Share

AEGLE

Klevance tidak repot - repot berhenti untuk memeriksa apa Dewi Aegle dan para Healer sudah di kantor, sepagi ini kantor Wali Kota pasti masih kosong.

“Aku berani bertaruh mereka pasti masih mendengkur di istana mereka,” ujar Klevance sambil tersenyum miring.

Wali Kota memiliki istana sendiri dan terpisah dengan Istana Lismore, istana utama. Setiap tahun, kesibukan persiapan Festival Musim Semi selalu memengaruhi para Dewa-Dewi dan penduduk Ibukota, tidak terkecuali dengan Dewi Aegle dan para Healer.

Dan saat tertekan, mereka selalu bekerja di cafe sampai larut malam, sambil minum-minum tentunya. Untunglah sejauh ini tidak ada staf yang mengeluh dengan cara kerja Dewi Aegle dan para Healer. Sisi buruknya, hampir selalu dipastikan Dewi Aegle dan para Healer pulang dalam keadaan tumbang.

“Hawa nafsu dan hasrat benar-benar musuh terberat dan ternyata setiap makhluk hidup!” tukasnya sambil menggelengkan kepalanya pelan memikirkan ini semua.

Jangan heran jika kalian mengetahui seorang Dewi ataupun Dewa yang dianggap sebagian makhluk hidup seperti ‘Tuhan’ nya mereka melakukan hal-hal seperti itu.

Di dunia Klevance, mereka juga mempunyai hawa nafsu dan berlaku sebagaimana makhluk hidup yang bernama Bangsa Manusia pada umumnya. Tetapi di luar itu semua, mereka tetaplah Dewa dan Dewi yang memberkati dan melindungi seluruh penduduk Bangsa Kahyangan.

***

Akhirnya Klevance mencapai area Istana Orava yang penuh dengan para Nymph penjaga serta Healer.

“Selamat pagi, Tuan putri. Selamat datang kembali,” ucap mereka serentak sambil tunduk sejenak sebagai tanda hormat.

“Selamat pagi.”

Sambil mengangguk ramah dan membalas sapaan orang – orang, Klevance terus mendorong gerobaknya menjauhi pusat keramaian dan berjalan menyusuri taman Istana Orava yang sangat luas.

Klevance tersenyum kecut. Seandainya dia tidak terlibat dengan masalah ini semua dia mungkin sudah berada di Istana Lismore, istana utama Bangsa Kahyangan. Seandainya saja dia tidak terlibat dengan ini semua, dia sudah berada dalam hanyutan cerita yang akan dia ceritakan pada Ibunya.

Klevance mungkin putri Ratu pemimpin Bangsa Kahyangan, Tapi Larissa tidak pernah memanjakannya dan bahkan mendidik Klevance dengan cukup keras. Dia harus belajar mengendalikan kekuatan yang dapat membahayakan nyawanya setiap hari, dan bahkan dikirim ke tempat pengasingan akibat dirinya tidak bisa mengendalikan kekuataannya pada suatu hari saat pelatihannya sedang berlangsung yang membuat hampir seluruh Ibukota hangus terbakar olehnya.

“Kelinciku yang malang,” gumamnya singkat.

Klevance mendesah saat teringat hasil buruan yang 'sebenarnya' terpaksa harus ia tinggalkan di Hutan Aurora. Setidaknya dia meninggalkan buruannya tersebut di tempat terbuka sehingga hewan buas dapat menikmati hasil buruannya itu. Lebih baik begitu daripada membiarkannya membusuk sia-sia.

Sinar matahari semakin terasa menyengat, Klevance berbelok menuju jalan utama yang menghubungkan taman dengan pintu masuk Istana Orava tepat di ujung jalan taman ini, berbatasan langsung dengan tembok kota yang menjorok langsung menghadap ke hutan, ada sebuah bangunan Istana berlantai-lantai dan megah. Dewi Aegle membangun Istana Orava ini berbatasan tepat dengan tembok kota.

Lalu dengan menyalahgunakan kekuasaannya sebagai Wali Kota, dia membelokkan bentuk tembok kota demi memperluas halaman belakang Istana Orava. Berkat tindakan Dewi sekaligus sahabatnya itu, Klevance punya halaman luas pribadi yang kemudian dimanfaatkan sebagai kebun sayuran pribadinya.

Klevance menyeringai. “Ya, setidaknya dia memberikanku keuntungan dengan menyalahgunakan kekuasaannya itu.”

Di bagian terujung kebun ada sebuah bangunan kecil yang terpisah. Sehari-harinya bangunan itu dimanfaatkan untuk gudang peralatan dan menyimpan hasil sumber daya alam dan bermacam-macam obat-obatan herbal ataupun obat hasil racikan Dewi Aegle dan para Healer.

Klevance ingat ada dipan yang tergeletak di sana, sepertinya itu tempat yang cocok untuk merawat pria yang ditemukannya ini. Setelah setengah mati melewati hutan dan menyelundupkan nya ke Ibukota Irish, akhirnya Klevance berhasil menyembunyikannya di gudang belakang Istana Orava, kediaman Wali Kota Dewi Aegle atau sahabatnya.

Dia memindahkan pria itu ke dipan dan bergegas menuju Istana untuk memanggil Dewi Aegle. Kamar Dewi Aegle terletak di lantai tiga, persis di sebelah pelataran tempat beribadah sebagai bentuk penghormatan untuk dirinya.

Saat Klevance masuk ke dalam kamar Dewi Aegle, dirinya masih terlelap di tempat tidur. Sekilas Dewi Aegle terlihat seperti masih berusia dua puluhan, tapi Klevance tahu sahabatnya paling tidak berusia tiga ratus ribu kali lebih tua dari penampilannya. Namun seolah tidak sadar umur atau memang tidak sadar diri---Aegle selalu menolak dipanggil ‘Nenek atau Bibi'.

Menurutnya panggilan itu membuatnya merasa lebih tua dari usianya yang sesungguhnya. Yah, yang benar saja ... tutuk Klevance gemas.

Aegle masih membungkus diri dalam selimut. Sebuah botol tuak tergeletak di bawah tempat tidurnya, isinya tumpah mengotori lantai. Klevance menarik napas dalam-dalam sebelum menarik paksa selimut Aegle, yang menyebabkan sahabatnya berguling dari tempat tidurnya dan mendarat di lantai.

Kening Klevance mengerut cemas, sejak kecil dia sudah belajar untuk tidak mengganggu tidur Dewi Aegle---sahabatnya, dan itu bukan tanpa alasan. Aegle mengejapkan mata, menggaruk rambutnya yang bewarna hijau kebiruan---tindakan yang hanya menambah carut - marut penampilannya dan tidak akan ditemui di Dewi-Dewi lainnya tentunya.

Lalu dia melirik ke arah Klevance. "KAU BOSAN HIDUP, YA!?" raungnya. Tidak ada yang berani memperlakukan seorang Dewi seperti Klevance saat ini, bukan?

"Sebaiknya kau punya alasan yang bagus atau aku---”

Tanpa menunggu Dewi Aegle, sahabatnya menyelesaikan caci makinya, Klevance menarik tangan Dewi Aegle, memaksanya bangun lalu menyeretnya ke gudang belakang. "Kau boleh mengomel nanti," kata Klevance. "Sekarang ada sesuatu yang harus kutunjukkan."

Mereka tiba di gudang. Dewi Aegle terbelalak ketika melihat seorang pria asing tergolek di atas dipan. Klevance menyadari darah mulai merembes dari perban yang tadi dililitkannya ke sekujur tubuh pria itu. Dewi Aegle mengernyitkan alisnya. "Di mana kau temukan Lucifer ini?" tanyanya.

"Aku menemukannya di Hutan Aurora saat menempuh perjalanan kembali ke Ibukota dini hari tadi," Klevance mendelik.

"Lihat senjata di tangannya. Hanya seorang Lucifer yang menguasai penggunaan senjata macam sarung tangan bercakar dan lihatlah warna bola matanya yang sangat khas!” Dewi Aegle menjelaskan.

“Ya, Aegle. Aku sudah mengetahui bahwa dirinya adalah seorang Lucifer saat dia melukai sebelah sayapku,” tukas Klevance dengan nada datar.

“Sayapmu terluka? Senjata apa yang sampai bisa melukai sayapmu yang kebal itu?” tanya Dewi Aegle keheranan kepadanya.

Klevance menggelengkan kepalanya pelan, “Aku juga tidak tahu, tapi senjata itu seperti belati kecil tetapi mata pisaunya sangat tajam.”

Dewi Aegle tersentak mendengar perkataan Klevance. “Astaga!! Tidak salah lagi, itu pasti senjata pusaka Bangsa Kegelapan yang sudah lama hilang dan tidak diketahui keberadaannya!”

“Senjata pusaka Bangsa Kegelapan yang telah lama hilang? Apa maksudmu dengan mengatakan belati kecil itu sebagai benda pusaka Bangsa Kegelapan Aegle?” Klevance penasaran dengan cerita di balik senjata pusaka tersebut.

"Kamu akan mengetahuinya sebentar lagi, Klevance."

-Bersambung-

chasalla16

*Note* Halo semuanya! Apa kabar? Aku harap kalian baik-baik saja dan semoga hari kalian menyenangkan. Aku ingin meminta tolong kepada kalian jika menyukai ceritaku tolong memberikan ulasan terhadap karyaku ini ya dan tambahkan juga ke koleksi kalian agar tidak ketinggalan update!^^ Feel free untuk memberikan saran dan komentar kalian juga^^ Dan jangan lupa untuk menshare cerita ini jika menurut kalian cerita ini menarik^^ Mohon maaf sebelumnya, jika karyaku ini masih banyak kesalahan ataupun alur ceritanya yang tidak sesuai ekspetasi kalian. Namun, sekali lagi, jika kalian mempunyai saran dan kritikan untukku ataupun karyaku jangan sungkan ya untuk memberitahuku di kolom komentar. Aku akan sangat berterimakasih kepada kalian^^ Aku juga ingin mengucapkan terimakasihku dengan setulus tulusnya kepada para pembaca yang setia membaca karyaku sampai di chapter 5 ini. Kuharap kalian tidak bosan dan menemaniku hingga akhir cerita ini^^ Aku akan berusaha semaksimalku untuk karya ini^^ Salam hangat Chasalla16

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status