami bertiga masih berpelukan seperti Telletubies. Pelukan kami terhenti karena suara salam dari satu-satunya lelaki dalam keluarga ini.

  • Rumah Atmaja   33. Epilog

    POV LilyTiga bulan sudah aku berstatus menjadi seorang istri dari Alfaricky Ramadhan. Alhamdulillah aku bahagia. Walaupun masalah rumah tangga selalu ada, tapi sampai saat ini kami masih bisa melewatinya.Kami dalam perjalanan ke Purwokerto, mau memeriksakan diri ke dokter. Seminggu ini Mas Ricky mengalami gejala mual-mual parah setiap pagi. Tak ada sesendok nasi pun yang bisa masuk. Kalau dipaksa pasti muntah. Bahkan bubur ayam yang biasanya menjadi sarapan favoritnya ditolak mentah-mentah.Akhirnya kami memaksanya ke dokter. Saat di bawa ke dokter yang praktek di Jatilawang, beliau malah menyarankan aku untuk diperiksa. Bahkan memberikan rujukan dokter siapa saja yang bisa aku hubungi. Karena menurut dugaan dokter Anwar, suamiku terkena gejala 'ngidam' alias aku hamil.Setelah itu, aku langsung memborong 5 testpeck dan paginya kucoba semua dan hasilnya dua garis semua. Alhamdulilah. Karena itulah hari ini kami dalam perjalanan ke dokter k

  • Rumah Atmaja   32. Kamulah Takdirku

    POV RickyDini hari aku terbangun. Kurasakan seseorang berada dalam dekapanku. Istri tercinta sekaligus cinta pertamaku. Seorang gadis istimewa yang membuatku jatuh cinta sampai gagal move on.Pikiranku berkelana ke masa lalu. Bagaimana pertemuan pertama kami, hingga kami bisa pacaran lalu akhirnya putus. Semua masih terekam jelas dalam memori ingatan.Kuingat hari-hari setelah putus dengannya adalah hari terberat bagiku. Salahku juga, kenapa aku lebih perhatian pada Mutia daripada pacarku sendiri. Ini semua karena permintaan Tante Fania. Seorang janda yang rumahnya masih satu kompleks dengan rumahku. Hanya karena rasa simpati yang berlebihan justru jadi bumerang untukku.Mutia sangat gencar menemuiku dan memintaku jadi pacarnya setelah aku putus dari Lily. Bahkan beberapa kali memohon sambil berurai air mata. Aku menolak dengan tegas bahkan menjauhinya. Apalagi setelah mengetahui sifat asli dari Tante Fani

  • Rumah Atmaja   31. Obrolan Pagi

    Aku menggeliat mencoba membuka mata. Merasakan ada seseorang yang menyentuhkan tangannya pada pipiku.“Bangun, Sayang.”“Hem,” Aku menatap suamiku yang masih bertelanjang dada. Ya Tuhan nikmat-Mu sungguh luar biasa.“Bangun. Tuh denger suara ngaji di masjid sudah kedengaran. Bentar lagi subuh. Ayok mandi junub!” Dia membangunkanku sambil memainkan hidung mancungnya pada ujung hidungku. Geli sekali.Akhirnya aku bangun dan mencoba duduk, sedikit meringis. Kemudian menatap sekeliling kamar. Berantakan sekali, baju yang semalam kami pakai berantakan di lantai, kertas tissu yang menumpuk di tempat sampah bahkan ada sedikit yang bernoda merah, belum lagi rambutku yang awut-awutan. Ah, malu sekali.“Kenapa hem? Masih sakit?”Aku hanya menggeleng.“Mandi yuk! Mau bareng apa mau sendiri-sendiri?” tanyanya dengan seringai menggoda.“Sendiri aja, Mas.”“

  • Rumah Atmaja   30. Pertama Kalinya

    Aku menghembuskan nafas lelah. Hari ini capek sekali. Tamu yang datang benar-benar tak ada henti-hentinya.Selepas ashar, banyak teman SD, SMP dan SMA-ku yang datang. Termasuk Fida dengan membawa gandengan baru. Syok aku dibuatnya. Waktu itu dia datang ke rumah dan curhat kalau mau pisah dengan suaminya, padahal mereka sudah punya anak berusia 2 tahun. Alasannya karena tidak ada kecocokan.Selepas isya, kami pun masih kedatangan tamu. Sekarang malah kebanyakan tamunya Mas Ricky. Ada salah satu tamunya yang sangat ganteng. Sama gantengnya dengan suamiku. Bedanya kalau suamiku kulitnya eksotis tapi kelihatan macho, kalau yang ini putih bersih kaya Lee Min Ho, ahohoho.“Bukan muhrim. Enggak usah kayak gitu mandangnya!” Pak suami mulai cemburu.“Habisnya dia ganteng, Mas. Kayak Lee min Ho,” bisikku.Dia menatapku tajam. Aku meringis. Aduh salah ngomong nih.“Oh ya, Ky. Aku rencana mau balik juga ke kampung,” k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status