16 - Ngidam
Mereka menjalan kehidupannya dengan ceria, seperti malam ini ketiganya menonton acara komedi yang membuat tertawa terbahak-bagida
"Ahhhh, mukanya kaya badut," ucap Afnan memegang perutnya yang sakit karena terlalu lama tertawa.
"Hahahaha, iya Mbak, lucu!" seru Nayla, wanita itu mulai memanggil Afnan dengan sebutan Mbak karena teguran dari Ibunda Afnan.
"Sudah ah, ini udah mau jam sebelas malam. Ayo tidur," ajak Arga mematikan televisi dan menarik kedua istrinya.
Mereka melangkah beriringan saat sudah sampai ke kamar Nayla semuanya berhenti, Arga memegang kedua belah pipi istri keduanya dan mengecup keningnya beberapa detik.
"Selamat tidur bidadariku, jangan lupa mimpiin aku ya," kata itu terlontar dari bibir tebalnya, mereka selalu bergantian mengantar tidur sesuai jadwal yang sudah ditentukan.
"Iya Mas," sahut Nayla tersenyum tipis.
"Selamat tidur chubby," ucap Afnan mencubit pipi adik madunya.
"Ihhhh, sakit Mbak," r
17 - Rumah sakitNayla beranjak lalu menghampiri mereka, yang sedang berbincang dan duduk di samping Afnan."Apa kabarmu Nay?" tanya Aldi melihat menantu keduanya."Baik Pah," sahut Nayla senyuman terukir di bibirnya."Tubuhmu agak berbeda ya?" tanya Sekar memperhatikan badan menantunya."Ha! Berbeda gimana Mah?" tanya Nayla bingung menatap tubuhnya."Ohhhh, mungkin karena dia akhir-akhir ini porsi makannya menambah Mah," sahut Afnan mengingat Nayla akhir-akhir ini banyak makan."Oh gitu, Mama, Papa izin ke toilet dulu ya," ujar Sekar bangkit lalu menarik tangan Aldi agar mengikutinya.Setelah kepergian mertuanya, Nayla melirik Afnan yang tengah minum air. Wanita itu segera memegang bahu Kakak madunya dan berujar, "Mbak, aku pengin jeruk peras buatanmu, tolong buatkan ya, pleaseeee," pinta Nayla menangkupkan tangannya lalu menatap dengan puppy eyes."Iya aku buatkan, kamu menggemaskan sekali," kekeh Afnan mencubit kedua pip
18 - Garis duaArga menelepon Afnan, memberitahu jika Nayla pingsan dan sekarang berada di rumah sakit. Wanita itu terkejut lekas meraih tas, berlari mengeluarkan mobil dari bagasi dan bergegas ke rumah sakit. Lima puluh menit waktu tempuh Afnan akhirnya sampai, dia langsung masuk dan menanyakan di mana kamar Nayla. Netranya menangkap Arga baru saja keluar dari sebuah ruangan yang ia yakini tempat Nayla berada, segera berlari menemuinya."Mas, gimana keadaan Nayla?" tanya Afnan dengan napas terengah-engah."Kamu duduk dulu, nanti Mas beritahu!" ujar Arga menarik istrinya untuk duduk."Nayla kenapa, Mas?" tanya Afnan memelas ingin segera mengetahuinya."Nayla anemia, dan dugaan dokter sepertinya Naylaaa, hamil," jelas Arga memandang reaksi Afnan yang menegang lalu kembali rileks."Ahhh, semoga itu benar dan kita harus kerjasama menjaga Nayla dan buah hati kita!" ujar Afnan riang disambut senyuman kecil Arga."Kita berdoa sa
19 - Kedatangan mertuaMereka sekarang berada di dalam mobil, menuju minimarket untuk membeli kebutuhan Ibu hamil."Sudah sampai," ujar Arga mematikan mobil lalu keluar membukakan pintu untuk istri -istrinya."Makasih," sahut mereka bersamaan dan melangkah ke minimarket."Biar aku bawakan trolinya, kalian pilih - pilih saja," perintah Arga diangguki keduanya."Nay, kita ke sana yuk! Ada susu ibu hamil," ajak Afnan memegang lengan Nayla menariknya."Afnan, pelan-pelan. Nayla sedang mengandung," tegur Arga membuat Afnan terdiam merasa bersalah."Sudahlah Mas, Mbak Afnan hanya sedang senang, ayo Mbak kita ke sana."Arga hanya menghela napas lalu pergi ke tempat bahan makanan disediakan, ia segera memilih dan memasukkannya dalam troli. Setelah selesai segera pergi ke arah istrinya berada, ia menatap Afnan yang sudah memegang banyak buah - buahan."Sini, masukin ke troli." Arga segera mengambil alih kantung kresek yang berisi buah
20 - MANGGA TETANGGASudah dua jam mereka berbincang, Sekar terus mewanti - wanti Nayla agar istirahat saja, tidak perlu mengurus pekerjaan rumah. Demi kesehatan diri dan janin dalam rahimnya."Oh iya, sampe lupa! ini dari Nenek suamimu." Sekar cepat merogoh tasnya untuk mengambil barang pemberian Nenek Arga lalu memberikannya kepada Nayla.Info ya say, Neneknya Arga --- Ibunya Aldi sedangkan almarhum Omah --- Mamanya Sekar.Nayla menatap benda itu dengan berbinar. "Ahhhh, cantik sekali," gumam Nayla."Iya cantik, seperti pemiliknya. Sekarang Arga, tolong pakaikan kalung ini ke Nayla!" perintah Sekar diangguki Arga, lekas mengambil kalung di tangan Nayla dan memasangkannya."Kamu cantik," bisik Arga di telinga Nayla, wanita itu mendaratkan cubitan di pinggang Arga, sedangkan Afnan menahan napas saat melihat adegan mesra dihadapannya, tanpa sadar ia mengepalkan tangannya."Mah, Pah, menginap di sini ya," p
21 - RASAAfnan lekas mengunci pintu kamar, lantas berjongkok akibat lututnya lemas, ia menyembunyikan wajah yang sudah berurai air mata. Tak terasa sudah lama menangis, membuat dirinya lelah dan tertidur di samping pintu. Jam makan siang telah tiba, Nayla dan Sekar sedang menyiapkan hidangan di meja makan."Mas, tolong panggilkan Mbak Afnan di kamar," pinta Nayla setelah menaruh nasi di atas meja makan.Pria itu mengangguk lalu berjalan cepat ke kamar sang istri. ia segera membuka pintu, matanya menatap kasur yang tak ada Afnan di sana. Melangkah masuk dan menemukan istrinya tergeletak di samping pintu, dia buru - buru menepuk pipi Afnan. Hatinya nyeri saat melihat mata bengkak kekasih hatinya."Eh, Mas kenapa ke sini? Bukannya kamu lagi memetikkan mangga untuk Nayla." Afnan duduk dan bersuara dengan serak khas bangun tidur."Maafkan aku," ucap Arga dengan suara parau, menangkup kedua
22 - CIBIRANKendaraan milik Arga menebus hujan deras, ia lekas memarkirkan mobilnya. Pria itu menoleh menatap istrinya yang tertidur beberapa menit tadi, ia segera mengoyangkan kaki Afnan untuk membangunkannya."Sayang bangun, sudah sampai," tutur Arga membuat Afnan terusik dan bangun."Iya," sahut Afnan sambil mengucek matanya."Mas, di luar hujannnn, gimana dong?" tanya Nayla menyuarakan kebingungnya."Kitakan, gak bawa payung," imbuhnya lagi."Tenang saja, aku sedang chat Diana," ujar Afnan lalu terlihat dari resto seorang wanita tengah menggunakan payung biasa dan memegang payung agak besar.Setelah Diana sampai Arga langsung keluar dan meminta payung, pria itu langsung membuka pintu belakang agar kedua istrinya tidak kebasahan, mereka berjalan beriringan disusul Diana di belakang menggunakan payungnya. Bibir Nayla tak berhenti berdecak kagum, saat masuk ke restoran dengan nuasa elegan. Lampu gantung menyala menyinari r
23 - KEBERSAMAANHari demi hari berlalu dengan menyenangkan, Nayla begitu senang diperhatikan oleh semuanya. Wanita itu baru terbangun dari tidurnya, efek bergadang menonton film bersama Afnan karena Arga lembur. Ia bergegas keluar kamar, menemukan Afnan tengah memasukan makanan ke kotak bekal."Pagi Mbak," sapa Nayla mengecup pipi Afnan."Pagi juga Nayla," sahutnya tersenyum lalu mengelus perut Nayla yang masih datar."Pagi sayang," sapa Afnan kepada janin di rahim Nayla."Pagi juga Bunda." Nayla menirukan suara anak kecil, membuat Afnan terkekeh."Ya sudah, sana mandi! kita mau ke kantor Mas Arga." Nayla mengangguk lalu naik ke kamar untuk melakukan ritual mandinya.Nayla telah berpakaian rapi, tak lupa menenteng tas selempang. Setelah selesai ia turun, menemukan meja makan telah ada susu ibu hamil dan nasi berserta lauk dan sayurnya. Dia mengedarkan pandangannya, mencari Afnan yang tak terlihat.
24 - FARHAN"Mbak, ngapain ke mall?" tanya Nayla menyuarakan isi hatinya saat sampai tujuan.Afnan menoleh lalu tersenyum, sampai kedua matanya menyipit. "Jalan-jalan lah, masa mau kondangan," kelakar Afnan membuat Nayla mengelengkan kepala."Gak lucu ya?" tanya Afnan menggaruk kepalanya karena malu."Lucu kok," sahut Nayla melepaskan Seatbelt."Kok gak ketawa?" tanya Afnan menatap Nayla bingung.Nayla menyeringai membuat Kakak madunya bergidik ngeri, wanita itu langsung menyerang Afnan dengan gelitikannya, membuat keduanya tertawa bahagia."Ampun Nay, ampun," jeritnya berusaha menahan tangan Nayla yang hendak mengelitik pinggangnya.Suara ketukan di kaca mobil membuat keduanya menoleh, Afnan segera meminta Nayla untuk diam. Menekan tombol untuk membukanya."Maaf, Mbak. Saya kira siapa," ucap satpam, menundukan kepala saat tahu yang di dalam mobil itu pemilik mall ini."Tak apa," sahut Afnan, segera membuka pintu