Share

IBUKOTA IRISH

Author: chasalla16
last update Last Updated: 2021-05-06 21:46:56

Jalan utama dipadati oleh biawak---reptilia karnivora berukuran lebih kecil dari komodo dan termasuk kadal berukuran sedang yang berjalan dengan dua kaki belakangnya. Jalanan utama juga dipenuhi oleh unicorn dan burung merpati yang beterbangan kesana-kemari di langit Ibukota.

Tidak sedikit pula, Bidadari atau Bidadara dan ras lain kaum Bangsa Kahyangan yang juga sibuk beterbangan dengan mengepakkan sayap mereka untuk mengerjakan tugas mereka masing-masing.

“Tidak ada yang berubah disini. Suasana pagi hari di Ibukota masih sama seperti dulu, ramai dan sibuk,” tukas Klevance setelah mengamati suasana yang terbentang di hadapan pandangannya.

Setelah melewati jajaran biawak, unicorn dan burung merpati hingga para penduduk Ibukota Irish Bangsa Kahyangan yang sedang beterbangan di langit Ibukota, Klevance melintasi beberapa bangunan kota; berbagai lembaga yang mengatur jalannya kehidupan Bangsa Kahyangan, berbagai toko, penginapan, dan sebuah café sebelum akhirnya mencapai alun-alun pusat kota.

Pagi ini terdapat festival tahunan sehingga alun-alun tampak lebih ramai dari biasanya, sekelompok anak hingga orang dewasa berkerumun di pusat alun-alun sambil bersorak-sorai---sepertinya asyik menyaksikan semua.

Tidak ada yang menyadari kehadiran Klevance di alun-alun karena Klevance menggunakan jubah hitamnya sesaat sebelum sampai di alun-alun tersebut. Dia ingin merasakan euphoria Ibukota Irish dengan nyaman tanpa dilihat dari statusnya sebagai Putri pewaris takhta kerajaan.

Klevance mendekat, akhirnya bisa melihat apa yang menjadi fokus perhatian mereka di festival tahun ini. Tepat di tengah alun-alun, seorang Nymph menunjukkan banyak sekali hewan hibrida---hewan yang bisa berubah menjadi manusia---tengah beratraksi.

Sebagian melakukan ataraksi seperti hewan-hewan sirkus dan sebagian lagi menarik perhatian para kaum Bangsa Kahyangan dengan kekuatan sihir mereka yang unik. Ada juga yang mendirikan tiang-tiang dengan sihir mereka---yang unik---yang nantinya akan digunakan untuk menggantung rangkaian lampion untuk puncak acara festival tahunan tersebut.

Para hewan hibrida itu juga mempercantik Ibukota untuk menyambut Festival Musim Semi yang akan berlangsung tak lama lagi. Mereka membuatkan sebuah kolam yang sangat indah dan menawan di tengah pelataran tersebut. Tak heran para penduduk Ibukota mulai dari anak-anak hingga orang dewasa berkerumun.

Klevance ingat saat dirinya masih kanak-kanak dia selalu menanti-nantikan pertunjukan ini setiap tahunnya---sebelum akhirnya dikirim ke tempat pengasingan di luar Benua Isthara. Matanya mencari dan menemukan Nymph hybrid yang mengendalikan semua hewan hibrida ini; seorang pria jangkung dengan badan yang cukup kekar dan berisi serta rambut berwarna keperakan. Paman Jerico, begitu Klevance biasa menyapanya.

Sosok Paman Jerico terlihat mencolok di antara kerumunan. Rona kulitnya pucat, posturnya ringkih, dan bola matanya keruh seperti orang yang sedang tidak sehat. Klevance tidak tahu apakah itu pengaruh usia karena sudah ‘tua’ atau memang penampilan Paman Jerico yang memang selalu seperti itu. Padahal dulunya Paman Jerico merupakan bangsawan yang menjabat kekuasaan tinggi di Lembaga Kenegaraan Bangsa Kahyangan.

Dia pernah menjabat menjadi seorang Wali Kota sebelumnya akhirnya di ambil alih oleh Dewi Aegle dan para Healer---entah kenapa Wali Kota Bangsa Kahyangan digantikan oleh Dewi dan ras yang berkemampuan medis, tapi harus diakui Paman Jerico juga tidak memiliki kemampuan di bidang hukum dan strategi, malahan seperti yang kita ketahui dia merupakan seorang Nymph pengendali hewan hibrida.

Tapi, bisa mengendalikan hewan hibrida adalah kelebihan Paman Jerico. Bahkan di Benua Isthara sekalipun, tidak banyak Nymph yang dapat mengendalikan hewan hibrida. Jadi kalian tidak perlu heran jika Wali Kota di dunia Klevance tidak sesuai dengan kemampuan mereka sebagai Wali Kota sebagaimananya.

Paman Jerico melambaikan tangan dan tersenyum saat menyadari perempuan yang memakai jubah adalah Klevance. Dia menyadari kehadiran Klevance diantara banyaknya penonton saat angin menyingkap sedikit jubah yang dipakainya dan memperlihatkan wajah Klevance walau sesaat.

“Sial! Kenapa Pak Tua itu masih bisa mengenaliku?!” gerutunya.

Klevance berusaha membalas sapaannya dengan tersenyum dan membungkukkan sedikit badannya sebagai tanda hormat dirinya kepada Paman Jerico yang sudah lama tidak dia lihat. Kemudian Klevance meneruskan perjalanan, meninggalkan Paman Jerico.

Dia berjalan melewati kantor Wali Kota. “Huh! Wali Kota, ya?”

Kening Klevance mengernyit setiap kali mendengar istilah itu. Dia merasa sangat konyol dengan kaum Bangsa Kahyangan yang membuat peraturan sebagaimana dunia Manusia yang sangat amat mereka benci dan selalu mereka rendahkan. Klevance bahkan malu menjadi salah satu bagian dari Bangsa yang merendahkan Bangsa lain.

Para kaum Bangsa Kahyangan mulai membuat sistem hukum, kenegaraan, ekonomi dan perdangangan, politik, dan lainnya saat Bangsa Manusia datang ke Benua Isthara. Bangsa Kahyangan dulunya sangat terbelakang dan hanya memanfaatkan kekuatan sihirnya saja tanpa mengembangkan kepintaran dan kecerdasan mereka. Hingga mereka melihat bagaimana cara Bangsa Manusia yang lebih rendah---menurut mereka---dapat menjalani kehidupan mereka secara terstruktur dan terorganisasi. Lalu Bangsa Kahyangan mulai menerapkan sistem yang Bangsa Manusia gunakan sejak saat itu.

Ironis bukan? Manusia yang mereka anggap rendahan, secara tidak langsung malah menyumbang sebuah perubahan dan peradaban besar yang membuat Bangsa Kahyangan semakin maju dan berkuasa. Tetapi karena ego dan gengsi mereka yang terlampau tinggi, sampai kapanpun mereka tidak akan mau untuk mengakui semua perubahan dan peradaban itu berasal dari Bangsa Manusia.

Mereka akan terus mengklaim semua perubahan dan peradaban adalah hasil evolusi para Bangsa Kahyangan dan akan terus menganggap Manusia sebagai bangsa rendahan. Padahal di dunia ini terdiri dari banyak makhluk hidup yang tersebar dan mereka semua memiliki keragaman dengan keunikannya sendiri. Tapi mengapa ada saja bangsa yang menganggap golongan mereka lebih baik dan derajatnya lebih tinggi? Padahal, semua makhluk hidup saling melengkapi dalam keberlangsungan hidup mereka sehari-hari.

Apakah keabadian yang diberkahi oleh para Dewa dan Dewi kepada mereka dan juga kekuatan sihir yang mereka kuasai yang membuat Bangsa Manusia terlihat lebih rendah di hadapan mereka?

“Sungguh tidak tahu malu! Bagaimana mereka bisa hidup nyaman dan tenang dengan muka tebal seperti itu?!” decaknya tak terima.

Klevance tak habis pikir dengan semua ini. Bagaimana bisa mereka tumbuh dan hidup dengan pemikiran Bangsa-Bangsa atau golongan mereka lah yang paling bagus dan paling tinggi derajatnya dibandingkan dengan bangsa lain.

Klevance sudah sangat muak dengan segala diskriminasi dan senioritas yang terjadi. Dia sudah sangat murka dan tidak tahan atas segala penindasan yang dilakukan kepada Bangsa Manusia dan para Half-Angel hanya karena mereka memiliki gen Bangsa Manusia.

Baiklah jika mereka segitu membenci Bangsa Manusia dan merendahkannya, tapi mereka tidak harus serta-merta berperilaku seperti itu kepada para Half-Angel. Bagaimanapun juga, mengalir gen dan darah dari Bangsa Kahyangan di dalam tubuh mereka itu, bukan? Setidaknya mereka tidak perlu memperlakukan kaum tersebut sebagai kaum hasil dari perbuatan ‘dosa’ dan memandang jijik mereka semua.

Semua makhluk hidup mempunyai perasaan. Kita tidak boleh berlaku semena-mena kepada makhluk hidup apapun. Apalagi sampai membetulkan perbuatan buruk yang kita lakukan kepada mereka yang lebih rendah dengan mengatasnamakan kekuasaan.

Percayalah semua perbuatan yang kita lakukan akan mendapat balasannya nanti. Jika baik, tentu kita juga akan mendapatkan ganjaran yang sangat nikmat, baik di dunia maupun di alam kematian. Dan jika buruk, tentu ganjarannya pun juga akan sengsara, baik berupa karma di dunia maupun karma di alam kematian yang menunggu kita.

Maka dari itu, sudah seharusnya kita hidup dengan penuh kebaikan dan pemikiran yang lebih terbuka agar tidak lagi tersesat dan terkurung dengan pemikiran kolot yang menyebabkan kita mendapatkan ganjaran kesengsaraan nantinya.

“Karma itu ada dan nyata, tolong jangan membuat orang yang tidak bersalah ikut terkena imbasnya,” gumam Klevance frustrasi.

-Bersambung-

chasalla16

*Note* Halo semuanya! Apa kabar? Aku harap kalian baik-baik saja dan semoga hari kalian menyenangkan. Aku ingin meminta tolong kepada kalian jika menyukai ceritaku tolong memberikan ulasan terhadap karyaku ini ya dan tambahkan juga ke koleksi kalian agar tidak ketinggalan update!^^ Feel free untuk memberikan saran dan komentar kalian juga^^ Dan jangan lupa untuk menshare cerita ini jika menurut kalian cerita ini menarik^^ Mohon maaf sebelumnya, jika karyaku ini masih banyak kesalahan ataupun alur ceritanya yang tidak sesuai ekspetasi kalian. Namun, sekali lagi, jika kalian mempunyai saran dan kritikan untukku ataupun karyaku jangan sungkan ya untuk memberitahuku di kolom komentar. Aku akan sangat berterimakasih kepada kalian^^ Aku juga ingin mengucapkan terimakasihku dengan setulus tulusnya kepada para pembaca yang setia membaca karyaku sampai di chapter 4 ini. Kuharap kalian tidak bosan dan menemaniku hingga akhir cerita ini^^ Aku akan berusaha semaksimalku untuk karya ini^^ Salam hangat Chasalla16

| Like
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SACRIFICE : THE LADY   MAKHLUK LEGENDA

    "Jadi kau benar-benar putri tersebut! Pantas saja kau sangat berani juga sedikit tidak tahu sopan santun dengan seorang Dewi. Sudah lama tidak berjumpa, Putri Klevance.""Apa kau mengenalku?" Klevance memasang raut wajah bingung dengan pernyataan sang dewi yang seperti sudah mengenalnya sejak lama."Tentu saja aku mengenalmu. Kau adalah Putri pewaris tahta Bangsa Kahyangan. Tidak ada dewi atau pun dewa yang tidak mengenalmu.""Tapi kau tidak mengenalku di awal dan baru mengetahuiku saat aku memperkenalkan diri beberapa saat yang lalu!" sindir Klevance."Ya, tentu saja! Wajahmu sedikit berubah jika dibandingkan dengan dirimu waktu kecil. Aku bahkan tidak bisa mengenalimu sebelumnya."Klevance mengembuskan desah napas berat mendengar pernyataan sang dewi penjaga yang kini seperti seorang teman dekat yang telah lama tidak berjumpa satu sama lain.'Tetap fokus, Hitam. Waktu kita tidak tersisa banyak. Ingatlah bahwa Lucifer masih belum kau ke

  • SACRIFICE : THE LADY   BERTEMU DEWI PENJAGA

    "Selamat datang di duniaku. Kau bukanlah Baginda Ratu Larissa. Siapa kau? Mengapa memasuki dunia simbol yang bukan kawasanmu?" ujar seorang Dewi penjaga dunia simbol kepada Klevance.Klevance mengedarkan pandangannya dan mencari-cari dari mana asal suara yang sedang mengajaknya berbicara tersebut. Namun dia tidak dapat menemukan kehadiran siapapun di dalam dunia simbol tersebut. Dia hanya bisa melihat cahaya putih yang tak berujung di dalam dunia simbol tersebut. Sepi dan sunyi seperti tidak ada kehidupan apapun.Ya, tak heran, bukan. Dunia simbol adalah pertahanan terakhir dari sistem keamanan gerbang belakang Istana Lismore yang jarang dikunjungi oleh siapapun. Tentu saja tidak ada kehidupan di dalam dunia tersebut selain dewi penghuninya."Siapa kau? Kenapa aku tidak bisa melihatmu?" tanya Klevance pada akhirnya karena dia tidak dapat menemukan orang yang mengajaknya berbicara."Tentu saja kau tidak bisa melihatku. Hanya Ratu Larissa yang dapa melihat kehadira

  • SACRIFICE : THE LADY   MENYELINAP

    Bunyi kicauan burung yang begitu nyaring menandakan hari sudah kembali pagi dalam pergantian waktu di Bangsa Kahyangan. Namun sinar matahari masih terlihat begitu redup dan juga belum menampakkan diri serta keluar dari tempat persembunyian nya. Klevance terlihat tengah menyelinap untuk keluar dari kediaman sang ratu. Dia dengan sangat hati-hati melangkah perlahan menuju gerbang belakang Istana Lismore. Di mana pada gerbang belakang tersebut tidak ada satu pun bawahan sang ratu yang berjaga. Gerbang belakang Istana Lismore adalah tempat yang sangat jarang dikunjungi oleh sang ratu sehingga keamanan di sana jauh dari kata ketat. Dengan melewati gerbang belakang tersebut memudahkan Klevance untuk keluar dari istana milik ibunya tanpa ketahuan oleh satu penjaga pun. 'Abu-abu, apa kau tidak berniat membantuku?! Cepat bertukar jiwa, akan sangat merepotkan jika aku ketahuan sekarang!' ucap si Hitam kepada si Abu-abu. 'Ck, kau payah sekali, Hitam! Kenapa tidak bertuk

  • SACRIFICE : THE LADY   PERJANJIAN KONTRAK DARAH

    "Hei, Aegle. Menurutmu apa maksud dari ucapan Zelus padaku beberapa saat yang lalu? Apa yang harus kusiapkan besok? Apa mereka semua berspekulasi bahwa aku yang melakukan pembantaian terhadap kaumku dan juga bangsa manusia sekaligus Half-Angel di Hutan Aurora?" tanya Klevance dengan begitu penasaran akan maksud dari perkataan Zelus kepadanya. Dewi Aegle mengeluarkan desah napas berat. "Sepertinya begitu, Klevance." Klevance sontak tertegun sejenak. 'Mereka benar-benar mengira aku yang melakukan pembantaian itu? Sungguh? Kenapa tidak ada satu pun yang mempercayai diriku. Terutama Ibu ....' Dewi Aegle kemudian menoleh sekilas ke arah Klevance yang masih terdiam dan sedang bergelut dalam pikirannya. Dia lalu menepuk pelan pundak Klevance dan berkata, "Menurut informasi yang kudapatkan dari kantor Wali Kota, Zelus menemukan beberapa helai sayapmu di tempat kejadian tersebut dan dia telah melaporkannya kepada Ratu." Klevance lalu memandan

  • SACRIFICE : THE LADY   MALAM PERAYAAN

    Dor ... dorr ... dorrr .... Bunyi kembang api yang meledak di langit-langit Bangsa Kahayangan terdengar dengan jelas hingga ke penjuru sisi. Semua orang, terutama penduduk Bangsa Kahyangan terlihat memenuhi Istana Lismore sang Ratu. Para tamu yang hadir sangat menikmati pesta yang dibuat oleh sang Ratu Bangsa Kahyangan tersebut. Lantaran pesta tersebut adalah pesta termegah kedua selain pesta pernikahan sang Ratu dengan Raja Bangsa Kegelapan. Alih-alih ikut menikmati dan merasakan suasana yang meriah, Klevance tampak murung dan sama sekali tidak bersemangat. Dia berulang kali menghelakan napas berat sembari memandang ke langit-langit yang dipenuhi dengan kembang api yang indah. Akan tetapi, tatapannya terlihat sangat kosong. Bukannya tidak ingin menikmati, tetapi dia tidak bisa berpesta di tengah situasi yang sedang kacau dan tidak terkendali pada Bangsa Kahyangan. Selain itu, banyak sekali fakta dan juga misteri yang baru saja terungkap serta dia ket

  • SACRIFICE : THE LADY   MAHAKALI

    "Apa Klevance sudah sampai di kediaman Ratu Larissa? Kenapa aku tiba-tiba mengkhawatirkan perempuan menyebalkan itu?!" desis Dewi Aegle pelan kepada dirinya sendiri. "Aku akan meminta Kilorn untuk memastikannya," lanjut Dewi Aegle bergumam dan segera menghubungi Kilorn melalui telepatinya. Seteleh selesai melakukan telepati dengan Kilorn, Dewi Aegle mendapatkan sebuah pesan dari Bangsa Kegelapan. Surat itu diberikan oleh Kilorn kepadanya saat mereka berdua sedang melakukan telepati satu sama lain. Dewi Aegle segera membaca surat yang sudah terpapar dengan jelas isinya di dalam benaknya tersebut. Namun, sepertinya pesan tersebut dikirimkan oleh seorang Dewi juga. Yang mana Dewi yang mengirimkan pesannya kepada Dewi Aegle berasal dari Bangsa Kegelapan. Sehingga pesan tersebut dapat berbunyi dan terhubung satu sama lain seperti sedang berkomunikasi dua arah dalam jangkauan jarak yang dekat. 'Ini aku Mahakali, Aegle. Apakah kau yang menyembuhkan L

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status