Share

Aplikasi Pasangan

Author: Wafa Farha
last update Last Updated: 2021-10-14 21:16:31

Pesan itu datang dari nomor Mas Dewa.

 

[Kalila, semua belum terlambat untuk kita. Mumpung kamu ada di luar rumah. Katakan sekarang ada di mana? Aku akan menjelaskan semua kesalahpahaman ini]

 

Dahiku mengerut. Menjelaskan semuanya? Jadi dia meminta kesempatan lagi. Padahal sebelum ini aku sudah keukeh untuk tidak meladeninya. Sepertinya bicara sekali akan cukup. Dia tak akan mengangguku lagi setelah ini.

 

Tapi ... bagaimana kalau malah aku terpengaruh?

 

"Ada apa, mukanya anyep gitu?" seloroh Mas Dareen. 

 

Rupanya diam-diam dia memperhatikanku. 

 

"Ahm, nggak, Mas." Aku menggeleng. Tak ingin dia tahu dan ikut campur.

 

"Pesan dari siapa? Rentenir?"

 

"Ish ngadi-ngadi! Emang ngapain rentenir WA aku segala. Aku kan bukan tukang utang."

 

"Yah, siapa tau kan ... jaman sekarang banyak, cewek cakep, dandanan selalu cetar kaya Syharini, tapi ... di belakang suami ngutang rentenir. Eh, giliran ...."

 

"Udah-udah, Mas. Ah, jadi ngelantur ke mana-mana." Aku mencebik kesal. "Herman deh, di mana-mana yang banyak omong nya itu wanita."

 

"Kan aku coba ngimbangin. Karena jodoh itu kalo satunya pendiem. Satunya cerewet."

 

"Hilih, pake bawa jodoh. Kita nikah bukan karena jodoh! Tapi karena terpaksa kan? Mas juga terpaksa kan nikahin aku, entah apa alasannya."

 

"Ck. Kamu kan cewek berhijab, La. Masa nggak tahu kalau jodoh itu sudah ada namanya di lauhul Mahfuz. Mau sedetik kemudian Dewa akan ngucap akad, kalau kamu jodohku. Kamu bisa apa? Heh." 

 

"Iya, udah ah. Terserah! Tapi suatu saat Mas juga harus jelasin, kenapa sampai mau nikahin aku! Mas kan juga punya masa dep ...."

 

"Sttth .... udah bahas itu, kamu bilang. Siapa yang barusan kirim pesan?"

 

"Harus kasih tau nih?"

 

"Harusnya. Mana boleh seorang istri menyembunyikan sesuatu dari suaminya?"

 

"Hemh. Benar juga. Apalagi aku istri sholihah."

 

"Nah ...."

 

"Eum, kalau Mas jadi aku ... kira-kira, bakal kasih kesempatan Mas Dewa buat bicara nggak?" tanyaku begitu saja. 

 

Mendadak aku membutuhkan pendapatnya. Ah, cepat sekali berubah pikiranku ini.

 

"Ouh, jadi itu pesan dari Dewa?" tebak Mas Dareen manggut-manggut. "Dan dia minta kesempatan kamu untuk menjelaskan semuanya?"

 

Aku mengangguk lemah.

 

"Heh." Kali ini Mas Dareen tersenyum masam. Dia mengusap bibir merahnya, seperti tengah menahan kesal. 

 

Aku belum pernah melihat wajahnya semarah sekarang. Atau hanya aku saja yang berlebihan menilainya. Bisa jadi dia tidak sedang marah. Tapi hanya menrertawakan kebodohan Mas Dewa? Entah.

 

Yang jelas aku tak berani mengungkit itu lagi. Aneh. Kenapa juga aku begini? Seperti ada sesuatu yang aku dan Mas Dareen ucapkan tapi seolah kami tahu hati masing-masing kami.

 

Sepanjang jalan jadi hening.

 

"Kita sudah sampai." Pria itu tersenyum ketika mobil yang kami tumpangi berhenti di sebuah parkiran. Wah, apa dia sama sepertiku? Setelah marah dan diam, tiba-tiba tersenyum begini.

 

"Hah? Beneran hotel?" Aku celingukan menatap gedung megah di luar sana.

 

"Yah. Sayang aja kalau gak digunakan, aku punya tiket gratis karena jadi tamu istimewa mereka."

 

"Kebetulan sekali." Mataku menyipit ke arahnya.

 

"Hem. Perlu kamu tahu, aku tak pernah menginap di hotel dengan siapa pun."

 

"Cih. Masaaaa," ledekku pada pria yang duduk membeku di depan setir kemudi.

 

"Benar. Jadi kamu harus siap-siap karena menjadi wanita yang pertama." Mata pria itu kembali menyorot serius.

 

"Ish! Gak cocok sama Mas!" Kutimpuk pria itu dengan tas di pangkuan.

 

"Auh!"

 

"Ayok, ah. Cepat keluar!" ucapku sembari membuka pintu mobil, dan keluar lebih dulu meninggalkannya yang masih mangaduh kesakitan. Lagian dari tadi mukanya udah kaya musang nahan pipis. Ngeselin!

 

Namun, baru saja keluar langkahku terhenti oleh kehadiran seseorang di depan.

 

"Kamu kenapa malah bengong di si ...." Sama halnya denganku, Mas Dareen menghentikan langkahnya.

 

"Sorry, Dareen. Aku bukannya bermaksud membuntuti kalian, tapi rupanya Kalila belum menghapus aplikasi pasangan kami." Mas Dewa menyapa Mas Dareen lagi. Menyebut aplikasi pasangan yang pernah kami buat bersama. 

 

Ya, Tuhan. Kenapa aku tak kepikiran menghapusnya. Jelas saja dia bisa menemukan keberadaanku selama aku membawa ponsel.

 

"Boleh aku meminjam Kalila sebentar? Mumpung kita ada di luar rumah, tentunya tak ada pihak keluarga yang bisa jadi alasan." Mas Dareen menyambung kata-katanya.

 

"Aku juga tahu alasanmu kenapa tiba-tiba menikahi Kalila." Ucapan terakhir Mas Dewa membuat mataku sontak menyipit ke arahnya. Dia tahu? Benarkah?

 

Sementara Mas Dareen terlihat diam, menatap pria itu. Entah, apa yang ada dalam pikirannya sekarang?

 

Bersambung

 

Pesan itu datang dari nomor Mas Dewa.

 

[Kalila, semua belum terlambat untuk kita. Mumpung kamu ada di luar rumah. Katakan sekarang ada di mana? Aku akan menjelaskan semua kesalahpahaman ini]

 

Dahiku mengerut. Menjelaskan semuanya? Jadi dia meminta kesempatan lagi. Padahal sebelum ini aku sudah keukeh untuk tidak meladeninya. Sepertinya bicara sekali akan cukup. Dia tak akan mengangguku lagi setelah ini.

 

Tapi ... bagaimana kalau malah aku terpengaruh?

 

"Ada apa, mukanya anyep gitu?" seloroh Mas Dareen. 

 

Rupanya diam-diam dia memperhatikanku. 

 

"Ahm, nggak, Mas." Aku menggeleng. Tak ingin dia tahu dan ikut campur.

 

"Pesan dari siapa? Rentenir?"

 

"Ish ngadi-ngadi! Emang ngapain rentenir WA aku segala. Aku kan bukan tukang utang."

 

"Yah, siapa tau kan ... jaman sekarang banyak, cewek cakep, dandanan selalu cetar kaya Syharini, tapi ... di belakang suami ngutang rentenir. Eh, giliran ...."

 

"Udah-udah, Mas. Ah, jadi ngelantur ke mana-mana." Aku mencebik kesal. "Herman deh, di mana-mana yang banyak omong nya itu wanita."

 

"Kan aku coba ngimbangin. Karena jodoh itu kalo satunya pendiem. Satunya cerewet."

 

"Hilih, pake bawa jodoh. Kita nikah bukan karena jodoh! Tapi karena terpaksa kan? Mas juga terpaksa kan nikahin aku, entah apa alasannya."

 

"Ck. Kamu kan cewek berhijab, La. Masa nggak tahu kalau jodoh itu sudah ada namanya di lauhul Mahfuz. Mau sedetik kemudian Dewa akan ngucap akad, kalau kamu jodohku. Kamu bisa apa? Heh." 

 

"Iya, udah ah. Terserah! Tapi suatu saat Mas juga harus jelasin, kenapa sampai mau nikahin aku! Mas kan juga punya masa dep ...."

 

"Sttth .... udah bahas itu, kamu bilang. Siapa yang barusan kirim pesan?"

 

"Harus kasih tau nih?"

 

"Harusnya. Mana boleh seorang istri menyembunyikan sesuatu dari suaminya?"

 

"Hemh. Benar juga. Apalagi aku istri sholihah."

 

"Nah ...."

 

"Eum, kalau Mas jadi aku ... kira-kira, bakal kasih kesempatan Mas Dewa buat bicara nggak?" tanyaku begitu saja. 

 

Mendadak aku membutuhkan pendapatnya. Ah, cepat sekali berubah pikiranku ini.

 

"Ouh, jadi itu pesan dari Dewa?" tebak Mas Dareen manggut-manggut. "Dan dia minta kesempatan kamu untuk menjelaskan semuanya?"

 

Aku mengangguk lemah.

 

"Heh." Kali ini Mas Dareen tersenyum masam. Dia mengusap bibir merahnya, seperti tengah menahan kesal. 

 

Aku belum pernah melihat wajahnya semarah sekarang. Atau hanya aku saja yang berlebihan menilainya. Bisa jadi dia tidak sedang marah. Tapi hanya menrertawakan kebodohan Mas Dewa? Entah.

 

Yang jelas aku tak berani mengungkit itu lagi. Aneh. Kenapa juga aku begini? Seperti ada sesuatu yang aku dan Mas Dareen ucapkan tapi seolah kami tahu hati masing-masing kami.

 

Sepanjang jalan jadi hening.

 

"Kita sudah sampai." Pria itu tersenyum ketika mobil yang kami tumpangi berhenti di sebuah parkiran. Wah, apa dia sama sepertiku? Setelah marah dan diam, tiba-tiba tersenyum begini.

 

"Hah? Beneran hotel?" Aku celingukan menatap gedung megah di luar sana.

 

"Yah. Sayang aja kalau gak digunakan, aku punya tiket gratis karena jadi tamu istimewa mereka."

 

"Kebetulan sekali." Mataku menyipit ke arahnya.

 

"Hem. Perlu kamu tahu, aku tak pernah menginap di hotel dengan siapa pun."

 

"Cih. Masaaaa," ledekku pada pria yang duduk membeku di depan setir kemudi.

 

"Benar. Jadi kamu harus siap-siap karena menjadi wanita yang pertama." Mata pria itu kembali menyorot serius.

 

"Ish! Gak cocok sama Mas!" Kutimpuk pria itu dengan tas di pangkuan.

 

"Auh!"

 

"Ayok, ah. Cepat keluar!" ucapku sembari membuka pintu mobil, dan keluar lebih dulu meninggalkannya yang masih mangaduh kesakitan. Lagian dari tadi mukanya udah kaya musang nahan pipis. Ngeselin!

 

Namun, baru saja keluar langkahku terhenti oleh kehadiran seseorang di depan.

 

"Kamu kenapa malah bengong di si ...." Sama halnya denganku, Mas Dareen menghentikan langkahnya.

 

"Sorry, Dareen. Aku bukannya bermaksud membuntuti kalian, tapi rupanya Kalila belum menghapus aplikasi pasangan kami." Mas Dewa menyapa Mas Dareen lagi. Menyebut aplikasi pasangan yang pernah kami buat bersama. 

 

Ya, Tuhan. Kenapa aku tak kepikiran menghapusnya. Jelas saja dia bisa menemukan keberadaanku selama aku membawa ponsel.

 

"Boleh aku meminjam Kalila sebentar? Mumpung kita ada di luar rumah, tentunya tak ada pihak keluarga yang bisa jadi alasan." Mas Dareen menyambung kata-katanya.

 

"Aku juga tahu alasanmu kenapa tiba-tiba menikahi Kalila." Ucapan terakhir Mas Dewa membuat mataku sontak menyipit ke arahnya. Dia tahu? Benarkah?

 

Sementara Mas Dareen terlihat diam, menatap pria itu. Entah, apa yang ada dalam pikirannya sekarang?

 

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (17)
goodnovel comment avatar
Harsa Amerta Nawasena
Kakak Author update nya 2x pada BAB yg sama, hihihi
goodnovel comment avatar
Domenic Trikusumastuty Wuryanti Wuryanti
gak tertarik kela.aan , di ulang ulang.
goodnovel comment avatar
Fyra
biasa saja
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • SALAH MASUK KAMAR CEO TAMPAN   Tak Ada Angin dan Hujan, Dia Datang

    “Nenek … Nenek … Nenek …” tak hanya Kalila, satu pasukan dikerahkan mencari keberadaan sang nenek.Satu perumahan ditelusuri. Dari rumah ke rumah yang kebanyakan sepi karena menjelang siang hari. Langkah kaki yang berlari kecil seiring keringat yang mengalir di sekujur tubuh. Semakin lama kaki terasa berat melangkah.Kecuali Kalila yang pasca melahirkan, dia hanya berjalan santai menyusuri gang rumahnya saja, sementara yang lain berjalan ke arah gang sebelah. Gang demi gang ditelusuri Qinara, dewa dan Dareen. Pastinya capek dan sangat melelahkan.Entah terlintas begitu saja di kepala Kalila, pikiran tentang seseorang yang tinggal di depan perumahannya. Kontan wanita berhijab ceruty itu mendekati suaminya yang hanya tiga meter darinya.“Mas, bisa bawa mobil? Antarin aku ke depan sekarang,’ titah wanita itu.“Buat apa?” tanya

  • SALAH MASUK KAMAR CEO TAMPAN   Waktu yang Salah

    Rasa kantuk menghadang membuat Kalila tak kuat membuka lebar kelopak matanya. Kedua matanya terasa berat sekali, dua lengannya terasa lemas seolah hawa dingin menyerang tubuhnya hingga rasanya ingin sekali rebahan. Malam yang melelahkan hingga akhirnya wanita itu memejamkan mata sesaat.“Kalila! Kalila!” Seorang wanita yang tak asing memanggilnya.“Eh …” Kalila membuka mata dengan lilir melihat siapa wanita yang menepuknya sedari tadi.“Bayimu! Zubair” Mama menepuk lengannya berkali-kali dengan menautkan dua alisnya.Mendengar nama bayinya langsung melebarkan mata sempurna. Ingat kalau dirinya tengah menyusui putranya hingga tidur tertunduk. Tak menyadari Zubair di pangkuannya.“Zubair!” Kontan Kalila menegakkan tubuhnya sembari kepalanya menunduk untuk melihat putranya.Ternyata Zubair ketindihan tubuh b

  • SALAH MASUK KAMAR CEO TAMPAN   Malam yang Melelahkan

    “Duh, kenapa gak diangkat lagi. Astaghfirullah … sabarkan yaa Allah.” Kalila melipat dua bibirnya sembari memainkan dua jempol tangannya. Terlihat kecemasan di raut wajahnya.Jam dinding menunjukkan jam 5 lebih di sore hari menjelang maghrib. Angin sepoi-sepoi menembus jendela kamar wanita itu.Bayi Zubair yang sedari tadi terlelap, tiba-tiba saja menangis begitu saja. Kalila spontan terhenyak dari lamunannya. Tak tega mengdengar bayinya yang bersuara lebih kencang. Dia akhirnya mendekati box bayi, menggendongnya perlahan. Wanita itu merebahkan bokongnya sembari memangku lembut sang bayi yang akhirnya terdia. Mengeluarkan jusur jitu asi favorit putranya.“Kemana kabar abamu sayang,” gumam Kalila sembari mengecup kening putranya.Sejak tadi malam hingga sekarang Dareen susah dihubungi. Lebih tepatnya jarang menghubungi Kalila hingga sekarang. Terakhir kabar dari Dareen h

  • SALAH MASUK KAMAR CEO TAMPAN   Akal Bulus

    Dareen berbalik arah dan meraih handuk yang menggantung di samping kamar mandi. Digulung-gulungnya ke telapak tangan kanannya. Kemudian pria itu berbalik arah. Dan dengan cepat mendorong kuat lengan kiri wanita itu hingga menabrak dinding.Ini satu-satu cara agar menyentuhnya tanpa tersentuh. Dareen sangat memahami bahwa haramnya menyentuh yang bukan mahramnya. Bahkan Hadost riwayat Thobroruni menjelaskan kalau ditusuknya kepala seseorang dengan pasak dari besi, sungguh lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang bukan mahramnya.“Argh!” Wanita blesteran merintih kesakitan kala lengannya mendapat tekanan kuat dari sang pria di depannya.Mata elang pria itu menyorot tajam seolah kemarahan berkobar di sepasang netranya. Sementara Clara menelan saliva sembari membalas tatapan Dareen dengan berani meski masih terlihat aura ketakutan di matanya.Pandangan Dareen beralih pada tangan kanan wanita di hadapannya itu tengah merogoh sesuatu. Pria i

  • SALAH MASUK KAMAR CEO TAMPAN   Mari Kita Mulai

    “Mari kita mulai. Mana kontrak baru kalian. Aku mau baca. Hem.” Mr. Richard menaikkan dua alisnya.Dareen melirik Dewa, mengkodenya untuk menaruh berkas map yang sedari tadi dibawanya.Meja makan yang awalnya penuh dengan piring dan gelas, kini kosong melompong. Pelayan wanita itu sebelumnya telah sepenuhnya membereskannya. Wajar, Dewa segera menunjukkan berkas itu tanpa sungkan.Dareen menyandarkan punggungnya sambil menyilangkan dua tangannya ke dada. “Silahkan. Nyambi ngopi juga bisa. Saya panggilkan, Hahaha …” Pria itu mencoba berkelakar mencairkan suasana. Dia tersenyum percaya diri.Begitulah Dareen cara meyakinkan lawan mainnya. Kata-katanya yang seolah membuatnya tebar pesona, sikap percaya dirinya juga turut jadi daya tarik yang tentu menjadi poin penting dalam berbisnis. Karakter pria yang satu ini memang kharismatik.“Hihihi … Mas Dareen itu yang kusuka darimu.” Clara terkekeh sembari men

  • SALAH MASUK KAMAR CEO TAMPAN   Aku Gigit Ya

    “Mana anaknya daddy?” Wajah Dareen terlihat jelas di layar ponsel Kalila.“Lama-lama jadi sugar daddy? Udah ah! Aba aja oke, lebih alim. ” Kalila membujuk dengan mengedipkan mata genit.“Oppa gimana?” Pria itu mengedikkan dua alisnya. “Oppa Dareen Sarange … hahaha …” Dia bertingkah cute dengan suara dimiripin emak-emak yang kesemsem sama actor korea.“ Hahahaha … Mas ihh.” Kalila terpingkal-pingkal dengan tingkah konyol suaminya.Video call yang dari beberapa menit lalu, pagi ini hanya membahas panggilan nama orangtua untuk Kalila dan Dareen.“Appa Amma gimana?” Kalila mengedikkan alisnya sembari melayangkan senyuman manis.“Aa … Aa …” Suara bayi terdengar bangun dari arah belakang wanita itu. kontan Kalila terhenyak dan menoleh ke belakang.“Masya Allah, anaknya jawab tuh.” Mata Dareen berbinar kala Kalil

  • SALAH MASUK KAMAR CEO TAMPAN   Dareen Kembali

    Dareen kembali ke kamar pasien, mendekati istrinya dengan wajah lesu.“Sayang.” Pria itu duduk di sisi ranjang. Dia menatap lekat istrinya seolah mimikirkan rangkaian kata yang akan diucap. Pria itu merengkuh tubuh Kalila yang ada di sampingnya. Bibirnya mendekat ke telinga wanita itu, “Maaf sayang, aku harus pergi sore ini ke Prancis.”“A-apa?” Kalila segera menarik kepalanya menjauh. Melepas pelukan suaminya.“Perusahaan sedang genting. Mr. Richard menuntut royalty yang tak masuk akal. Aku dan Dewa harus ke sana, membujuknya dan menyutujui kontrak baru.” Dareen kembali melingkarkan lengan ke leher Kalila, memeluk erat, membuat istrinya bersandar di bahunya. Membujuk istrinya untuk meridhoi kepergiannya.“Mr. Richard? Papanya Angela?” Kalila menarik kepalanya. Namun kembali pasrah, tak kuat melepasnya.Dareen perlahan melonggarkan lengannya lalu mengusap kedua lengan istrinya. Di tatapnya

  • SALAH MASUK KAMAR CEO TAMPAN   Penggoda

    “Masalah perusahaan, apa sudah ada perkembangan? Ku dengar proyek sebelumnya banyak kerugian.” Dewa memulai membuka topik. Pria itu mengaduk gelas cappuchino di depannya sembari menunduk. Pembahasan ini juga terasa berat baginya.Sadar kalau yang ia bahas ini termasuk proyek yang pernah dirusaknya karena suruhan Angela. Sebenanya bisa saja Dewa tak mengikuti Angela. Namun ambisi yang menginginkan posisi yang sama seperti Dareen membuatnya pasrah dan mengikuti kemauan Angela kala itu.Tentunya jelas membawa trouble bagi perusahaan Biantara Group. Berawal Property Hyatt memakai kualitas rendah yang dipesannya dari perusahaan itu. Hingga akhirnya hotel yang di bangun atas kerjasama itu mengalami keretakan hebat.Kini Property Hyatt menuntut mendekor ulang. Padahal jelas tidak bisa karena sudah ada beberapa tamu yang masih check in di sana. Pihak Biantara ingin segera mengosongkan wilayah itu karena berbahaya. Namun Mr. Richard tak bergeming dan tetap ke

  • SALAH MASUK KAMAR CEO TAMPAN   Jaga Suamimu Baik-Baik

    “Jatahku mana, sayang?” tanya Dewa sembari langkahnya kian mendekat.Seketika itu tangan Qinara berhenti menata kue-kue yang sedari tadi berserakan di atas meja. Rencana kue-kue itu mau di taruh di toples dan dimasukkan dalam kantung kresek. Wanita itu tertohok, matanya membulat sempurna.‘Kenapa Mas Dewa minta, di saat situasi begini?’Melihat Qinara yang masih terbebani dengan kakaknya yang akan melahirkan. Entah hingga sekarang belum tahu apa yang terjadi dengan Kalila dan bayinya. Tersadar, ponsel wanita itu masih tertancap erat di usb dalam mobil. Belum lagi, tujuan mereka ke sini untuk membawa bekal untuk Kalila dan Dareen yang pastinya akan meningap di rumah sakit beberapa hari di tempat kedua bumil itu sering kontrol kehamilan. Wajar, penasaran Qinara semakin di ubun-ubun karena tak tahu apa sebenarnya yang terjadi pada kakaknya di sana.“Maksudnya?” Qinara menerka maksud Dewa. Perasaan gugup kala menatap dua ma

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status