Share

BAB 6 PERTEMUAN YANG TAK TERDUGA

Puspa telah bekerja di Core Farmasi selama beberapa bulan sejak peristiwa di ruang HRD. Meskipun masih merasa canggung dengan keberadaan Andre sebagai CEO perusahaan, dia telah mengatasi rasa malunya dan menjadi sales yang semakin handal.

Suatu hari, "Puspa, dipanggil pak Bos tuh." Beritahu Vani.

"Pak Bos? Pak Bos Pak Hendro?" sahut Puspa dengan santai.

"Bukan." Vani menggeleng. Kemudian dengan setengah berbisik dia mendekatkan mulutnya ke telinga Puspa. "Pak Andre."

Seketika bola mata Puspa seolah ingin keluar, "Pak Andre? Mau apa dia?" Suara Puspa sedikit memekik.

Vani menaikkan bahunya. "Cepat sana. Sebelum dia marah besar nunggu kamu kelamaan."

Tanpa berbasa-basi lagi, Puspa segera beranjak dari kursinya. Bergegas melangkah menuju ruang CEO Core Farmasi sebelum bom meledak karena harus menunggu Puspa. Seperti yang dikatakan Vani sahabatnya.

"Pak Andre panggil saya?" tanya Puspa setelah dia berhasil mengetuk dan membuka pintu ruang Andre.

"Duduk." Perintah Andre tanpa memandang ke Puspa. Wajahnya tampak serius memperhatikan lembaran-lembaran kertas yang berjajar di atas mejanya.

Puspa menurut, mengikuti perintah Andre. Beberapa menit dia duduk terdiam di depan Andre menunggu CEO yang terlihat sibuk untuk membuka suaranya.

"Puft! Apa yang dia mau sebenarnya. Aku di suruh duduk di depannya, tapi dia malah diam saja. Memangnya dia gak lihat kalau aku sudah ada di depan matanya?" Gerutu Puspa dalam hati.

"Sampai kapan saya harus menunggu Pak Andre disini? Sedangkan pekerjaan saya juga sudah menanti di meja saya," celetuk Puspa pelan.

Mendengar celotehan Puspa, Andre menghentikan kegiatannya sejenak. Menatap Puspa dengan datar kemudian meletakkan bolpoinnya di atas kertas-kertas yang baru saja ditandatanganinya.

"Sudah berani protes ya kamu?"

"Ti-tidak, Pak. Maksud saya …." Puspa tergugup. Tak menyangka Andre akan berucap seperti itu.

"Baru saja kamu menunggu saya menyelesaikan pekerjaan, bagaimana kalau saya suruh kamu menunggu saya untuk saya nikahi?"

"Puih!" Dalam hati Puspa tersentak. Kelopak matanya seketika membelalak hingga bolanya ingin keluar.

"Pak Andre gak serius kan?"

"Hah! Gak usah ke Ge-Er-an. Buat apa saya nikahi perempuan yang pernah nampar saya di depan pasien dan karyawan saya." Andre tersenyum miring melihat Puspa yang salah tingkah. Dia merasa berhasil membuat gadis itu teringat kembali masa itu dan membuatnya menjadi merasa bersalah.

"Ta-tapi waktu itu kan karena saya gak tahu kalau Pak Andre pemilik Farmasi ini. Ayolah, Pak. Tolong lupakan kejadian itu. Please. Saya akan melakukan apapun asal Pak Andre mau melupakan kejadian itu." Puspa memohon.

"Melakukan apapun? Termasuk menyerahkan keperawananmu?"

"Astaga, Tuhan! Kenapa dengan aku? Apakah aku salah ngomong?" Dalam hati Puspa merutuk dirinya.

"Ma-maaf, Pak. Kalau yang itu saya gak bersedia." Gemetar suara Puspa, mengira Andre serius meminta hal itu. Permintaan yang menurutnya sangat menjijikkan.

"Hah!" Dengus Andre puas. Kemudian dia mengambil sebuah amplop putih dan menyerahkan ke Puspa.

"Nih. Ada tugas buat kamu."

Ha. Puspa bernapas lega. "Tugas apa ini, Pak?"

"Buka saja."

Bergegas Puspa membuka amplop putih itu. Dengan seksama dia membaca surat itu. Sebuah tugas untuk bertemu dengan salah satu klien besar Core Farmasi di luar kota. Ini adalah peluang besar bagi Puspa untuk membuktikan kemampuannya. Dia merencanakan perjalanan dengan teliti dan berharap dapat menjalin hubungan bisnis yang kuat dengan klien tersebut.

"Bagaimana?" tanya Andre setelah Puspa membaca surat tugas itu.

"Baik Pak. Saya siap melaksanakan perintah." 

"Bagus. Segera kamu urus perjalananmu dengan orang humas. Dan, ini dari saya buat kamu jajan selama di sana. Tapi ingat, kamu harus berhasil mempengaruhi mereka untuk menjadi rekanan kita. Kalau tidak, tahu sendiri akibatnya."

Andre kembali menyerahkan amplop coklat yang berisi beberapa lembaran uang untuk Puspa. Dengan senyum nakalnya dia mencoba berpura-pura mengintimidasi gadis itu.

"Untuk tugas, saya akan berusaha sebaik-baiknya, demi farmasi ini. Tapi mohon maaf, jika Pak Andre memberikan uang ini dengan syarat yang menjijikan, maka saya akan mengembalikan uang ini. Saya tidak sudi menerima uang haram yang bapak berikan kepada saya."

"Ambil uang itu. Jangan pernah kamu kembalikan. Ingat, nenek kamu masih dalam perawatan, dan kamu masih banyak membutuhkan biaya."

"Tapi Pak, please jangan ada syarat yang membuat saya menjadi muntah."

"Itu urusan nanti. Sudah sana keluar. Urus perjalananmu dengan orang humas. Saya masih banyak kerjaan."

Dengan berat hati Puspa mengikuti perintah bosnya. Dia berjalan keluar ruangan Andre dan meninggalkannya dengan rasa yang bercampur aduk. Merutuk dan sumpah serapah tak henti-hentinya dia umpatkan dalam hati. Menganggap bos ECO Farmasi ini benar-benar pemuda yang mesum.

***

Ketika tiba di kota tujuan, Puspa menuju ke kantor klien tersebut untuk pertemuan yang telah dijadwalkan. Namun, begitu dia tiba di sana, dia mendapatkan kejutan yang tak terduga. Klien yang dijadwalkan untuk bertemu dengannya adalah Nathan, sahabat dekat Andre yang pernah menjadi penyebab kandasnya hubungan Andre dan Debbie

"Pak, Natan? Apa kabar, Pak?" Sapa Puspa serasa mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

Puspa merasa gugup dan cemas. Dia tidak tahu bagaimana cara menghadapi Nathan setelah mengetahui latar belakangnya. Namun, dia tidak punya pilihan selain melanjutkan pertemuan.

Nathan, yang juga terkejut melihat Puspa sebagai perwakilan Core Farmasi, tersenyum ramah. "Puspa, apa kabar juga? Siapa yang akan menyangka kita akan bertemu di sini?"

Puspa mencoba menjaga profesionalismenya. "Kabar baik, Pak Nathan. Saya di sini untuk membahas kerjasama antara Core Farmasi dan perusahaan Anda."

Mereka mulai berbicara tentang bisnis, tetapi suasana tetap tegang. Nathan bisa merasakan ketidaknyamanan Puspa. Dia memutuskan untuk mengatasi ketegangan itu.

"Puspa, saya tahu bahwa Anda bekerja untuk Andre sekaligus kekasihnya," kata Nathan tiba-tiba. "Saya ingin meminta maaf atas apa yang terjadi di antara kami dulu. Itu adalah kesalahan besar yang saya buat."

Puspa kaget dengan permintaan maaf Nathan. Ini adalah pertama kalinya dia mendengar seseorang mengakui kesalahan mereka dalam peristiwa tersebut. Dia merasa ada yang aneh di balik permintaan  maafnya namun Puspa tetap menghargai kejujuran Nathan.

"Terima kasih, Pak Nathan," ujar Puspa dengan tulus. "Saya juga ingin meminta maaf jika peristiwa tersebut telah mempengaruhi hubungan Anda dengan Pak Andre. Sekaligus saya ingin mengklarifikasi bahwa saya sebenarnya bukanlah …."

Belum sempat Puspa menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba saja sekretaris Nathan menghampirinya dan membisikkan sesuatu kepada Nathan. Hingga Nathan harus memulai pertemuannya dengan Puspa dan membuat kesepakatan bisnis yang menguntungkan bagi keduanya.

Setelah pertemuan selesai, Nathan mengajak Puspa untuk makan malam sebagai tanda kerjasama dua perusahaan farmasi itu. Puspa menerima tawaran itu dengan senang hati, dan mereka berbicara lebih banyak tentang kehidupan pribadi mereka di luar pekerjaan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status