Home / Horor / SANG INDIGO / 6. TERBONGKAR

Share

6. TERBONGKAR

Author: Rainfall
last update Huling Na-update: 2021-10-07 15:01:00

Nei!”

Sebuah suara terdengar di kepala Luna. Gadis tersebut membuka matanya. Tinggal satu sentimeter lagi mata pisau menyentuh kulitnya. Luna melangkah mundur dilemparkan gagang cutter tersebut. Dia langsung duduk bersimpuh. “Apa yang aku pikirkan!”

Setelah cukup tenang, Luna menengok ke arah samping kanannya. Hantu gadis kecil itu sudah berdiri di sana, dia memandang Luna dengan tatapan datar. Kemudian jari jemarinya menyentuh pipi Luna. Sebuah sentuhan dingin bagai es terasa di kulitnya. “Nei!” sekali lagi gadis itu mengatakan hal serupa.

“Kamu tidak ingin aku mengakhiri hidup?” tanya Luna.

Gadis itu tetap diam. Namun Luna bisa mengerti bahwa dia tak ingin Luna menyakiti dirinya sendiri. Sosok menyeramkan gadis itu perlahan menghilang. Mungkinkah hantu tidak semua jahat? Begitulah yang dipikirkan oleh Luna.

Luna menatap dalam-dalam gadis di depannya. ‘Bagaimana bisa seorang hantu bisa secantik ini?’ Begitulah yang dipikirkan Luna. “Namamu Jenny bukan.”

Hening. Gadis itu tetap tidak menjawab. Dia hanya mengangguk sedikit.

“Namaku Luna,” ucap Luna memperkenalkan diri. “Nanny bilang aku harus berdamai. Aku akan mencobanya. Tapi bisakah kamu tidak menggangguku?”

Gadis itu tetap diam.

“Seperti misalnya tidak mengagetkanku,” jelas Luna. “Selebihnya aku akan menerima bahwa kita berada di tempat yang sama.”

Tidak ada respon apapun. Keheningan membuat perasaan Luna kalut. Dia masih takut menatap hantu di depannya. Namun sepertinya hantu tersebut tidak jahat. Bukankah dia yang menolong Luna?

“Sudah kuduga kamu aneh!” Sebuah ucapan tajam terlontar dari gadis berkacamata. “Berbicara sendiri? Apa bedanya dengan orang gila!”

Rupanya Chriestie sudah berdiri cukup lama di pintu kamar Luna. Dia melihat dengan tatapan sinis. Perasaan kalut muncul lagi. Namun kali ini Luna tidak mampu untuk mencari alasan. “Aku-.”

Chriestie masih diam saja di pintu kamarnya. Tidak lama kemudian Galang datang menghampiri. “Ada apa ini?” tanyanya. “Sarah baru saja sadar. Dan kalian berdua seperti sedang bertengkar.”

“Dia gila!” Chriestie mengacungkan telunjuknya ke arah Luna. “Kamu percaya dia berbicara sendiri?”

Galang langsung menatap Luna. Dia mencari jawaban. “Benarkah?”

Luna menggigit bibirnya. “Ini tidak seperti yang kalian pikirkan.”

“Jangan bohong!” Chriestie berteriak lantang. “Aku melihatmu beberapa kali berbicara sendiri. Dengan siapa kamu berbicara? Kalau kamu ga gila kamu pasti-.”

Chriestie tidak melanjutkan perkatannya. Dia terlihat seolah ragu. Luna mengenali pandangan itu. Pandangan yang sama dengan semua orang di sekolahnya yang dulu. Pandangan takut, resah dan khawatir. Pandangan yang menganggap Luna adalah manusia berbeda yang tidak pantas ada di sana.

“Sudah!” tiba-tiba saja Nanny berada di belakang mereka. “Luna ada baiknya kamu menjelaskan tentang dirimu kepada penghuni lain di sini.”

Luna terlihat ragu. “Tetapi bagaimana kalau-,” ucapannya berhenti. Dia melihat ke arah Chriestie dan Galang. Benar dia harus menjelaskan keadaannya kepada mereka. Terlebih Jenny yang terkadang mengganggunya.

***

Semua penghuni kosan Belanda berada di ruang tengah terkecuali Bayu. Mereka menunggu Luna menjelaskan semuanya. Luna hanya bisa menatap satu persatu dari mereka. Tidak tertebak apa yang ada di kepala masing-masing personil di sana. Terakhir Luna menatap Nanny. Senyum Nanny membuat kepercayaan Luna tumbuh.

“Aku minta maaf sebelumnya,” Luna menyampaikan prolog. “Bukan maksud aku untuk menyembunyikan ini. Hanya saja aku takut disangka berbeda.”

Galang tersenyum. Kemudian berbicara dengan nada yang lembut, “Kami akan mencoba untuk mengerti.”

Glek...

Luna menelan ludahnya. Bibirnya kelu, namun dia harus mencoba. Dia pasrah dengan apa yang akan dikatakan penghuni kosan nantinya. “Aku adalah seorang indigo.”

Hening. Semua tenggelam dalam pikiran masing-masing. Galang terlihat serius menatap Luna. Sarah hanya diam saja. Danny mengangguk-angguk. Sementara Chriestie dia menatap tajam Luna. “Pembohong!”

“Chriestie!” Nanny menegurnya.

“Bener kan yang aku bilang!” Chriestie meninggikan suaranya. “Dia hanya ingin mencari perhatian kita saja.”

Mata Luna menciut. Ucapan Chriestie terasa menamparnya. Namun apa yang bisa dia lakukan selain diam.

“Terserah kalian!” teriaknya. “Aku tidak akan percaya dengan ucapannya. Tolong anggap saja kita tidak saling kenal!” ucapnya sambil melangkah pergi.

Luna menahan tangisnya. Air matanya sudah hampir tumpah. Dia pasrah jika mengalami pembulian serupa seperti masa sekolah. Bahkan Luna sudah berfikir untuk pindah kosan. Mana ada orang yang mau menerimanya,

“Jangan menangis,” pinta Galang. “Aku tidak masalah kok. Malah menurutku itu spesial.”

Dengan mata penuh rasa tidak percaya, Luna melihat Galang. “Benarkah?” tanya Luna. Galang membalasnya dengan tersenyum. Membuat hati Luna tentram. Sarah melihat mereka bergantian. Namun dia tidak bekata apapun.

“Betul.” Ucap Danny. “Itu membuktikan dirimu spesial.”

“Syukurlah semua mendukungmu,” Nanny menambahkan.

Luna menatap mereka secara bergantian. Dia teringat kepada Chriestie. “Tapi-.”

“Tidak perlu kamu pikirkan Chriestie,” ucap Sarah. “Kami semua mendukungmu ko!”

***

Esok paginya Luna terbangun. Pikirannya bercabang banyak. Mulai dari kasus kesurupan hingga respon teman-temannya secara bergantian. Kemudian pandangan Luna terfokus pada secarik kertas di bawah pintunya.

Luna bangkit dari ranjang. Kemudian memungut kertas tersebut. Matanya terbuka lebar. Secarik kertas tersebut diisi dengan tinta merah hitam. Luna mengendus baunya “darah”. Namun yang lebih parah adalah tulisan di atas kertas tersebut. “Pergi sana dasar dukun!

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • SANG INDIGO   111. Bayuuuuu

    "Christie!" sambil berteriak, Bayu langsung berlari menuju dua orang mencurigakan tersebut. Tanpa berbasa basi, dia segera mendorong salah satu diantara mereka yang menggenggam pisau.Mencegah Bayu, satu orang lainnya langsung menarik lengan mahasiswa tersebut. Sempat Bayu terhuyung dan kehilangan keseimbangan sebentar hingga akhirnya dia terjatuh. Beruntungnya pisau yang berada di tangan salah satu dari mereka langsung terhempas.Bruk!Salah satu tudung hitam memukul pipi Bayu. Erangan kesakitan keluar dari mulut mahasiswa tersebut. Sementara Chriestie masih tertidur pulas. Entah apa yang menyebabkan gadis itu sama sekali tidak terganggu dengan suara berisik dari sekelilingnya. Seakan-akan Chriestie dibuat mimpi indah yang membuatnya tidak akan pernah bangun."Christie bangun!"Bayu telah berteriak sekuat tenaga. Namun sayangnya semua percuma. Gadis itu tidak bergerak sedikit pun. Mambuat Bayu sempat berfikir jika memang Chriestie jangan-jangan sudah meninggal. Tudung hitam itu kemb

  • SANG INDIGO   110. DALAM BAHAYA

    "Firasatku berkata ada yang tidak beres Nanny!" ucap Bayu.Nanny masih berkeliling di dalam bangunan tua. Tidak hanya Bayu sebetulnya, dia pun merasakan hal yang sama. Ada sesuatu yang tidak beres di sini."Bukankah Galang berkata bahwa dia benar-benar melihat Chriestie?" Nanny mencoba untuk mengkonfirmasi kembali."Benar Nanny, dia bilang sendiri kalau Chriestie ke sini. Tapi aku benar-benar tidak melihatnya. Yang membuat aku merasakan ada hal yang tidak beres adalah ini!" Bayu menunjuk atas makam yang basah oleh darah. "Ini benar-benar tidak beres!""Karena itulah nak, aku melarang kalian untuk ke sini!" ungkap Nanny. "Inilah hal yang berbahaya. Makam ini adalah makam incaran sekelompok tertentu. Sebelum belanda datang, ada yang bilang tempat ini adalah tempat sakral untuk upacara tertentu! Setiap tahunnya, akan diadakan tumbal. Kemudian tidak lama kerabatku membeli tanah ini. Dan di sinilah dia pun mengakhiri nyawanya!"Bayu tercegang mendengar perkataan Nanny. Jadi tanah yang dia

  • SANG INDIGO   109. TUMBAL DAN SIGIL

    "Nanny, apakah nanny masih kuat?"Bayu menggopong badan Nanny yang mulai menggigil. Perempuan itu mulai menunjukan tanda-tanda tidak sehat. Dia sedang benar-benar kedinginan. Kabut di luar sangatlah tebal, selain itu kabutnya juga menusuk kulit. "Tenang saja nak, badanku tetap bugar seperti saat aku masih muda!" Nanny berbicara sambil tersenyum. Sayangnya itu tidak bisa menutupi fakta bahwa perempuan tua itu kedinginan. Bayu berhenti sebentar, kemudian dia membuka jaketnya. Dia menyipirkannya ke punggung Nanny. "Semoga jaket ini bisa membuat Nanny terhindar dari dingin sebentar.""Bukankah kamu juga kedinginan nak?" tanya Nanny. Dia memegang tangan Bayu yang juga sedang kedinginan."Aku masih muda Nanny, aku masih bisa tahan!" ucap Bayu.Mereka berdua kemudian melanjutkan perjalanan. Meski sudah tertutup kabut, bayang-bayang bangunan sudah cukup terlihat."Sebentar lagi sampai nak! Kita harus memutar ke arah belakang. Di sanalah pintu masuk bangunan tersebut!" Nanny menerangkan kepa

  • SANG INDIGO   108. KETEMU

    "Danny?! Sob?! Where are u ganteng?" Galang berteriak memanggil sahabatnya tersebut. Namun nihil tidak ada suara jawaban."Bayu?! Kamu masih di sini?" Galang kembali berteriak untuk memastikan sahabatnya satu lagi."Ya bung!" jawab Bayu.Nanny yang sedari tadi diam akhirnya mulai bersuara. "Apakah Danny terpisah dari kita nak?""Ya Nanny!" kedua mahasiswa itu menjawab bersamaan.Galang menggigit bibirnya. Dia khawatir dengan sahabatnya. Tapi tidak hanya Danny yang sedang dalam bahaya, keberadaan Chriestie juga belum terlihat. Dia mengambil nafas dalam-dalam. Apa yang harus dia lakukan sekarang?Bayu kemudian menepuk pundak Galang. "Mungkinkah kita harus berpencar?""Tapi-!" Galang terdengar ragu. Bagaimana jika ini terakhir kalinya mereka bertemu. Bagaimana jika sahabatnya hilang selamanya. Lagipula jika mereka berpencar lagi, bukankah kejadian ini akan lebih parah?"Kamu mencari Danny, aku mencari Chriestie!" ucap Bayu. Belum sempat Galang memprotes, Bayu sudah melanjutkan perkataann

  • SANG INDIGO   107. BERPEGANGAN TANGAN

    Kukk.. kuk... kuk...Suara burung hantu terdengar di telinga. Danny berkali-kali melihat tangannya. Meskipun gelap dia melihat bulu kuduknya berdiri. Dia pun merasa ada yang tidak beres di kebun ini."Karena kabutnya tebal. Jangan saling terpisah ya!" pinta Nanny.Kebun belakang memang tergolong luas. Nanny sempat bercerita kalau pada zaman Belanda, kebun ini adalah area perkebunan karet yang luas. Ada juga beberapa tanaman lain. Orang Belanda yang mendiaminya adalah kepala perkebunan. Karena itu areanya lumayan cukup luas.Galang sendiri melihat ke kanan dan kiri. Di sana tidak hanya manusia yang berjalan. Ada keanehan di sini, terutama karena ini bertepatan dengan bulan purnama. "Aneh sekali bulan purnama bersinar terang tapi kabut muncul tebal sekali.""Memangnya itu aneh bro?" tanya Danny."Entah. Rasanya aneh saja sih!" ungkap Galang.Bayu sedari tadi hanya diam. Dia memikirkan Chriestie. Namun ada hal yang menjanggal. Dia merasa tujuan yang mereka tuju salah."Teman-teman. Aku m

  • SANG INDIGO   106. KITA KEJAR CHRIESTY

    "Kamu yakin?" Wajah Bayu langsung berubah menjadi pucat. Sebagai pacarnya tentu saja keselamatan orang yang dia sayang adalah segalanya. "Apakah kita tidak sepatutnya memeriksa kamar Chriestie terlebih dahulu? Siapa tahu kamu salah lihat Lang!""Tapi dia masuk ke hutan Bay!" ungkap Galang. Sama seperti Bayu wajah Galang pun panik. Tadinya dia berniat untuk menyusul Chriestie sendiri ke kebun. Tapi dia memikirkan Bayu. Sehingga akhirnya mahasiswa itulah yang pertama kali dia kabari.Saat sedang terjadi keributan. Danny keluar dari kamarnya. "Kalian ngapain bro? Jam dua pagi astaga! Tidur woy tidur. Besok ada mata kuliah pak Herman. Galak betul dia. Takut aku!"Bayu dan Galang akhirnya saling tatap. Mereka kemudian berteriak secara bersamaan. "Chriestie berjalan ke kebun sendirian!"Danny langsung membuka mulutnya lebar. Dia langsung berlari. "Kalau gitu tunggu apa lagi kalian! Cepat kejar bodoh!"Mereka bertiga lari dengan tergesa-gesa. Sampai akhirnya mereka sadar pintu terkunci."Duh

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status