“Kak, berapa seriusnya hubungan Kita?”
“Serius dong Sin, insya Allah sampai berumah tangga.”
“Kak, ada yang harus Sintia ungkapkan, bagaimana pentingnya arti Virgin bagi Kakak?’
“Sin, kenapa bicara hal itu, semua kan tabu Sin.”
“Ya Sintia mau dengar saja pendapat dari Kakak, bagaimana kalau Sintia sudah tidak perawan lagi?”
“Kamu Serius Sin?”
“Iya, Aku pernah trauma alami kasus pemerkosaan dulu.”
“Betul Sin, kapan dan siapa yang jahati kamu.”
“Awal kuliah dulu Kak, Siapa dan kapan biarlah semua menjadi rahasia Sintia, hampir 5 tahun ini Sintia pendam kak.”
“Ya Sin, kakak hargai semua itu, Aku mengenalmu sudah cukup lama Sin, Kamu baik, dan Kakak sayang tulus kepadamu.”
“Kakak, terima kekurangan Sintia?”
“Iya, masa lalu biar menjadi sebuah masa lalu, apalagi Kita sudah mau menikah dan bertunangan.”
“Terima kasih kak.”
Hari ini, aku mengakui kekuranganku, dan Roby sepertinya sudah tahu dan t
“Sin, apa maksud dari pesan SMS Hery ini?”“Hery SMS, memang Dia bilang apa?”“Jadi begini kelakuan Kamu, ini yang dibilang mau nikah, ini yang di bilang jujur!”“Apa Kak? boleh Sintia pinjam Hp dulu, boleh Sintia baca pesan dari Hery Kak.”“Sudahlah, ini Hp Kamu, kita batal nikah, kita selesai Sin cukup.”Roby meninggalkan aku dan tempat makan siang kami. Badan aku gemetar seakan tak percaya, banyak mata yang memandang di sekelilingku, aku mencoba tenang, membaca isi pesan SMS Hery untukku. Dan berusaha menahan tangis yang mulai menetes di pipiku ini. Aku pun mengambil Hp yang tergeletak di meja dan membaca isi pesan dari Herry.“Terima kasih ya Sintia, aku sangat puas sekali dengan permainan kamu di ranjang kemarin, aku sangat suka Sin.”Pucat pasi seketika, aku hanya bisa diam setelah membacanya, mencoba untuk jangan pingsan dan panik. Aku kembali ke ruang kerjaku, aku tak bisa meninggalkan pekerjaanku sebaga
Masih berusaha tidak percaya dengan semua ini, hari semakin hari berjalan, ya benar mereka lamaran juga. Tampak wajah bahagia di foto yang mereka sebarkan lewat FB, aku membawa motorku dengan ngebut sekali sore ini.“Sin, ayo pulang?”“Aku mau sendiri dulu Bang.”“Sin, Kamu tidak apa-apa? Kamu sudah janji kan sama Abang?’“Ya, aku mau pulang.”Aku simpan motor dan tasku segera, aku ambil album foto pertunanganku dengan Roby, aku peluk, aku menangis, aku menjerit sejadi-jadinya, Ya Allah, sakit, aku tidak sanggup melihat semua kenyataan ini. Mama dan Papaku masuk dan mendobrak pintu kamarku, mereka berusaha menenangkan aku, memeluk, menciumku, ya Allah aku ingin MATI .Sungguh sulit semua yang aku alami, aku ingin mati rasanya, tapi melihat wajah mama aku merasa iba, siapa lagi anak yang mereka miliki selain aku.Malam ini aku tidur menggunakan gaun warna ungu yang Roby berikan untukku. Gaun y
Semua lebih pasti, lebih nyata dan lebih cepat. Mertua dan para orang tuaku tampak kaget dengan rencana aku dan Rahman untuk segera menikah. Sampai-sampai mertuaku menanyaiku, apakah aku hamil? Lucu sekali, tapi apa mau di kata, aku benar-benar mau menikah.Ada yang bilang jika terlalu terburu-buru takutnya gagal di tengah jalan karena aku belum mengenalnya dengan baik, tapi banyak juga orang tua yang bercerita kalau pernikahan mereka sebuah perjodohan atau dengan seseorang yang benar-benar baru di kenal, alhamdulillah lancar-lancar saja.Akhirnya, aku bertunangan dengan Rahman, ke tiga pihak orang tua pastinya kelimpungan, begitu pula mama dan papa kandungku yang dari Bandung harus dadakan ke Lampung. Arfan Yudhi Rahman, aku sering memanggilnya dengan sebutan kak Rahman atau kak Yudhi.Keluarga Yudhi agak kaget dengan statusku, yang di bilang agak rumit asal – usul keluarganya. Tapi aku kenal Yudhi, dia akan vokal untuk memaksa dan
Seperti yang aku bilang sebelumnya, pernikahanku bisa di bilang gampang-gampang sulit. Banyak orang tua dengan segala keinginannya untuk acara pernikahanku, banyak perdebatan-perdebatan di antara mereka sampai sering tidak seia sekata. Waktu yang cukup singkat mempersiapkan segala kebutuhan.Sampai undangan pun aku bingung harus memberikan kepada teman-temanku, benar-benar waktunya mepet dan aku benar-benar tidak punya banyak waktu karena kerja sangat padat setiap harinya.Mama dan tante Jaja, mereka yang bisa di bilang sangat pontang-panting menyiapkan segala pernikahanku. Sedangkan papa tiriku, jangan di tanya lah, beliau hanya membuat kekacauan saja, membakar amarah dan perbedaan dengan pihak orang tua dan keluarga kandungku. Kalau aku bisa teriak, aku ingin menikah saja sendiri, pernikahan yang simplle saja tanpa segala hal yang serba rumit seperti ini, bahkan sampai akan di gelar dalam tiga kali resepsi pernikahan.
SESION KE 3 (KISAH RUMAH TANGGA SINTIA)MASIH BERATBeberapa bulan kemudian, aku menerima surat undangan pernikahan dari Roby dan Yeyen, masih sama dengan menghela nafas yang panjang. Ya Allah, mungkin jika aku belum menikah jantungku akan berhenti mendadak menerimanya, tangan aku bergetar dan masih sama harus berusaha diam untuk beberapa saat menenangkan diriku, aku hadir, aku hadir di temani oleh Rahman. Mulai beberapa bulan ini, aku belajar menjadi seorang artis yang memiliki beragam karakter hati, aku harus bisa menutupi perasaan apa yang sebenarnya aku rasakan. Aku harus bisa menjiwai semuanya, seakan aku tersenyum padahal aku menangis, seakan menjadi wanita yang tegar padahal hatiku hancur berkeping-keping tak karuan.Aku biasakan untuk memoles wajahku dengan beragam make-up, tidak hanya untuk ke kantor tapi untuk setiap hari aku berada di manapun, lipstik warna merah cabai, pemerah pipi warna pink, dan warna-warna eye shadow
Aku akhirnya pindah ke sebuah rumah yang sederhana dengan Rahman, rumah itu aku beli dari hasil tabunganku selama kerja bertahun- tahun di bank. Tidak mahal aku peroleh, bisa di bilang cukup beruntung karena itu rumah lelang dari kantorku. Kami pindah pada hari Sabtu subuh, lumayan lengkap isi perabotan rumah tangga yang aku bawa. Ada dua kasur, seperangkat sofa tamu, kulkas, televisi, dua unit motor dan peralatan dapurku. Ya aku tipe pengumpul sejak dulu. Bisa dibilang aku tipe cewek yang irit dan perhitungan dalam mengeluarkan uang. Di bilang pelit tidak, di bilang boros juga tidak.Sudah menjadi cita-citaku sejak muda ingin memiliki rumah dan isi rumah pribadi. Mendambakan sebuah rumah tangga yang harmonis dan sebuah kehidupan sederhana yang terbebas dari belenggu, khususnya bapak tiriku yang bisa di bilang sangat cerewet dan mengatur. Seperti yang aku bilang, semenjak punya papa tiri, kehidupan di rumahku bagaikan sebuah neraka, panas, panas dan jauh
Beberapa bulan kemudian, aku menerima surat undangan pernikahan dari Roby dan Yeyen, masih sama dengan menghela nafas yang panjang. Ya Allah, mungkin jika aku belum menikah jantungku akan berhenti mendadak menerimanya, tangan aku bergetar dan masih sama harus berusaha diam untuk beberapa saat menenangkan diriku, aku hadir, aku hadir di temani oleh Rahman. Mulai beberapa bulan ini, aku belajar menjadi seorang artis yang memiliki beragam karakter hati, aku harus bisa menutupi perasaan apa yang sebenarnya aku rasakan. Aku harus bisa menjiwai semuanya, seakan aku tersenyum padahal aku menangis, seakan menjadi wanita yang tegar padahal hatiku hancur berkeping-keping tak karuan.Aku biasakan untuk memoles wajahku dengan beragam make-up, tidak hanya untuk ke kantor tapi untuk setiap hari aku berada di mana pun, lipstik warna merah cabai, pemerah pipi warna pink, dan warna-warna eye shadow muda aku pilih agar memberikan efek segar dan selalu ceria.Ra
Hore, akhirnya aku hamil!! Sebuah kebahagiaan yang sejak dulu aku idam-idamkan tentunya. Setelah sekian lama penantian panjang aku dan Rahman, Allah akhirnya percaya menitipkan buah hati untuk kami. Semenjak hamil, aku tidak bisa kerja seperti biasanya dan semua itu harus aku syukuri dan aku jaga dengan sangat baik. Badan kini sering terasa sakit, dan izin libur yang aku ajukan ke kantor lebih sering dari biasanya. Badanku memang terkenal ringkih alias tidak sekuat teman yang lainnya, hal itu sudah sejak aku kecil dulu, aku terkenal sering sekali sakit-sakitan. Dan hamil putri pertama adalah anugerah yang telah kami tunggu-tunggu sejak sangat lama. beberapa tahun bagi kami adalah waktu yang lumayan lama menunggu kehadiran buah hati. Tidak seperti sahabat-sahabat yang lain mereka dengan sangat mudahnya bisa hamil dalam hitungan bulan dari masa pernikahannya tidak halnya dengan aku yang harus melakukan banyak hal dan usaha demi bisa hamil. Tapi mama bilang aku harus teta