Ketika sampai di depan Rumah Kos itu.
~ Rumah Kos 103 ~
Begitulah yang tertulis di papan itu.
Lalu Virza melihat ke sekeliling rumah itu, ternyata tidak ada orang yang bisa dijadikannya untuk tempat bertanya. Virza memutuskan untuk duduk di teras rumah itu.
"Hai, kamu cari siapa?" Tanya seseorang. Itu adalah suara seorang laki-laki. Virza menoleh ke kanan dan ke kiri namun tidak menemukan seorang pun.
Sampai suara itu terdengar kembali.
"Saya ada di atas ini, kamu lihat ke atas," kata suara laki-laki itu lagi.
Mendengar itu Virza langsung menoleh ke arah atas. Dia melihat seorang Pemuda memakai kaos oblong dan celana pendek sambil menggosok-gosokan rambutnya dengan handuk. Virza tersenyum padanya.
"Maaf Mas saya sedang cari tempat kos. Saya mau tanya ini tempat kos putra atau campuran?" Tanya Virza pada pemuda itu.
"Kamu carinya tempat kos apa?" Pemuda berkaos oblong polos itu balas bertanya.
"Tempat kos putra, Mas," jawab Virza.
"Sebentar ya, saya turun ke bawah," sahut Pemuda itu.
Virza berdiri di depan pintu rumah itu menunggu laki-laki muda yang berbicara dengannya tadi membukakan pintu.
Tidak berapa lama kemudian Ibu Ida menghampiri Virza.
"Loh Mas Virza kok masih di sini? Belum dapat tempat kos ya Mas? Mau ke tempat saya saja?" Ibu Ida kembali menawarkan kepada Virza.
Virza melempar senyum kepada Ibu Ida.
"Saya belum dapat tempat kos, Bu. Saya sudah coba Ketuk pintu rumah itu tapi tidak ada yang membukakan. Sudah satu jam saya menunggu tapi tidak ada orang yang keluar. Sekarang Saya sedang mencoba ke rumah yang ini." Jawab Virza.
Pintu rumah kos 103 itu pun akhirnya terbuka. Muncul seorang Pemuda yang tadi menyapa Virza.
"Eh Ibu Ida," siapa Pemuda itu kepada Ibu Ida.
"mas Ajie, di rumah ini masih ada kamar kosong tidak? Kasihan Mas ini sedang cari tempat, dari tadi dia belum mendapatkannya. Padahal hari sudah hampir gelap," kata Ibu Ida kepada perempuan yang dipanggil Ajie.
"Oh iya Bu, ada. Kebetulan saya mau mengantarkan dia ke rumah pemilik kos, biasa Bu untuk permisi dulu," Sahut Ajie sambil tersenyum kepada Bu Ida.
"Oh syukurlah kalau begitu. Sebaiknya cepat, ini sudah hampir gelap ya nak Ajie," kata Ibu Ida lagi.
Ibu Ida pamit pada Virza untuk kembali ke rumahnya, "Saya pulang dulu ya Mas Virza, warung sudah tutup kalau sudah sore begini,"
"Baik Bu, silahkan. Terima kasih ya Bu atas bantuannya," ucap Virza.
"Sebaiknya barang-barangmu ditinggal di sini dulu saja, kita simpan di ruang tamu saja dulu. Tenang, di sini aman kok," ujar Ajie dengan ramah kepada Virza.
Virza mengangguk. Dia menghargai kebaikan Ajie. Akhirnya mereka berdua pun berkenalan. Ternyata Ajie adalah senior Virza 1 tahun di atasnya.
"Di sini masih ada dua kamar kosong, saya akan mengantarkan kamu ke pemilik tempat kos ini jika kamu cocok dengan tempat kos ini. Kalau tidak cocok, kamu tetap harus kos di sini dulu selama 1 bulan. Itu juga kalau boleh sama pemilik kos-nya," Ajie menjelaskan sambil membantu membawakan barang-barang Virza ke dalam rumah.
Mereka meletakkan barang-barang itu di ruang tamu.
"Memangnya kenapa tidak boleh sama pemiliknya?" Tanya Virza heran.
"Biasanya pemiliknya minta minimal 3 bulan kamu kos di sini," Ajie menjelaskan. Virza hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Hari juga sudah mulai gelap, kalau menurut daerah sini, tidak baik berada di luar saat Maghrib. Makanya, kita harus segera bergegas ke tempat pemilik kos. Agar saat petang nanti kita sudah berada di dalam rumah," Virza diantarkan Ajie menemui pemilik kos yang rumahnya tidak jauh dari rumah kost yang akan ditempati oleh Virza.
Dari harga yang diajukan oleh pemilik kos, Virza merasa cocok. Kemudian mereka kembali ke rumah kos. Ajie menunjukkan dua kamar kosong kepada Virza agar Virza bisa memilihnya. Kamar kosong itu adalah Kamar nomor 1 dan kamar nomor 6 Virza memilih kamar nomor 1. Kamar itu dekat dengan pintu masuk rumah kos.
“Virza, kamu tidak terganggu nanti kalau memilih kamar ini?"
“Memangnya kenapa, Mas Ajie?"
“Kamar ini kan dekat pintu masuk, jadi akan banyak yang keluar masuk lewat pintu ini dan melewati kamarmu. Meskipun ada satu pintu akses masuk di belakang, tapi kawan-kawan yang tinggal disini lebih suka keluar masuk lewat pintu ini. Belum lagi teman-teman mereka juga sering datang berkunjung, juga melalui pintu ini. Kamar kamu akan selalu dilewati oleh orang yang berlalu Lalang," ujar Ajie.
Mendengar pendapat Ajie akhirnya Virza mempertimbangkan lagi pilihannya. Dia kembali ke kamar nomor 6 untuk melihat situasinya.
“Kalau kamu di kamar ini lebih baik, karena disini sepi. Tidak banyak yang berlalu lalang di depan kamar ini. Paling-paling hanya para penghuni kos saja yang sering berlalu Lalang di depan kamarmu. Mungkin karena letaknya di pojok ujung rumah ini. Tapi di sini paling enak karena dekat dengan kamar mandi, jadi kamu tidak kejauhan saat menuju kamar mandi." Ajie menjelaskan kepada Virza.
“Ada berapa kamar mandi di rumah kos ini, Mas?" tanya Virza.
“Ada dua kamar mandi di sini. Yang satu di atas untuk dipakai teman-teman yang tinggal di kamar atas. Sedangkan kamar mandi bawah untuk dipakai teman-teman yang tinggal di kamar bawah. Kamar mandi yang atas terhubung dengan kamar mandi yang bawah, Jadi kamu jangan heran kalau kamu bisa mendengar ada teman kita yang sedang mandi di kamar mandi atas sambil bernyanyi-nyanyi," sahut Ajie sambil tersenyum.
“Sekarang mereka semua ada di mana,Mas?"
“Mereka siapa? Oh maksud kamu kawan-kawan kita si para penghuni kos ini? Jadi begini, Ini kan tahun ajaran baru, jadi teman-teman di sini pada mudik, pulang kampung, karena libur panjang." Ajie tersenyum ramah.
'Pantas saja sepi. Kenapa ya aku merasakan rumah ini tidak ramah denganku meskipun Ajie berbuat baik padaku,' batin Virza.
Tiba-tiba Virza merasa bulu kuduk punggungnya merinding, dia merasa ada sesuatu yang siap - siap menyerangnya.
“Aku pilih kamar nomor satu saja Mas, aku tidak suka sesuatu yang sepi,"
“Kamu tidak takut terganggu saat belajar? Kalau mereka semua sudah masuk dan perkuliahan sudah aktif, lingkungan di sini seperti pasar," Ajie memberi informasi lebih banyak kepada Virza.
"Tidak apa-apa, Mas. Saya kalau di rumah harus menyalakan tv dan musik baru bisa belajar, Kalau sepi saya malah tidak bisa berkonsentrasi," sahut Virza sambil tersenyum.
Ajie tertawa merasa heran dengan alasan Virza. Namun Ajie memaklumi karena setiap orang berbeda-beda caranya saat belajar.
"Oke deh, silahkan kalau kamu ingin menata kamar dulu," Ajie berkata pada Virza.
"Mas Ajie cuma sendirian di rumah ini? Tidak ikut mudik?" Tanya Virza heran.
Ajie hanya tersenyum dan menggelengkan kepala.
"Rumah aku jauh, butuh banyak biaya kalau sering pulang. Kalau kamu butuh apa-apa, aku ada di atas ya. Aku menonton TV di atas." Ucap Ajie memberitahu.
"Kamarnya Mas Ajie di mana?" Tanya Virza sebelum Ajie pergi.
"Aku kamar nomor 2, hehehe" Sahut Ajie Sambil tertawa.
"Oh tetangga kamarku ya. Ya ampun! Kenapa tidak bilang dari tadi? Syukurlah berarti aku tidak tidur sendirian," ujar Virza sambil tertawa juga.
"Hmm." Sahut Ajie sambil mengangguk dan tersenyum.
Kemudian Ajie berlari meninggalkan Virza sendirian.
Virza merasa heran kenapa Ajie harus berlari meninggalkannya.
'Mungkin dia sedang menonton acara TV kesukaannya,' pikir Virza.
Virza segera menata barang bawaannya. Tubuhnya merasa sangat lelah dan perutnya sangat lapar. Udara petang itu sudah mulai dingin.
Barang-barangnya belum semua ditata, tapi Virza memutuskan untuk mandi terlebih dahulu sebelum suhunya semakin dingin.
Setelah selesai mandi, Virza melihat ada sepasang alas kaki di depan kamar Ajie.
'Oh mungkin Ajie sudah kembali ke kamarnya,' pikir Virza.
Selesai bersiap-siap Virza mengetuk kamar Ajie.
"Mas Ajie …. Mas Ajie." Virza memanggil-manggil nama Ajie sambil mengetuk pintu kamarnya.
Namun tidak ada jawaban dari dalam kamar. Sebagai orang baru Virza tidak ingin berbuat tidak menyenangkan hingga mengganggu Ajie dengan mengetuk pintu kamarnya terus menerus . Akhirnya Virza memutuskan untuk pergi keluar sendirian untuk membeli makan malam.
Baru saja Virza mengunci pintu rumahnya, dari balkon atas ada yang memanggilnya. "Virza, mau ke mana, Za?" Suara itu akrab di telinga Virza. Virza menoleh ke kanan dan ke kiri namun tidak melihat siapa-siapa. Virza langsung mendongakkan kepalanya mencari siapa yang memanggilnya. Ternyata Ajie yang memanggilnya. Seperti biasanya, Ajie berdiri di balkon rumah kos yang terbuka itu. "Eh, Mas Ajie ada di atas? Aku kira ada dibawah tadi. Aku mau cari makan dulu. Lapar nih, takut keburu malam. Mas Ajie mau ikut?" Tanya Virza beramah tamah. Ajie melihat ke arah belakang punggung Virza, kemudian dia tersenyum dan menggeleng. "Tidak ah, takut berubah gendut kalau makan malam. Aku udah naik lagi timbangannya ini. Ya sudah ya, kamu hati-hati di jalan," sahut Ajie. Ajie benar-benar sangat ramah pada Virza, membuat Virza merasa nyaman di hari pertamanya. Bahkan Virza merasa tidak sabar ingin bertemu yang lain saat mereka datang kembali. "Penghuni rumah kos ini ramah orangnya. Semoga para pen
Pemuda itu menoleh pada Virza dan dia tersenyum lagi. Virza langsung membalas senyumnya. "Kamu anak baru ya? Nama kamu siapa?" Pemuda itu menghentikan langkahnya sejenak, lalu dia mengulurkan tangannya pada Virza. "Namaku Andra," dia memperkenalkan dirinya saat jabatan tangannya disambut oleh Virza. "Namaku Virza Wardani, panggil aja Virza," sahut Virza sambil tersenyum. "..." Seketika suasana di antara mereka menjadi hening karena sibuk dengan pikirannya masing-masing. "Mas Andra cukup terkenal juga ya," Virza membuka pembicaraan. "Terkenal bagaimana? Emangnya kamu tahu aku?" tanya Andra tersenyum heran. "Eng … Enggak juga sih, hehehe," sahut Virza sambil tertawa dan menggelengkan kepalanya. Virza merasa pertanyaan dirinya sangat bodoh, mengapa dia menyebut kata T-E-R-K-E-N-A-L padahal dia sendiri tidak mengenalnya. Andra menghentikan langkahnya lagi dan memandang Virza dengan wajah bingung. "Terus, kenapa kamu bilang aku terkenal?" tanya Andra itu lagi. "Eng…" Vi
Andra mendengus perlahan, sebenarnya perasaannya sangat kesal, tapi dia tetap ingin bersikap ramah pada Virza dipertemuan pertamanya ini. 'Waduh, masih muda sih tapi pelupa. Padahal belum lama loh. harus diingatkan lagi sepertinya,' Pikir Andra. "Begini Virza, sewaktu kamu mau beli makan, kamu lewat depan kos saya kan tadi?" Tanya Andra dengan sabar. Virza mengangguk. "Saya lihat kamu jalan berdua dengan seseorang, dia cewek sepertinya seusia dengan kamu, rambutnya panjang, sepinggang, pakai kaos putih dan celana panjang," Andra mencoba memberi tahu. Virza malah mengerutkan dahinya dan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal sambil mencerna yang dikatakan oleh Andra. "Mungkin dia kebetulan saja jalan bersamaku tadi, Mas. padahal bisa saja sebenarnya perempuan itu cuma lewat," Sahut Virza dengan polos. "Tidak mungkin, Virza. Ketika kamu menyapaku di depan rumah kos aku tadi, dia juga ikut berhenti bersamamu tepat di sampingmu dan tersenyum kepadaku." Andra memberi waktu kep
Ajie yang menyimak perkataan Andra, hanya mengangguk-angguk dan sesekali memakan gorengan yang di beli Andra. Sedangkan Virza hanya tertegun mendengar apa yang mereka katakan. "Mari kita luruskan, memangnya temannya Virza yang kamu lihat itu seperti apa? Perempuan atau laki-laki?" tanya Ajie serius. Virza ikut memandang ke arah Andra dengan serius. "Perempuan," sahut Andra. Kemudian Andra menyebutkan ciri-ciri perempuan yang diduganya adalah temannya Virza. "Persis sama dengan yang aku lihat, hanya saja aku tidak ingat bawahan yang dipakainya," sahut Ajie sambil menepuk lengan Andra. Virza masih tertegun saat menyimak pembicaraan keduanya itu. "Masak sih kamu tidak melihatnya?" tanya Andra dan Ajie hampir bersamaan. Virza hanya menggelengkan kepalanya. Virza memikirkan sambil membayangkan ciri-ciri perempuan itu. ‘Seperti pernah tau, tapi dimana ya? Siapa dia ya?' pikir Virza. "Mungkin dia kelelahan, Ndra. Kan dia juga baru sampai hari ini, kita malah sudah membuatnya bingung,
Setelah Virza menunggu beberapa saat. "Sepertinya Mas Ajie masih lama di toilet. Aku akan ke kamarku dulu sebentar saja kalau begitu," akhirnya Virza memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Namun saat Virza akan keluar dia berpapasan dengan Ajie. Ajie merasa keheranan mendapati Virza keluar dari dalam kamarnya. 'Waduh, Mas Ajie pasti ingin bertanya bahwa aku akan pergi ke mana,' pikir Virza. “Sebentar ya Mas, aku mau ambil bantal dulu," kata Virza terburu-buru. Dia mengabaikan wajah Ajie yang kebingungan. “Loh sejak kapan kamu berada di dalam kamarku?" Tegur Ajie kebingungan. Tapi Virza tidak terlalu mendengar dengan jelas apa yang dikatakan oleh Ajie. Virza langsung masuk ke dalam kamarnya. Saat di dalam kamarnya, Virza malah sibuk mengingat-ingat barang apa saja yang akan dibawanya ke kamar Ajie. Mulai dari bantal, guling, sleeping bag, ponsel, hmm… bawa apalagi ya?" Gumamnya. Tiba-tiba Virza teringat pakaian yang dikenakan Ajie saat berpapasan tadi. "Mas Ajie tadi pakai pak
Ajie segera mengambil kertas dan pulpen didekatnya. Dia menuliskan sesuatu, lalu diberikan kepada Virza.“Please, kamu baca dalam hati saja ya,” Ajie berpesan sebelum memberikan selembar kertas itu kepada Virza. Virza mengangguk.‘Jangan menyebut kata TAKUT atau menunjukkan kalau kita TAKUT di waktu malam hari. Karena dia bisa mendengarnya, dan dia akan menakutimu,’Begitu yang tertulis di kertas itu.Ajie sangat tahu, pasti banyak pertanyaan di kepala Virza yang ingin ditanyakan kepada Ajie. Seperti halnya saat dia menjadi
Ajie segera mengambil telepon genggamnya dan kembali mengirim pesan kepada Andra. Ajie : Kamu sudah di depan rumah kosku, kan? Andra : Iya sudah. Kamu ngapain sih pakai kirim pesan segala. Katanya aku disuruh datang, tapi kenapa kamu tidak menunggu aku di depan rumah? Kalau ketangkap sama petugas keamanan kampung bisa bahaya ini. Ajie : Andra, kamu ke jendela kamarku deh, aku kasih kamu kunci pintu depan. Andra : Tunggu, kenapa malah akan memberikan kunci kepadaku? Apa ada orang yang masuk ke dalam rumah? Ajie : Sepertinya iya. Andra : Ya sudah kalau begitu aku pulang dulu, aku akan bawa temanku, dan juga beberapa alat untuk membela diri. Kamu dan Virza tetap tenang di kamar, jadikan apa saja yang ada di kamar untuk alat bela diri. Ajie : Oke, Ndra. Terima kasih ya. 10 menit kemudian Andra datang bersama kedua temannya, Dewa dan Sugeng. Mereka membawa beberapa tongkat kayu. Sementara itu, Virza dan Ajie tidak lagi mendengar suara orang yang berjalan mondar-mandir di depan
Sosok yang ada di hadapannya terlihat samar'Bangun!' Suara itu seperti ada di kepala Virza. Namun Virza mempercayai suara itu berasal dari sosok Ajie yang kini sedang membangunkannya. "Eh kok sudah bangun sih, Mas? Perasaan aku belum lama melihat kamu masih tertidur dengan pulas," sahut Virza dengan malas. Ajie menarik selimutnya dengan kasar dan membuang selimut itu ke lantai. Sebenarnya Virza merasa tersinggung dengan sikap Ajie yang seperti itu. Namun, rasa kantuk nya mengalahkan emosinya, dan dia memilih untuk mengalah pada pemilik kamar. Virza juga memutuskan melanjutkan tidurnya di dalam kamarnya sendiri. Virza mengangkut barang-barang bawaannya dari dalam kamar Ajie.Saat sampai di dalam kamarnya, Virza langsung merebahkan tubuhnya ke lantai beralaskan sleeping bag. Namun baru saja dia akan memejamkan matanya kembali, tiba-tiba suara pintunya diketuk dengan kasar. BRUG, BRUG, BRUG.Virza menghela nafas dengan kesal. Virza merapatkan giginya menahan marah. Dia merasa ti