Sarah sudah tiga kali berbelok ke kiri, namun sedan berwarna putih itu tetap berada di belakang mobil yang ia kendarai dalam jarak hanya terpaut kurang dari dua ratus meter.
Rimba menengok ke belakang, berusaha melihat, siapa sosok di balik kemudi sedan tersebut. Namun kaca depannya terlalu gelap. Apalagi, tampaknya sang pengemudi mengenakan topi dan kacamata hitam hingga semakin sulit dikenali.
Sarah melirik saat menyadari bahwa Rimba berusaha berbicara dengannya.
“Biar aku yang tangani.”
Sarah mengangguk. Ia pun membawa mobil melalui jalur trans yang akan membawa mereka ke pinggiran kota. Sebab, di sanalah Rimba bisa dengan leluasa ‘menangani’ penguntit tersebut.
Sesuai dugaan, sedan itu mengikuti Sarah dan Rimba hingga ke pinggiran kota. Sementara Sarah mengendarai mobil, Rimba menatap tajam ke luar, mencari tahu lokasi yang tepat untuk ‘menangani’ penguntit itu.
Akhirnya, Rimba menunjuk sebuah
Sarah dan Rimba mengangguk serempak. Membenarkan terkaan Widya.Lalu, tanpa diduga, Rimba bangkit dari duduk dengan tangan yang sudah bebas sepenuhnya. Rupanya, ia sudah melepaskan diri dari belenggu yang dipasang oleh Rinto sebelumnya. Kemampuan yang tidak biasa.Sambil tersenyum bandel, Rimba lalu meletakkan borgol di telapak tangan Rinto yang tersentak melihatnya. Ia memungut ranselnya yang tergeletak di lantai, lalu dengan santai melenggang meninggalkan kamar.Widya yang juga sempat terkejut dengan kemampuan Rimba, akhirnya tersenyum tipis. Sekarang ia paham, mengapa Sakti mewaspadai Rimba.“Rimba punya pengalaman sebagai pencuri andal dan pernah mendapatkan pelatihan yang setara dengan pasukan khusus. Salah satu alasan mengapa klien kami memilih kami untuk menyelidiki kasus pembantaian pos jaga dua tahun lalu,” kata Sarah pada Widya. “Maaf karena kami memanfaatkanmu untuk memancing Sakti. Bagi kami berdua, itulah satu-satunya jalan
Wajah Widya kembali memerah. Ia nyaris murka.“Jaga ucapanmu!” hardik Rinto pada Sarah.Namun Sarah tak peduli. Ia terus mengumbar fakta yang telah mereka kumpulkan tentang Widya sebagai pihak yang paling diuntungkan dengan kemampuan Sakti.“Kami tahu kemampuanmu saat menempuh pendidikan di sekolah menengah dan akademi kepolisian. Kau memang memiliki kemampuan fisik yang memadai, tapi itu tidak cukup. Nilai-nilaimu saat sekolah hanya berada di garis rata-rata, tapi mengapa kau bisa menjadi salah satu lulusan terbaik di angkatanmu?” cecar Sarah, semakin berani.“Begitu juga di akademi kepolisian. Kau bahkan berada di peringkat terbawah dalam kemampuan menembak. Tapi saat kelulusan, kau berada di urutan kelima terbaik? Bagaimana mungkin? Kecuali jika kau memiliki pendukung yang sangat kuat. Mengingat kau bukan anak pembesar atau penguasa, maka pendukungmu tentulah orang dengan kemampuan istimewa seperti Sakti. Seseorang yang bi
Meskipun Rimba tahu, apa yang harus ia lakukan pada saat kedua tangannya diborgol ke belakang, ia memilih berdiam diri. Duduk di tepi tempat tidur hotel, memandang Widya yang berjalan mondar-mandir di kamar dengan gusar. Rinto berusaha menenangkan wanita itu, namun tampaknya belum berhasil.Di sebelah Rimba, Sarah duduk sambil memegang lengan Rimba. Wanita itu bukan ancaman di mata Widya dan Rinto hingga kedua polisi itu merasa tak perlu memborgolnya. Namun, bukan berarti Sarah selemah perkiraan mereka. Setidaknya, Sarah tahu bagaimana membela dirinya dan Rimba.“Aku benar-benar bodoh. Dua bulan ini ditipu mentah-mentah oleh mereka. Kupikir mereka hanya mantan penjahat biasa yang sudah sadar,” rutuk Widya. Ia menatap tajam pada Sarah dan Rimba. Namun yang ditatap malah tenang-tenang saja, tidak terintimidasi sama sekali.“Kalau kau bisa membuktikan kejahatan mereka terhadapmu, kita bisa menyeret mereka ke penjara. Saat ini kita hanya punya senj
Prakasa adalah komandan jenderal yang memimpin ribuan prajurit. Seandainya Sakti berhasil menguasai Prakasa, lantas bagaimana dengan ribuan bawahannya itu? Ada puluhan bahkan ratusan perwira yang berada di bawahnya. Jika sedikit saja mereka mencium kejanggalan dalam diri sang pimpinan, maka Sakti bisa kena batunya.Sebab, Sakti belum pernah menggunakan SABDA pada lebih dari lima orang sekaligus. Selain demi menjaga kerahasiaan kemampuannya, Sakti juga belum mengetahui apakah dia bisa memerintah secara massal. Ia belum menemukan cara untuk menguasai puluhan bahkan ribuan orang sekaligus.Lamunan Sakti terburai saat Prakasa mengulangi pertanyaannya.“Si-siap, Pak. Saya harap dapat mengenal keluarga Bapak lebih dekat lagi,” jawab Sakti tergagap.Prakasa tersenyum sekali lagi. Ia kembali menepuk bahu Sakti, menaruh harapannya yang sangat besar di pundak sang perwira super.***Rimba agak menyesal karena terlalu cepat mengeluarkan pis
Sakti menjalani malam yang cukup berwarna. Selain menikmati kemewahan hidangan yang disajikan, ia juga sempat berbincang dengan keluarga dan kerabat sang jenderal yang—tampaknya, seluruhnya adalah kalangan atas dan berkuasa. Hanya dalam waktu tiga jam, Sakti sudah mengenal lebih banyak ‘orang penting’ daripada saat dia ‘hanya’ menjadi tentara ‘biasa’.Sakti meluaskan koneksinya hingga ke angkatan laut, kepolisian, pemerintahan, dan dunia kesehatan serta hukum. Ia berkenalan dengan adik sang jenderal yang menjadi laksamana, sepupu yang menjadi kepala kepolisian daerah, adik yang menjadi senator dengan istri yang mengepalai rumah sakit terbesar di daerahnya, dan keponakan yang menjadi hakim di pengadilan tinggi.Hebatnya, perkenalan tersebut bukan sekadar say hello, melainkan diikuti dengan tawaran ‘kalau perlu apa-apa, hubungi saya saja’. Keluarga dan kerabat Prakasa tersebut mengetahui bahwa Sakti adalah &l
Titik balik kehidupan Sarah dan Rimba berawal saat Rimba pulang ke rumah dan menemukan Sarah yang terkapar di lantai. Rupanya, wanita muda itu telah dihajar oleh kekasihnya karena dituduh berselingkuh. Sarah sampai dilarikan ke rumah sakit untuk mengobati luka-lukanya.Rimba lalu membalas dendam dengan memukuli—dengan tangan kosong—kekasih Sarah dan dua orang preman yang ia sewa. Akibat penganiayaan tersebut, pria itu harus hidup dengan kaki pincang dan salah satu tangan tidak dapat digerakkan lagi, sedangkan dua orang anak buahnya menderita luka-luka.Rimba lalu ditangkap dan diadili atas perbuatannya tersebut. Saat itu usianya masih lima belas tahun, sementara Sarah delapan belas tahun.Dengan uang yang ia kumpulkan dari menjual barang-barang pemberian kekasihnya, Sarah menyewa pengacara untuk membela Rimba di pengadilan.Pengacara yang Sarah sewa adalah seorang pengacara tua yang jarang menangani kasus kejahatan remaja. Namun, wanita itu ju