Share

Takut Kecewa Lagi

Penulis: YuRa
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-02 20:01:00

Pagi itu langit cerah, embun masih menempel di dedaunan. Esti berdiri di dapur sambil merapikan roti isi dan potongan buah ke dalam tiga kotak bekal. Sesekali ia menoleh ke arah jam dinding, memastikan semuanya tidak terlambat.

"Ais, jangan lupa tempat minummu!" teriaknya ke ruang tengah.

"Iya, Bu!" sahut Ais riang.

Mei yang sudah berpakaian rapi duduk di kursi, mengenakan headset, tampak cuek namun sesekali melirik bekalnya dengan cepat. Ia tidak berkata apa-apa, tapi diam-diam memperhatikan sang Ibu yang tak pernah lalai menyiapkan semuanya.

Tiba-tiba, suara mobil terdengar berhenti di depan rumah. Deru mesinnya dikenali Ais seketika. Ia langsung melesat ke pintu depan, membuka lebar-lebar dan berteriak penuh semangat.

"Ayah?! Mau mengantar Ais ke sekolah ya?"

Di depan pagar, Haris berdiri sambil tersenyum, mengenakan pakaian kerja dan sepatu yang masih bersih. Di tangannya tergenggam kunci mobil.

"Iya, mau antar Ais dan Mbak Mei juga."

Mei yang mendengar dari ruang tengah langsung
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Emi Susanti
terlalu hebat sih kalo laki SPT Haris di maafkan, ingat dia kembali memperbaiki hubungan dgn anak nya setelah tertipu dgn indah, bahkan saat bayi laki-laki lahir dari indah dia bahkan rela dan ikhlas kalo kehilangan dua ank Esti tapi dpt pengganti anak laki dri indah.. setelah tertipu baru dia kemba
goodnovel comment avatar
Dyah Wiryastini
Rasanya ga rela kalau Esti kembali sama Harris
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Fokus Ke Anak

    "Apakah Esti memaafkanmu?" Fahmi menatap langsung ke matanya."Aku nggak tahu…" jawab Haris lirih. "Dia kelihatan tenang. Tapi dingin. Susah ditebak.”"Itu dia. Kalaupun dia sudah memaafkan kamu, bukan berarti dia mau kembali ke hidup yang sama. Mungkin dia sudah berdamai dengan sakitnya. Tapi bukan berarti dia mau jatuh ke lubang yang sama."Haris terdiam. Lalu mengangguk pelan."Jadi aku harus gimana?""Fokus ke anak-anakmu dulu. Buktikan kamu ayah yang bisa mereka percaya lagi. Bukan dengan kata-kata, tapi dengan waktu, perhatian, konsistensi. Syukur-syukur nanti, kalau Esti lihat kamu beneran berubah... mungkin pintu itu kebuka sedikit.”Fahmi menepuk pundak Haris."Tapi kalau kamu buru-buru berharap cinta dari Esti lagi, kamu akan jatuh kecewa. Sembuhkan dulu hubunganmu sebagai ayah. Baru pikirkan hubunganmu sebagai suami."Haris menatap keluar jendela. Jalanan sore itu ramai, tapi hatinya perlahan menemukan arahnya. Ia siap menempuh jalan panjang itu, meski harus sendiri, dan ta

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Pesan Dari Indah

    Supermarket sore itu cukup ramai. Esti berjalan menyusuri lorong-lorong rak dengan tenang, satu per satu mencentang daftar belanjaan di ponselnya. Ia berhenti di bagian susu dan bahan kue, lalu melanjutkan ke bagian kebutuhan harian.Ia sempat berhenti lebih lama di rak minyak goreng, berpikir keras karena harga yang naik. Saat itulah, tanpa sengaja troli yang ia dorong menabrak troli lain dari arah berlawanan."Maaf..." kata Esti sambil reflek menunduk sopan.Tapi ketika ia menegakkan kepala, napasnya sedikit tercekat.Di depannya berdiri seorang perempuan paruh baya yang tampak sedikit kaget, Bu Ratna, ibunya Indah.Untuk beberapa detik, keduanya saling menatap dalam diam. Esti mencoba tersenyum kecil, sopan. Tapi hatinya berdegup lebih cepat. Matanya sempat melirik ke dalam troli Bu Ratna, ada beberapa diapers, susu formula bayi, dan perlengkapan lain yang jelas bukan untuk orang dewasa."Oh... Esti." Bu Ratna membuka suara lebih dulu, nadanya datar, tapi tidak menyerang."Iya, Bu.

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Takut Kecewa Lagi

    Pagi itu langit cerah, embun masih menempel di dedaunan. Esti berdiri di dapur sambil merapikan roti isi dan potongan buah ke dalam tiga kotak bekal. Sesekali ia menoleh ke arah jam dinding, memastikan semuanya tidak terlambat."Ais, jangan lupa tempat minummu!" teriaknya ke ruang tengah."Iya, Bu!" sahut Ais riang.Mei yang sudah berpakaian rapi duduk di kursi, mengenakan headset, tampak cuek namun sesekali melirik bekalnya dengan cepat. Ia tidak berkata apa-apa, tapi diam-diam memperhatikan sang Ibu yang tak pernah lalai menyiapkan semuanya.Tiba-tiba, suara mobil terdengar berhenti di depan rumah. Deru mesinnya dikenali Ais seketika. Ia langsung melesat ke pintu depan, membuka lebar-lebar dan berteriak penuh semangat."Ayah?! Mau mengantar Ais ke sekolah ya?"Di depan pagar, Haris berdiri sambil tersenyum, mengenakan pakaian kerja dan sepatu yang masih bersih. Di tangannya tergenggam kunci mobil."Iya, mau antar Ais dan Mbak Mei juga."Mei yang mendengar dari ruang tengah langsung

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Pembalasan Yang Sempurna

    Langit sudah mulai berwarna jingga ketika Esti melirik jam tangan. Ais masih berceloteh dengan Erlin, sementara Mei duduk tenang di sisi sofa, lebih banyak diam tapi tak lagi terlihat enggan."Kita pulang ya," ujar Esti pelan, cukup untuk didengar anak-anak. Ais langsung memekik kecewa."Yah, padahal Ais masih mau main!"Esti tersenyum sambil mengelus rambut putrinya. "Lain kali kita ke sini lagi."Haris bangkit berdiri. "Aku antar sampai mobil," katanya ragu-ragu, menatap Esti sejenak, lalu beralih pada anak-anak.Mei berdiri duluan. Tak ada pelukan, tapi ia tidak menjauh saat Haris berdiri di dekatnya. Sebuah kemajuan kecil yang dirasakan semua orang di ruangan, meski tak ada yang mengucapkannya.Ais langsung memeluk Haris. "Ayah, lain kali ikut ke mall, ya!""Insya Allah," jawab Haris, suaranya parau. Ia mengelus kepala Ais dengan lembut, seolah menanamkan semua rasa rindunya ke dalam gerakan itu.Di depan rumah, angin sore berembus ringan. Langit perlahan berubah gelap. Haris memb

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Menyambung Kembali

    Di ruang tengah yang sedikit lengang, Haris duduk di ujung sofa, tubuhnya sedikit condong ke depan, mencoba menyamakan tinggi mata dengan Mei yang duduk di karpet sambil tetap menatap ponselnya. Ais sudah berlari ke dapur mencari ibunya, menyisakan keheningan canggung antara ayah dan anak sulungnya.Haris menghela napas pelan. "Mei… kabarmu baik?" suaranya pelan, seperti takut mengejutkan.Mei tidak langsung menjawab. Hanya ada desisan halus dari gesekan jari di layar ponsel."Kamu… udah kelas berapa sekarang?" tanya Haris lagi, mencoba yang lebih ringan. Mei mengangkat bahu tanpa menoleh. "Delapan."Sebenarnya ia tahu kalau Mei kelas delapan, ia hanya ingin mendengar suara Mei. Satu kata, tapi cukup untuk membuat dada Haris menghangat. Ia tersenyum kecil, seolah baru diberi hadiah langka. Selama ini, Mei bahkan tak mau menatapnya."Kelas delapan, ya. Bentar lagi kelas sembilan, terus SMA."Mei tak menjawab. Tapi kali ini, ia menghentikan sejenak gerakan jarinya di layar. Sebuah isyar

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Mencari Arah

    Di dapur yang hangat dan tenang, aroma teh masih menggantung di udara. Erlin sedang membereskan cangkir-cangkir kosong di rak, sementara Esti bersandar di meja, memandangi lantai sejenak sebelum akhirnya berkata dengan suara pelan."Aku masih sering bingung, Erlin. Kadang aku merasa ini semua terlalu rumit untuk diselesaikan."Erlin menoleh, lalu duduk di kursi dekat Esti. "Mbak sudah melakukan banyak hal. Kadang, merelakan ruang itu jauh lebih penting daripada berusaha menyelesaikan semuanya sendiri.”Esti mengangguk pelan. "Ais, dia masih polos. Mudah luluh. Tapi Mei, hatinya keras, dan aku tahu itu karena terlalu lama menahan kecewa.""Mei butuh waktu. Tapi bukan berarti dia tidak ingin didekati. Hanya saja, caranya tidak sama seperti Ais," kata Erlin, menatap wajah Esti yang tampak lelah namun tetap lembut.Esti menarik napas panjang. "Tadi aku lihat Mas Haris senyum-senyum mendengarkan Ais. Tapi matanya kosong. Dia menyesal, Erlin. Tapi entah cukup atau tidak untuk memperbaiki se

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status