Home / Horor / Rumah Kos Berhantu / 5. Rumah Kos Murah

Share

5. Rumah Kos Murah

Author: Queen Rachma
last update Last Updated: 2022-08-20 18:09:26

Ketika sampai di depan Rumah Kos itu.

~ Rumah Kos 103 ~ 

Begitulah yang tertulis di papan itu. 

Lalu Virza melihat ke sekeliling rumah itu, ternyata tidak ada orang yang bisa dijadikannya untuk tempat bertanya. Virza memutuskan untuk duduk di teras rumah itu. 

"Hai, kamu cari siapa?" Tanya seseorang. Itu adalah suara seorang laki-laki. Virza menoleh ke kanan dan ke kiri namun tidak menemukan seorang pun. 

Sampai suara itu terdengar kembali. 

"Saya ada di atas ini, kamu lihat ke atas," kata suara laki-laki itu lagi. 

Mendengar itu Virza langsung menoleh ke arah atas. Dia melihat seorang Pemuda memakai kaos oblong dan celana pendek sambil menggosok-gosokan rambutnya dengan handuk. Virza tersenyum padanya. 

"Maaf Mas saya sedang cari tempat kos. Saya mau tanya ini tempat kos putra atau campuran?" Tanya Virza pada pemuda itu. 

"Kamu carinya tempat kos apa?" Pemuda berkaos oblong polos itu balas bertanya. 

"Tempat kos putra, Mas," jawab Virza. 

"Sebentar ya, saya turun ke bawah," sahut Pemuda itu. 

Virza berdiri di depan pintu rumah itu menunggu laki-laki muda yang berbicara dengannya tadi membukakan pintu. 

Tidak berapa lama kemudian Ibu Ida menghampiri Virza. 

"Loh Mas Virza kok masih di sini? Belum dapat tempat kos ya Mas? Mau ke tempat saya saja?" Ibu Ida kembali menawarkan kepada Virza. 

Virza melempar senyum kepada Ibu Ida. 

"Saya belum dapat tempat kos, Bu. Saya sudah coba Ketuk pintu rumah itu tapi tidak ada yang membukakan. Sudah satu jam saya menunggu tapi tidak ada orang yang keluar. Sekarang Saya sedang mencoba ke rumah yang ini." Jawab Virza. 

Pintu rumah kos 103 itu pun akhirnya terbuka. Muncul seorang Pemuda yang tadi menyapa Virza. 

"Eh Ibu Ida," siapa Pemuda itu kepada Ibu Ida. 

"mas Ajie, di rumah ini masih ada kamar kosong tidak? Kasihan Mas ini sedang cari tempat, dari tadi dia belum mendapatkannya. Padahal hari sudah hampir gelap," kata Ibu Ida kepada perempuan yang dipanggil Ajie. 

"Oh iya Bu, ada. Kebetulan saya mau mengantarkan dia ke rumah pemilik kos, biasa Bu untuk permisi dulu," Sahut Ajie sambil tersenyum kepada Bu Ida. 

"Oh syukurlah kalau begitu. Sebaiknya cepat, ini sudah hampir gelap ya nak Ajie," kata Ibu Ida lagi. 

Ibu Ida pamit pada Virza untuk kembali ke rumahnya, "Saya pulang dulu ya Mas Virza, warung sudah tutup kalau sudah sore begini," 

"Baik Bu, silahkan. Terima kasih ya Bu atas bantuannya," ucap Virza. 

"Sebaiknya barang-barangmu ditinggal di sini dulu saja, kita simpan di ruang tamu saja dulu. Tenang, di sini aman kok," ujar Ajie dengan ramah kepada Virza. 

Virza mengangguk. Dia menghargai kebaikan Ajie. Akhirnya mereka berdua pun berkenalan. Ternyata Ajie adalah senior Virza 1 tahun di atasnya. 

"Di sini masih ada dua kamar kosong, saya akan mengantarkan kamu ke pemilik tempat kos ini jika kamu cocok dengan tempat kos ini. Kalau tidak cocok, kamu tetap harus kos di sini dulu selama 1 bulan. Itu juga kalau boleh sama pemilik kos-nya," Ajie menjelaskan sambil membantu membawakan barang-barang Virza ke dalam rumah. 

Mereka meletakkan barang-barang itu di ruang tamu. 

"Memangnya kenapa tidak boleh sama pemiliknya?" Tanya Virza heran. 

"Biasanya pemiliknya minta minimal 3 bulan kamu kos di sini," Ajie menjelaskan. Virza hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. 

"Hari juga sudah mulai gelap, kalau menurut daerah sini, tidak baik berada di luar saat Maghrib. Makanya, kita harus segera bergegas ke tempat pemilik kos. Agar saat petang nanti kita sudah berada di dalam rumah," Virza diantarkan Ajie menemui pemilik kos yang rumahnya tidak jauh dari rumah kost yang akan ditempati oleh Virza. 

Dari harga yang diajukan oleh pemilik kos, Virza merasa cocok. Kemudian mereka kembali ke rumah kos. Ajie menunjukkan dua kamar kosong kepada Virza agar Virza bisa memilihnya. Kamar kosong itu adalah Kamar nomor 1 dan kamar nomor 6 Virza memilih kamar nomor 1. Kamar itu dekat dengan pintu masuk rumah kos. 

“Virza, kamu tidak terganggu nanti kalau memilih kamar ini?" 

“Memangnya kenapa, Mas Ajie?" 

“Kamar ini kan dekat pintu masuk, jadi akan banyak yang keluar masuk lewat pintu ini dan melewati kamarmu. Meskipun ada satu pintu akses masuk di belakang, tapi kawan-kawan yang tinggal disini lebih suka keluar masuk lewat pintu ini. Belum lagi teman-teman mereka juga sering datang berkunjung, juga melalui pintu ini. Kamar kamu akan selalu dilewati oleh orang yang berlalu Lalang," ujar Ajie.

Mendengar pendapat Ajie akhirnya Virza mempertimbangkan lagi pilihannya. Dia kembali ke kamar nomor 6 untuk melihat situasinya. 

“Kalau kamu di kamar ini lebih baik, karena disini sepi. Tidak banyak yang berlalu lalang di depan kamar ini. Paling-paling hanya para penghuni kos saja yang sering berlalu Lalang di depan kamarmu. Mungkin karena letaknya di pojok ujung rumah ini. Tapi di sini paling enak karena dekat dengan kamar mandi, jadi kamu tidak kejauhan saat menuju kamar mandi." Ajie menjelaskan kepada Virza.

“Ada berapa kamar mandi di rumah kos ini, Mas?" tanya Virza.

“Ada dua kamar mandi di sini. Yang satu di atas untuk dipakai teman-teman yang tinggal di kamar atas. Sedangkan kamar mandi bawah untuk dipakai teman-teman yang tinggal di kamar bawah. Kamar mandi yang atas terhubung dengan kamar mandi yang bawah, Jadi kamu jangan heran kalau kamu bisa mendengar ada teman kita yang sedang mandi di kamar mandi atas sambil bernyanyi-nyanyi," sahut Ajie sambil tersenyum.

“Sekarang mereka semua ada di mana,Mas?" 

“Mereka siapa? Oh maksud kamu kawan-kawan kita si para penghuni kos ini? Jadi begini, Ini kan tahun ajaran baru, jadi teman-teman di sini pada mudik, pulang kampung, karena libur panjang." Ajie tersenyum ramah.

'Pantas saja sepi. Kenapa ya aku merasakan rumah ini tidak ramah denganku meskipun Ajie berbuat baik padaku,' batin Virza. 

Tiba-tiba Virza merasa bulu kuduk punggungnya merinding, dia merasa ada sesuatu yang siap - siap menyerangnya. 

“Aku pilih kamar nomor satu saja Mas, aku tidak suka sesuatu yang sepi," 

“Kamu tidak takut terganggu saat belajar? Kalau mereka semua sudah masuk dan perkuliahan sudah aktif, lingkungan di sini seperti pasar," Ajie memberi informasi lebih banyak kepada Virza.

"Tidak apa-apa, Mas. Saya kalau di rumah harus menyalakan tv dan musik baru bisa belajar, Kalau sepi saya malah tidak bisa berkonsentrasi," sahut Virza sambil tersenyum.

Ajie tertawa merasa heran dengan alasan Virza. Namun Ajie memaklumi karena setiap orang berbeda-beda caranya saat belajar. 

"Oke deh, silahkan kalau kamu ingin menata kamar dulu," Ajie berkata pada Virza. 

"Mas Ajie cuma sendirian di rumah ini? Tidak ikut mudik?" Tanya Virza heran. 

Ajie hanya tersenyum dan menggelengkan kepala. 

"Rumah aku jauh, butuh banyak biaya kalau sering pulang. Kalau kamu butuh apa-apa, aku ada di atas ya. Aku menonton TV di atas." Ucap Ajie memberitahu. 

"Kamarnya Mas Ajie di mana?" Tanya Virza sebelum Ajie pergi. 

"Aku kamar nomor 2, hehehe" Sahut Ajie Sambil tertawa.

"Oh tetangga kamarku ya. Ya ampun! Kenapa tidak bilang dari tadi? Syukurlah berarti aku tidak tidur sendirian," ujar Virza sambil tertawa juga. 

"Hmm." Sahut Ajie sambil mengangguk dan tersenyum. 

Kemudian Ajie berlari meninggalkan Virza sendirian. 

Virza merasa heran kenapa Ajie harus berlari meninggalkannya. 

'Mungkin dia sedang menonton acara TV kesukaannya,' pikir Virza. 

Virza segera menata barang bawaannya. Tubuhnya merasa sangat lelah dan perutnya sangat lapar. Udara petang itu sudah mulai dingin. 

Barang-barangnya belum semua ditata, tapi Virza memutuskan untuk mandi terlebih dahulu sebelum suhunya semakin dingin. 

Setelah selesai mandi, Virza melihat ada sepasang alas kaki di depan kamar Ajie. 

'Oh mungkin Ajie sudah kembali ke kamarnya,' pikir Virza. 

Selesai bersiap-siap Virza mengetuk kamar Ajie. 

"Mas Ajie …. Mas Ajie." Virza memanggil-manggil nama Ajie sambil mengetuk pintu kamarnya. 

Namun tidak ada jawaban dari dalam kamar. Sebagai orang baru Virza tidak ingin berbuat tidak menyenangkan  hingga mengganggu Ajie dengan mengetuk pintu kamarnya terus menerus . Akhirnya Virza memutuskan untuk pergi keluar sendirian untuk membeli makan malam.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Rumah Kos Berhantu   29. Rumor Seram

    Jaya dan yang lainnya tampak meringis saat dimintai penjelasan oleh Virza tentang sikap mereka.“Wah, ada apa ini? Mengapa sikap kalian seperti itu?” tanya Virza lagi menatap satu per satu orang yang ada di sana, termasuk penjual warung makan.Penjaga warung makan pun berpaling dari Virza. Dia seperti tidak ingin ikut campur dalam pembicaraan antara Jaya dan Virza. Sementara yang lain ikut bersikap sama, mereka malah memunggungi Virza dan melanjutkan makan.Virza gelisah karena ada di situasi yang canggung, dia merasa benar-benar asing di tempat yang baru pertama kali dia kunjungi. Namun Virza tidak mau menyerah, dia terus menatap pada Jaya, menuntut penjelasan yang sudah membuatnya penasaran.“Ehm, memangnya sudah berapa lama kamu tinggal di rumah kos itu?” tanya Jaya sambil berpindah tempat duduk ke dekat Virza.“Hampir 6 bulan,” sahut Virza ragu. Jaya menatap kedua mata Virza dengan saksama. Virza tidak tahu apa yang dipikirkan oleh Jaya, namun dia yakin ada sesuatu yang penting in

  • Rumah Kos Berhantu   28. Berdamai

    # Esok hari.“Za, Za, bangun.” Seseorang membangunkan Virza yang tertidur di teras depan rumah kos.Virza terbangun dari tidurnya sambil menggeliat. Dia menyipitkan matanya menatap orang yang baru saja membangunkannya dari tidur. Cahaya matahari membuatnya tidak mampu membuka lebar kelopak matanya.“Mas Delta?” Virza bergumam sambil menggosok-gosok matanya.Delta duduk di samping Virza yang menatapnya heran.“Kenapa menatapku seperti itu?” tanya Delta bingung. Virza menggelengkan kepala.Tiba-tiba Roy sudah berada di hadapan Virza dan Delta sambil tersenyum. “Kita ke kampus yuk, ada yang mau aku bicarakan dengan kalian,” ujar Roy.“Aku tidak ada kelas hari ini. Bagaimana kalau kita bicara disini saja?” Delta memberikan penawaran.“Tidak bisa. Aku tidak ingin membicarakannya disini. Bagaimana denganmu, Virza? Apakah kamu bisa ikut denganku ke kampus?” sahut Roy. Virza langsung mengerti tujuan Roy, dia mengangguk setuju. Akhirnya Delta pun mengikuti mereka setelah Virza selesai mandi

  • Rumah Kos Berhantu   27. Sosok di Kamar Delta

    Roy dan Ajie tidak berbuat apa-apa, karena mereka sudah kelelahan menghadapi tingkah Virza yang sebelumnya. “Mas, aku…” Ajie tidak meneruskan kalimatnya karena Roy melarang. ‘Aku takut,’ batin Ajie. Sepanjang malam itu Ajie dan Roy terus berdoa. Akhirnya, mereka melalui malam panjang itu hingga pagi menjelang. Tanpa disadari, Ajie dan Roy tertidur karena kelelahan. Virza terbangun dan seperti tidak terjadi apa-apa. Dia merasa bingung karena kedua temannya duduk sambil tertidur mendampinginya. Virza merasa sakit di sekujur tubuh sehingga dia harus berusaha keras untuk bangkit dari tempat tidur itu. Dengan perlahan dia membantu kedua temannya berbaring berdampingan. “Mereka akan merasakan sakit juga di sekujur tubuhnya kalau tertidur dengan cara begini,” kata Virza sambil merebahkan mereka. Diam-diam Virza keluar dari kamar Roy. Tiba-tiba bulu kuduk di sekujur tubuhnya merinding saat keluar kamar dan menatap lorong itu. Padahal, letak tangga berada di ujung lorong itu. Ada ras

  • Rumah Kos Berhantu   26. Kerasukan

    Ajie menghembuskan nafas panjang. Dia merasa lega karena ternyata Roy yang berada di depan pintu. Dia melihat sosok Roy yang rambut serta pakaiannya dalam keadaan basah.‘Tapi, mengapa diam dan tertunduk saja? Mengapa dia tidak memanggilku?’ pikir Ajie. ‘Ah, sudahlah! Aku berpikir terlalu berlebihan. Normal saja dia dalam keadaan basah begitu setelah berwudhu,’ pikir Ajie sambil menepis pikiran yang sebelumnya.Kemudian dia segera membuka pintu kamar mengingat waktunya yang sudah tinggal sedikit lagi. Ketika pintu dibuka, Roy segera masuk ke dalam kamar dan berdiri menatap Virza yang masih terbaring dan memejamkan mata.“Mas, waktunya tinggal sedikit lagi. Cepatlah! Sebelum masuk Isya,” Ajie mengingatkan Roy sambil memberikan sarung setelah membantunya menggelar sajadah di lantai. Tapi Roy hanya terdiam dan menerima sarung itu. Ajie terus melawan perasaan-perasaan yang menurutnya ada yang aneh dengan sikap Roy. Dia menepis dugaan pada Roy.Ajie menyingkir dari hadapan Roy dan memili

  • Rumah Kos Berhantu   25. Pantangan Selepas Petang

    “Brug!” Roy segera menarik Virza, karena terburu-buru, Roy menariknya hingga terjatuh ke lantai. Mereka berdua tersungkur.Namun Virza langsung bangun kembali dan mencoba membuka pintu. Dia seperti sedang dikendalikan oleh sesuatu. Melihat itu, Roy segera bangkit dan meraih tangan Virza dengan susah payah.‘Dia seperti terpengaruh dengan suara itu,’ pikir Roy.“Aku mau buka pintu, ada temanku diluar!” Virza menghardik Roy karena dirinya merasa terganggu dengan Roy yang selalu menghalanginya. Matanya terbuka lebar dan menatap marah pada Roy, bahkan Virza sempat menggeram ke arah Roy, membuat Roy semakin yakin bahwa Virza sedang dikuasai oleh sesuatu meskipun keadaannya setengah sadar.“Dia bukan temanmu, Za!” Roy memperingatkan. Tangannya terus ditepis oleh Virza ketika berusaha menggenggamnya, sehingga tangan mereka tampak seperti sedang saling memukul.Roy memutuskan untuk bertindak lebih kasar dan mendekap Virza.“Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar!” Roy berseru di telinga Vi

  • Rumah Kos Berhantu   24. Kita Sebut Saja “G" (Teror Sore Hari)

    “Kamu kenapa, Za? Jangan bikin orang panik!” Roy meninggikan suaranya agar Virza segera sadar. Roy langsung berinisiatif untuk menutup pintu kamarnya dan mendorong Virza agar segera duduk di atas tempat tidurnya. Perlahan tatapan mata Virza pun berubah normal kembali, meskipun masih ada sisa-sisa ketakutan yang tertinggal. Setelah kondisi Virza tampak normal kembali, Roy mulai mengajaknya berbicara. “Ada apa? Mengapa kamu seperti itu tadi? Apakah kamu melihat sesuatu lagi?” desak Roy sambil duduk di samping Virza. “ Apakah mas Roy pergi untuk menonton televisi setelah Mas Roy mandi tadi?” Virza malah balik bertanya. Roy menggelengkan kepala. Virza terdengar mendengus. ‘Ah, pasti aku melihat hal lain lagi nih!’ batin Virza. “Kamu melihat sesuatu di ruang nonton televisi ya?” tanya Roy dengan nada rendah. Virza menundukkan kepala. Dia malah mengingat hal lain. Ternyata Virza menyadari, bahwa di sisi kiri kamar Roy tidak ada kamar lagi. Di Sisi kiri kamar Roy hanya terdapat sebua

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status