15 - SALING MELENGKAPI
Empat hari sudah mereka menjalani honeymoon versi dulu Afnan dan Arga lakukan, wanita itu benar-benar membikinnya sama persis. Sore baru saja tiba, menunggu Afnan yang kukuh ingin menjemput mereka. Melangkah bersamaan keluar bandara, suara familiar memanggil nama keduanya membuat langsung menoleh ke asal suara. Senyuman mengembang di bibir, Nayla meraih tangan Arga agar ikut berlari mendekat ke Afnan. Cepat melepaskan saat sudah dekat dan berhamburan ke pelukkan Kakak madunya."Nay, aku merindukanmu," gumam Afnan mengurai pelukkannya.
"Aku juga rindu sama kamu," sahut Nayla dramatis tak mau kalah.
Suara deheman membuat keduanya yang melepas rindu menoleh.
"Kamu gak kangen ama aku? Cuma Nayla aja nih yang dipeluk," ucap Arga mengedipkan matanya genit.
Afnan menukikan alisnya dengan tangan yang mengetuk dagunya gaya orang sedang berpikir. "Kangen gak ya," gumam Afnan.
"Enggak kayanya," lanjut Afnan lalu segera menarik Nayla untuk berlari ke parkiran.
Arga tersenyum lalu mengejar kedua bidadarinya. "Awas ya, kamu nakal sekarang," teriak Arga menangkap Afnan lalu menggelitik perutnya.
"Udah Mas, geli." Afnan tertawa lepas merasa geli, memang kelemahan Afnan yaitu digelitiki.
"Makannya jangan nakal," ucap Arga memeluk Afnan dan mengecup pipi.
Nayla melihat adegan itu tersenyum, ia berharap semoga bisa menjaga mahligai rumah tangga ini. Afnan segera masuk ke mobil diikuti Nayla disisinya. Arga melajukan dengan kecepatan sedang.
"Nayla, aku punya kejutan buat kamu nanti di rumah," ucap Afnan menggengam kedua tangan Nayla.
"Kamu udah banyak banget kasih kejutan, Afnan," tutur Nayla tak enak.
"Gapapa, aku suka, jadiiii, jangan ditolak!" titah Afnan tidak menerima penolakkan.
Butuh dua jam ke rumah mereka, segera memarkirkan mobil dan keluar. Afnan segera menarik Nayla untuk mengikutinya, sedang Arga sudah pasti harus mengambil koper dibagasi dan membawanya. Setelah sampai ke tujuan, yang membuat Nayla bingung adalah ia di bawa ke depan kamarnya.
"Ayo cepat buka, semoga kamu suka," titah Afnan.
Nayla mengangguk tak lupa mengulas senyum, memegang knop pintu dan mendorongnya. Decakan kagum keluar dari bibir ranumnya, ia melihat sekeliling warna dinding yang berubah menjadi hijau yang dulunya ungu, kasur king size dengan bad cover bermotif keropi tak lupa boneka keropi ada diatas kasur. Semuanya berada di kamar adalah kesukaan Nayla. Wanita itu menoleh lalu berhamburan ke pelukkan kakak madunya, tak berhenti berucap terimakasih.
Arga mengukir senyum di bibirnya melihat adegan yang sangat bahagia, ia bergumam, "semoga selalu begini, kalian rukun dan menjalankan mahligai rumah tangga dengan bahagia." Setelah selesai pria itu berlalu ke dapur untuk menyiapkan makan malam untuk kedua bidadarinya. Meraih celemek dan mulai berkecimpung dengan peralatan dapur dan bahan makanan.
Setelah merasa selesai ia segera menata ke meja makan lalu menaruh celemeknya, melangkah ke arah kamar istri keduanya. Terlihat para wanita tengah tertidur pulas, dengan memeluk saling satu boneka keropi.
Arga segera membangunkan kedua istrinya.
"Sayang, bangun udah malam," katanya mengoncang keduanya.Afnan mengucek matanya lalu menatap linglung Arga. "Ada apa Mas?" tanya Afnan dengan suara serak khas bangun tidur.
Arga tersenyum melihat istrinya yang masih setengah sadar. "Bangunlah dulu, baru berbicara. Ini sudah malam, waktunya makan malam."
Mendengar ucapan Arga membuat Afnan membulatkan matanya lalu segera beranjak bangun. "Kenapa Mas, gak bangunin aku sih," gerutu Afnan menatap suaminya.
Arga mengeleng melihat tingkah istri pertamanya. "Nayla bangun, udah malammm, ayo kita makan malam bersama," ujar Arga mengoyangkan tubuh istri keduanya yang mulai merasa terganggu, dan bangkit menguap sambil mengerjap-ngerjapkan matanya.
"Iya, Massss," sahut Nayla menyuguhkan senyuman.
Arga menatap Afnan lalu Nayla lalu mengacak-acak rambut keduanya yang tak memakai kerudung. "Cepat mandi, aku telah membuatkan makanan spesial untuk kalian berdua," perintah Arga lalu meraih handuk dan memberikan kepada istrinya.
Afnan dan Nayla mengangguk lalu berjalan ke toilet, yang memang ada dua di kamar ini.
Setelah selesai membersihkan diri, keduanya segera menyusul Arga yang sudah di ruang makan, berjalan beriringan disertai canda tawa. Mereka segera duduk tak lupa menyapa Arga, yang sedang fokus memainkan ponsel-nya."Ini semua masakan Mas Arga?" tanya Nayla kagum menatap semua makanan yang dihidangkan.
"Iya, jadi kita saling melengkapi menutupi kekurangan masing-masing," sahut Arga.
"Ayo makan, masakan Mas Arga, enak lho," ucap Afnan menyendokan masakan ke piring untuk suaminya.
"Iya dong, Arga gitu." Arga membanggakan dirinya tak lupa menepuk-nepuk dada disambut kekeh Nayla dan cibiran Afnan.
16 - NgidamMereka menjalan kehidupannya dengan ceria, seperti malam ini ketiganya menonton acara komedi yang membuat tertawa terbahak-bagida"Ahhhh, mukanya kaya badut," ucap Afnan memegang perutnya yang sakit karena terlalu lama tertawa."Hahahaha, iya Mbak, lucu!" seru Nayla, wanita itu mulai memanggil Afnan dengan sebutan Mbak karena teguran dari Ibunda Afnan."Sudah ah, ini udah mau jam sebelas malam. Ayo tidur," ajak Arga mematikan televisi dan menarik kedua istrinya.Mereka melangkah beriringan saat sudah sampai ke kamar Nayla semuanya berhenti, Arga memegang kedua belah pipi istri keduanya dan mengecup keningnya beberapa detik."Selamat tidur bidadariku, jangan lupa mimpiin aku ya," kata itu terlontar dari bibir tebalnya, mereka selalu bergantian mengantar tidur sesuai jadwal yang sudah ditentukan."Iya Mas," sahut Nayla tersenyum tipis."Selamat tidur chubby," ucap Afnan mencubit pipi adik madunya."Ihhhh, sakit Mbak," r
17 - Rumah sakitNayla beranjak lalu menghampiri mereka, yang sedang berbincang dan duduk di samping Afnan."Apa kabarmu Nay?" tanya Aldi melihat menantu keduanya."Baik Pah," sahut Nayla senyuman terukir di bibirnya."Tubuhmu agak berbeda ya?" tanya Sekar memperhatikan badan menantunya."Ha! Berbeda gimana Mah?" tanya Nayla bingung menatap tubuhnya."Ohhhh, mungkin karena dia akhir-akhir ini porsi makannya menambah Mah," sahut Afnan mengingat Nayla akhir-akhir ini banyak makan."Oh gitu, Mama, Papa izin ke toilet dulu ya," ujar Sekar bangkit lalu menarik tangan Aldi agar mengikutinya.Setelah kepergian mertuanya, Nayla melirik Afnan yang tengah minum air. Wanita itu segera memegang bahu Kakak madunya dan berujar, "Mbak, aku pengin jeruk peras buatanmu, tolong buatkan ya, pleaseeee," pinta Nayla menangkupkan tangannya lalu menatap dengan puppy eyes."Iya aku buatkan, kamu menggemaskan sekali," kekeh Afnan mencubit kedua pip
18 - Garis duaArga menelepon Afnan, memberitahu jika Nayla pingsan dan sekarang berada di rumah sakit. Wanita itu terkejut lekas meraih tas, berlari mengeluarkan mobil dari bagasi dan bergegas ke rumah sakit. Lima puluh menit waktu tempuh Afnan akhirnya sampai, dia langsung masuk dan menanyakan di mana kamar Nayla. Netranya menangkap Arga baru saja keluar dari sebuah ruangan yang ia yakini tempat Nayla berada, segera berlari menemuinya."Mas, gimana keadaan Nayla?" tanya Afnan dengan napas terengah-engah."Kamu duduk dulu, nanti Mas beritahu!" ujar Arga menarik istrinya untuk duduk."Nayla kenapa, Mas?" tanya Afnan memelas ingin segera mengetahuinya."Nayla anemia, dan dugaan dokter sepertinya Naylaaa, hamil," jelas Arga memandang reaksi Afnan yang menegang lalu kembali rileks."Ahhh, semoga itu benar dan kita harus kerjasama menjaga Nayla dan buah hati kita!" ujar Afnan riang disambut senyuman kecil Arga."Kita berdoa sa
19 - Kedatangan mertuaMereka sekarang berada di dalam mobil, menuju minimarket untuk membeli kebutuhan Ibu hamil."Sudah sampai," ujar Arga mematikan mobil lalu keluar membukakan pintu untuk istri -istrinya."Makasih," sahut mereka bersamaan dan melangkah ke minimarket."Biar aku bawakan trolinya, kalian pilih - pilih saja," perintah Arga diangguki keduanya."Nay, kita ke sana yuk! Ada susu ibu hamil," ajak Afnan memegang lengan Nayla menariknya."Afnan, pelan-pelan. Nayla sedang mengandung," tegur Arga membuat Afnan terdiam merasa bersalah."Sudahlah Mas, Mbak Afnan hanya sedang senang, ayo Mbak kita ke sana."Arga hanya menghela napas lalu pergi ke tempat bahan makanan disediakan, ia segera memilih dan memasukkannya dalam troli. Setelah selesai segera pergi ke arah istrinya berada, ia menatap Afnan yang sudah memegang banyak buah - buahan."Sini, masukin ke troli." Arga segera mengambil alih kantung kresek yang berisi buah
20 - MANGGA TETANGGASudah dua jam mereka berbincang, Sekar terus mewanti - wanti Nayla agar istirahat saja, tidak perlu mengurus pekerjaan rumah. Demi kesehatan diri dan janin dalam rahimnya."Oh iya, sampe lupa! ini dari Nenek suamimu." Sekar cepat merogoh tasnya untuk mengambil barang pemberian Nenek Arga lalu memberikannya kepada Nayla.Info ya say, Neneknya Arga --- Ibunya Aldi sedangkan almarhum Omah --- Mamanya Sekar.Nayla menatap benda itu dengan berbinar. "Ahhhh, cantik sekali," gumam Nayla."Iya cantik, seperti pemiliknya. Sekarang Arga, tolong pakaikan kalung ini ke Nayla!" perintah Sekar diangguki Arga, lekas mengambil kalung di tangan Nayla dan memasangkannya."Kamu cantik," bisik Arga di telinga Nayla, wanita itu mendaratkan cubitan di pinggang Arga, sedangkan Afnan menahan napas saat melihat adegan mesra dihadapannya, tanpa sadar ia mengepalkan tangannya."Mah, Pah, menginap di sini ya," p
21 - RASAAfnan lekas mengunci pintu kamar, lantas berjongkok akibat lututnya lemas, ia menyembunyikan wajah yang sudah berurai air mata. Tak terasa sudah lama menangis, membuat dirinya lelah dan tertidur di samping pintu. Jam makan siang telah tiba, Nayla dan Sekar sedang menyiapkan hidangan di meja makan."Mas, tolong panggilkan Mbak Afnan di kamar," pinta Nayla setelah menaruh nasi di atas meja makan.Pria itu mengangguk lalu berjalan cepat ke kamar sang istri. ia segera membuka pintu, matanya menatap kasur yang tak ada Afnan di sana. Melangkah masuk dan menemukan istrinya tergeletak di samping pintu, dia buru - buru menepuk pipi Afnan. Hatinya nyeri saat melihat mata bengkak kekasih hatinya."Eh, Mas kenapa ke sini? Bukannya kamu lagi memetikkan mangga untuk Nayla." Afnan duduk dan bersuara dengan serak khas bangun tidur."Maafkan aku," ucap Arga dengan suara parau, menangkup kedua
22 - CIBIRANKendaraan milik Arga menebus hujan deras, ia lekas memarkirkan mobilnya. Pria itu menoleh menatap istrinya yang tertidur beberapa menit tadi, ia segera mengoyangkan kaki Afnan untuk membangunkannya."Sayang bangun, sudah sampai," tutur Arga membuat Afnan terusik dan bangun."Iya," sahut Afnan sambil mengucek matanya."Mas, di luar hujannnn, gimana dong?" tanya Nayla menyuarakan kebingungnya."Kitakan, gak bawa payung," imbuhnya lagi."Tenang saja, aku sedang chat Diana," ujar Afnan lalu terlihat dari resto seorang wanita tengah menggunakan payung biasa dan memegang payung agak besar.Setelah Diana sampai Arga langsung keluar dan meminta payung, pria itu langsung membuka pintu belakang agar kedua istrinya tidak kebasahan, mereka berjalan beriringan disusul Diana di belakang menggunakan payungnya. Bibir Nayla tak berhenti berdecak kagum, saat masuk ke restoran dengan nuasa elegan. Lampu gantung menyala menyinari r
23 - KEBERSAMAANHari demi hari berlalu dengan menyenangkan, Nayla begitu senang diperhatikan oleh semuanya. Wanita itu baru terbangun dari tidurnya, efek bergadang menonton film bersama Afnan karena Arga lembur. Ia bergegas keluar kamar, menemukan Afnan tengah memasukan makanan ke kotak bekal."Pagi Mbak," sapa Nayla mengecup pipi Afnan."Pagi juga Nayla," sahutnya tersenyum lalu mengelus perut Nayla yang masih datar."Pagi sayang," sapa Afnan kepada janin di rahim Nayla."Pagi juga Bunda." Nayla menirukan suara anak kecil, membuat Afnan terkekeh."Ya sudah, sana mandi! kita mau ke kantor Mas Arga." Nayla mengangguk lalu naik ke kamar untuk melakukan ritual mandinya.Nayla telah berpakaian rapi, tak lupa menenteng tas selempang. Setelah selesai ia turun, menemukan meja makan telah ada susu ibu hamil dan nasi berserta lauk dan sayurnya. Dia mengedarkan pandangannya, mencari Afnan yang tak terlihat.