Share

Aku Siap Kembali

Penulis: lasminuryani92
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-19 10:42:54

Surat itu masih kugenggam, tidak berani membukanya, apalagi di depan Anna, ada perasaan tak menentu, yang rasanya perih bak tersayat-sayat, bagaimana tidak? cinta yang ditulisnya membawaku pada orang yang salah, aku langsung mencintai Mas Irawan karena kukira dialah pemilik surat ini, tapi ternyata aku salah melabuhkan cintaku.

Aku tidak ingin kembali terjebak dalam cinta itu, mungkin saja sekarang dia sudah pergi jauh dan berlabuh pada orang lain, aku menyimpannya ke dalam tas, dan pergi ke bank untuk mencairkan deposito uang yang telah kusimpan selama 2 tahun ini.

Proses pencairan berlangsung cepat, aku dilayani dengan sangat baik, uang sudah dipindahkan ke rekening, kapan pun aku bisa melakukan pembayaran dengan transfer atau mengambil uang cas di mesin ATM.

“Terimakasih atas kepercayaannya selama ini Ibu, kami punya sedikit hadiah,” ucap salah satu pegawai menyodorkan sebuah kotak padaku.

Aku membukanya perlahan, “Waw …, sebuah kalung berwarna silver yang indah dihiasi dengan bandul huruf ‘K’.”

“Terimakasih banyak Pak, saya permisi.”

“Silahkan,” ucapnya ramah sembari membukakan pintu keluar.

Aku melenggang dengan gembira, kalungnya benar-benar cantik, sebelum pergi sengaja kupasangkan, selama menikah aku belum pernah memakai perhiasan.

[Kamu dimana?]

Pesan dari Atha, baru saja masuk.

[Baru selesai dari bank, mau mencari kontrakan rumah.]

Wajahku mengerut karena dia malah membalas pesan dengan mengirimkan lokasi, [Aku di sini datanglah segera!]

“Heum …! ya sudahlah,” aku pun menunda rencanaku untuk mencari rumah kontrakan dan pergi ke lokasi yang Atha berikan, mungkin saja dia membutuhkan mobilnya.

“Nggak salah? kenapa alamatnya berhenti di sini? dimana Atha?” aku celingukan melihat keluar, barang kali saja tuh anak nongol di dekat sini.

Dari dalam sebuah rumah Atha melambaikan tangannya, “Sedang apa dia di rumah itu?”

Dia pun berlari membukakan pintu gerbang, aku masuk dan memarkir mobil di halamannya.

“Ayo, masuk,” ucap Atha mendongak di pintu mobil.

“Rumah siapa?” tanyaku.

“Masuk saja,” tariknya.

Di dalam rumah ada seorang perempuan berpenampilan rapih tersenyum ramah, “Silahkan di lihat-lihat Ibu, rumah ini di desain oleh salah satu Arsitek terbaik di Indonesia, mengusung tema rumah minimalis yang elegant, sangat cocok untuk di tempati oleh pasangan baru,” ucapnya.

“Pasangan baru?” aku melirik Atha dan tak tahan menahan tawa.

Sesaat Atha memandang, kemudian membalikkan tubuhku untuk kembali mendengar penjelasan sales tersebut.

Kami diajak berkeliling melihat fasilitas yang telah di sediakan oleh rumah ini, semuanya hampir lengkap dengan penataan yang aku suka.

Aku menarik lengan Atha dan memintanya merendah karena akan berbisik, “Sebenarnya ini rumah buat siapa?”

“Bukannya kamu sedang mencari rumah untuk tinggal?" sahut Atha tak kalah berbisik.

“Mana cukup uangku untuk membeli rumah ini, ayo kita pergi saja,” sengaja kutekankan kata itu sebelum terlanjur pada penawaran harga, akan sangat malu kalau sudah banyak bertanya malah tidak jadi karena uangnya tidak cukup.

“Hm …!” si ibu berdehem, aku pun segera fokus kembali padanya sambil melebarkan senyum.

Pelan, tanpa memalingkan wajah dari si ibu, aku terus menarik-narik baju Atha agar kami bisa pergi. Tapi dia tidak mendengar dan malah maju semakin depan untuk mendengarkan penjelasan si ibu.

“Jadi bagaimana, apakah Bapak dan Ibu menyukainya?”

“Tidak,” jawabku cepat.

“Iya Bu, saya sangat menyukainya,” jawab Atha.

Aku kembali menarik tubuhnya, “Sudah kubilang uangku tidak cukup Atha!”

“Kamu bisa berhutang padaku selamanya, atau temani aku selama sebulan, maka hutangmu lunas,” ucapnya santai.

Apa-apaan anak ini, berhutang selamanya? atau menemaninya selama sebulan? sehari hari saja sudah kaya Tom and Jerry apalagi sebelum?

“Nggak Bu, kami tidak …,”

‘Bup’

Atha berdiri di belakang dan menutup mulutku dengan tangannya.

“Saya akan selesaikan pembayarannya di kantor, terimakasih untuk hari ini,” ucap Atha.

"Hm …, Hm …,"

Aku hanya bisa menggeram, saat sales itu berpamitan dan pergi lebih dulu.

“Athaaaaaaa!” teriakku membuatnya terhenyak, “aku tidak mau berhutang padamu selamanya, apalagi menemanimu selama sebulan!”

“Kenapa? aku sangat tampan dan bisa mengajakmu kemana saja,” ucapnya dengan bangga.

‘Bugh!’

Kupukul saja tubuhnya dengan tas yang sedari tadi kubawa.

“Kalau kerjaanmu hanya menghamburkan uang, kapan kamu bisa menikahi anak orang!” sentakku, “mana mau si Talita menikahi laki-laki boros kaya kamu!” cercaku lagi.

Atha mengerutkan wajahnya, “Siapa yang mau menikah dengan Talita,” jawabnya pelan sambil mengelus puhu lengan yang aku pukul.

“Sudah, ayo kita pergi, rapihkan dulu dirimu, kamu itu kebanyakan mikir pengeluaran makanya sampai punya penampilan kaya gini,” Atha mendorong tubuhku keluar rumah.

“Memangnya ada apa dengan penampilanku?” aku berbalik dan berdiri tegap di hadapannya.

Atha tidak menjawab dan hanya mendorongku ke samping sebelah kanan, “Lihat di kaca? siapa itu?” tanyanya.

Pertanyaan apa itu? sudah jelas ini aku.

“Kamu tidak melihat seorang perempuan penuh lemak, tidak terurus, lemah, sedang berdiri di depan cermin?” perkataan Atha membuatku memperhatikan setiap lekuk tubuhku di sana. Kemudian sekelebat tubuh perempuan langsing, rapi dan energik berdiri di sampingnya.

“Lihat dengan baik dirimu yang dulu di cermin itu, apakah kamu tidak mau seperti itu lagi? orang-orang di luar sana yang tidak tahu akan kehidupanmu, mereka tidak bisa melihat betapa cantiknya dirimu dari dalam, yang mereka lihat hanya penampilan selintas dari luar, kalau kamu ingin dihargai orang, setidaknya berpakaianlah yang rapih dan jaga penampilanmu, dengan begitu kamu bisa memperlihatkan pada mereka betapa cantiknya kamu dari dalam,” ucapan Atha menghujam dalam sanubari, hatiku meronta, karena selama ini aku tidak pernah melihat diriku secara keseluruhan lagi di cermin.

“Tanda bersyukurmu pada Allah akan tubuh ini, maka pelihara dan rawatlah sebaik-baiknya.”

Aku tertegun melihat kerendahan diriku di cermin, pantaslah orang-orang di kantor itu membully ku, aku memang pantas mendapatkannya.

“Aku ingin jadi diriku lagi,” gumamku pelan.

“Bagus, sekarang kita berangkat,” jawab Atha, langsung melangkah.

“Kemana?”

“Permak dirimu, ayo!” tangan Atha terjulur di hadapanku.

Aku tersenyum menyambut tangannya, dan kami pergi ke sebuah salon besar, dilayani dengan beberapa orang bak ratu Inggris yang sedang menikmati perawatan, tidak ada yang terlewat, semua hal dari tubuhku di bersihkannya. Namun, tidak kulihat Atha sedari tadi, kemana lagi anak itu? ya sudahlah tidak apa-apa mungkin dia merasa kesal.

“Selesai Mbak, tinggal menata rambutnya,” ucap salah satu pegawai, ia pun kembali mendudukanku di depan cermin, menyerahkanku pada pegawai lainnya, matanya terus menimbang agar bisa memberikan bentuk rambut yang cocok dengan bentuk wajah ini.

Setelahnya, aku bahkan dihias natural agar tidak terlihat pucat atau malah terlihat ketuaan karena salah pake make up, pegawai itu memberiku saran setiap jenis make up dan warna yang harus aku pakai kedepannya.

Atha datang dan menjatuhkan banyak barang dikursi, “pakai!" ucapnya sambil ngos-ngosan.

“Kamu membeli ini semua?” dahiku mengerut.

Atha mengangguk pelan.

“Athaaaaaaa!” teriakku pelan, karena banyak orang memperhatikan kami.

"Bagaimana aku bisa membayarnya?” gumamku dengan suara menggema, Atha pura-pura tidak mendengar, dan malah mendorongku ke ruangan ganti.

Setelah beberapa menit di dalam ruang ganti, aku mencoba keluar dan memperlihatkannya pada Atha.

Matanya terbelalak lebar, begitu pun dengan orang-orang yang ada di sekitar, “Ok, mari kita pulang,” ucapnya sembari membawa semua barang yang dibelinya.

“Athaaa …, Athaaa …., aku malu, kenapa semua orang malah memandangku sekarang?” ucapku lirih, mengejar dia yang sudah berjalan di depanku.

Atha berhenti, lalu memperlihatkanku lagi pada sebuah cermin besar yang ada di salon itu, “Karena mereka melihat ini,” ucapnya berbisik di telinga.

Mataku tak kalah terbelalak seperti mata Atha sebelumnya, perempuan di cermin itu sangat cantik, aku bahkan tidak percaya kalau aku masih bisa secantik dulu.

“Aku siap untuk kembali bekerja di perusaan Mas Haidar,” jawabku lantang, “Aku akan membutikan pada mereka siapa perempuan yang telah mereka hinakan sebelumnya,” tekadku bulat, memandang mata Atha yang berbinar.

Atha hanya tersenyum, melihat energikku kembali. Lalu berjalan disampingku, aku tersenyum ramah pada setiap orang yang memandang, kini kepercayaan diriku kembali, aku bukan lagi Kirana yang bisa dilecehkan karena penampilan, aku adalah Kirana yang bisa membuat semua orang bangga, dan membuat Mas Irawan menyesal telah menyisihkanku dengan sia-sia.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • SALAH MEMILIH SUAMI   Part 40 (Tamat)

    Atha~Aku mengepal dan meremas rasa sakit, lelaki bajingan itu telah berani menyakiti istriku! Selama ini aku membiarkannya karena masih menganggapnya teman, tapi kali ini dia benar-benar menunjukkan sifat kegilaannya. Aku sungguh tidak menyangka dia bisa melakukan hal sekeji itu pada Kirana, perempuan yang bahkan pernah ia cintai.Aku tidak pernah berpikir bahwa ada cinta seperti itu, melukai wanitanya sendiri hanya karena cintanya tak berbalas."Lacak keberadaan Ihsan dan keempat lelaki itu sekarang! Aku tidak akan membiarkannya lepas setelah apa yang mereka lakukan pada Kirana!" sentakku pada semua pegawai IT kantor."Aku ingin membuat perhitungan dengan kepalan tanganku sendiri! dia pikir bisa menguji cinta dan kesetiaanku pada Kirana dengan cara seperti ini? sungguh Ihsan benar-benar bodoh!""Apa maksudnya Pak?" seseorang bertanya karena merasa heran dengan pemikiranku."Hm!" Aku berdecak."Ihsan melakukan sebuah siasat agar aku merasa jijik pada Kirana dan mencampakannya. Dia ti

  • SALAH MEMILIH SUAMI   Part 39

    "Kiran.""Iya sayang."Atha memicingkan matanya."Why?""Hanya belum terbiasa," jawabnya sembari mengelus rambutku lembut."Hari ini kita akan melihat rumah yang dibelikan Ayah, jam sepuluh aku jemput ya?" ucapnya lagi. Ia masih sibuk menata dasi yang dikenakan. Aku mendekat dan memberi sentuhan, memukul manja dadanya yang bidang."Rumah ini dan rumah kamu gimana?" tanyaku tanpa menatap."Kamu suka tinggal di sini?" Aku menggangguk dua kali."Lihat saja dulu rumahnya, mungkin kamu lebih suka. Kirana Tufatu Zahra bisa tinggal di mana saja, tidak masalah asal sama aku," jawabnya dengan barisan gigi yang putih."Aku berangkat dulu ya, hati-hati. Jangan bukakan pintu untuk sembarang orang," pesannya sebelum pergi. Aku mengambil punggung tangan dan menciumnya lembut. Atha memandang sesaat sebelum ia mengecup keningku dan melangkah menuju mobil.Aku melihat ia menghidupkan mobilnya, dan menatap lewat kaca spion. Apa yang beda hari ini? rasanya ada sesuatu yang kurang nyaman dihati saat me

  • SALAH MEMILIH SUAMI   Part 38

    “Aku harus pergi ke kantor sebentar, ada urusan yang tidak bisa didelegasikan sama yang lain,” ucap Atha mendekatkan wajahnya, hanya beberapa inci saja jarak kami sekarang.Aku mengerucutkan bibir, ini hari pertama pernikahan kami. Atha tidak bisa mengajukan cuti meski pemilik perusahaan.“Hanya sebentar saja, aku akan segera kembali,” rayunya lagi sembari mencubit pipi.“Iiii. Sakit!” Mataku melotot. Atha tergelak sembari berlari kekamar untuk mengambil kunci mobil.Ponsel yang kusimpan di atas meja bergetar pelan, sengaja hanya digetarkan tanpa suara agar punya waktu privasi dengan Atha, malah pesan group aku senyapkan.Pesan WhatsApp sampai penuh, chat teman-teman yang menyampaikan selamat juga berbaris rapi, apalagi group kantor sampai ribuan komentar, entah apa yang sedang mereka bahas, Aku kurang tertarik. Dari deretan pesan itu kulihat ada nama Ihsan di barisan paling atas.[Selamat atas pernikahannya ya Kirana, maaf kalau sikapku telah mengecewakanmu. Baru kali ini aku mencin

  • SALAH MEMILIH SUAMI   Part 37

    Pemandangan yang menakjubkan! lelaki di hadapanku saat ini terlihat bak malaikat tak bersayap, bulu alis teduh, lekuk wajah sempurna, dan hati yang menawan. Sungguh aku tak salah memilihnya menjadi imam untuk menuju surga-Nya.“Mau sampai kapan, kamu memandangku seperti itu?” ucapnya pelan tanpa membuka mata.“Bagaimana kamu tahu, aku sedang menatap, kalau matamu saja tidak terbuka?” jawabku, seraya membelai lembut, lengkung hidungnya yang indah. ‘Kamu adalah ciptaan Tuhan yang diberikan kelebihan dalam rupa,' batinku.“Aku tidak memerlukan bola mata untuk melihat bidadari, karena ia sudah bersatu dalam jiwaku,” jawabnya perlahan, sembari membuka kelopak mata.“Kamu adalah salah satu ciptaan Tuhan yang sempurna Kirana.” Tangan Atha membelai lembut rambutku yang mengurai menutupi kening. Bahkan kami saling memuji satu sama lain.“Shalat berjamaah yuk.” Atha bangkit dan berdiri dengan celana pendek tanpa menggunakan atasan alias telanjang dada, bulu-bulu halus di dada bidangnya membuat

  • SALAH MEMILIH SUAMI   Part 36

    Aku menatap sosok yang baru di depan cermin, perempuan yang sama dua tahun lalu, tapi hari ini lebih terlihat dewasa dengan binar bola mata yang bahagia. Tidak ada keraguan dalam tatapannya, tidak seperti dua tahun lalu ketika memakai riasan yang senada untuk acara yang sama, namun hatinya entah ada di mana.“Kamu sudah siap sayang?” tangan Ayah menyentuh pundak, aku berbalik untuk menatapnya.“Ayah, Insya Allah sekarang Kirana tidak salah memilih lagi,” ucapku pelan, menahan hawa panas dalam kantung mata.“Anak Ayah sekarang sudah lebih dewasa, pengalaman pahitmu bisa menjadi pelajaran yang terbaik dalam memilih pasangan lagi,” Ayah memegang erat puhu tangan, meyakinkan kalau aku sudah memilihnya dengan pertimbangan yang lebih dewasa dan matang.Ayah memapahku untuk berjalan, keluarga dan sahabat terdekat sudah menunggu di ruang tamu. Mas Haidar dan Khaira pun tampak duduk manis di tengah-tengah mereka.Aku menegakkan pandangan, melihat calon suamiku yang sudah berdiri untuk menyamb

  • SALAH MEMILIH SUAMI   Part 35

    Aku mengangkat wajah, setelah tertunduk cukup lama untuk memulihkan hati. Kutatap laki-laki yang ada di hadapanku sekarang, matanya sendu dengan wajah yang sedikit pucat, bibirku melengkung membentuk sebuah senyuman yang indah dan manis.“Ihsan adalah lelaki yang akan sulit untuk ditolak perempuan, termasuk oleh Kiran. Ia tampan, baby face, lembut, romantis, dan punya cukup materi,” jelasku, hal itu seketika membuat Mami tersenyum lebar, bibir pucat Ihsan pun sedikit lebih bernyawa dengan senyuman yang tergaris.“Tapi, sayangnya Kiran sudah memiliki satu pria seperti itu sejak 8 tahun silam, meski banyak yang hampir menyerupainya, ada hal yang tidak dimiliki orang lain dan hanya dimiliki olehnya saja. Atha seorang pria yang memiliki rasa cinta tanpa meminta, ia hanya cukup mencintai, memberikan kebahagiaan, bahkan melepas tanpa dendam. Ia membiarkan perempuan yang dicintainya memilih kebahagiaannya sendiri tanpa mengurangi rasa cinta yang dimilikinya, ia tetap menemani perempuan yang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status