بيت / Romansa / SANG MENANTU TERBUANG / REAKSI KINANTI DAN PESTA PEMBUKAAN

مشاركة

REAKSI KINANTI DAN PESTA PEMBUKAAN

مؤلف: langitkelabu
last update آخر تحديث: 2025-10-20 00:29:18

Berita tentang aliansi bisnis antara Black Dragon Capital milik Tuan R dan Laksita Corp menyebar di kalangan elit ibukota seperti virus. Namun, yang lebih mengejutkan adalah berita yang dirilis dua hari kemudian: Aruna Laksita dan Tuan R dikabarkan menjalin hubungan yang sangat dekat, bahkan intim.

Gosip bertebaran, didorong oleh sebuah foto yang menunjukkan Aruna dan Tuan R meninggalkan pertemuan larut malam, dengan Aruna bersandar sedikit di bahu Tuan R.

Di kediaman Atmadja yang mewah, Kinanti melemparkan majalah Elite Asia ke lantai marmer. Halaman depannya menampilkan foto*candid Aruna dan Tuan R dengan judul: "Pasangan Kekuasaan Baru: Bisnis, Cinta, atau Ancaman?"

"Tidak mungkin! Dia tidak mungkin Arya!" teriak Kinanti, menunjuk foto Tuan R.

Laras, ibunya, duduk santai sambil menyeruput teh. "Tenang, Kinanti. Itu hanya kemiripan fisik yang kebetulan. Pria di foto itu memiliki aura yang seribu kali lebih berbahaya dari menantu sampah yang kita buang. Arya tidak akan pernah bisa mendapatkan Aruna Laksita. Aruna adalah wanita paling dingin dan sombong di kota ini."

"Tapi, Bu! Tatapan matanya... dan nama perusahaannya... Black Dragon! Itu konyol!" Kinanti tidak bisa meredakan kecemasannya. Ia ingat jelas mata Tuan R di pesta Gala Emas mata yang sama sekali tanpa emosi yang ia lihat di mata Arya pada hari terakhir mereka.

"Dia hanya menyalin gaya. Fokusmu pada Daniel, Kinanti. Pertunanganmu harus sempurna," desak Laras, mencoba mengendalikan putrinya.

Kinanti tahu ibunya benar. Tetapi penyesalan menggerogotinya. Ia telah mencampakkan pria yang sekarang menjadi pusat perhatian kota. Rasa cemburu pada Aruna membakar hatinya.

***

Sementara Kinanti tenggelam dalam penyesalan, di penthouse mewah yang diam diam disewa Arya atas nama Black Dragon Capital, suasana justru sangat dingin dan profesional. Arya dan Aruna duduk berhadapan di meja makan kaca, menganalisis laporan.

"Keluarga Widjaja mulai gelisah," kata Aruna, suaranya kembali tajam dan berkuasa. "Sejak aliansi kita diumumkan, mereka menarik tuntutan mereka di pengadilan. Mereka takut pada Black Dragon."

Arya hanya mengangguk, matanya fokus pada data yang tertera di tabletnya. "Ketakutan lebih efektif daripada uang, Aruna. Pertahankan wajah sombongmu. Hari ini adalah pesta peluncuran joint venture kita. Semua orang akan ada di sana, termasuk Kinanti dan keluarga Atmadja."

Aruna menatap Arya, matanya menyipit. "Anda ingin menggunakanku untuk memamerkan dirimu, Tuan R? Atau untuk menyakiti mantan istrimu?"

Arya mendongak, tatapan dinginnya bertemu Aruna. "Saya tidak peduli dengan Kinanti, Aruna. Dia adalah kenangan buruk yang harus dilupakan. Namun, kehadirannya adalah bonus. Dia adalah barometer emosi yang baik. Malam ini, tugasmu adalah menunjukkan kepada seluruh ibukota bahwa kita adalah entitas yang tak terpisahkan. Jual ilusi itu."

"Dan apa imbalan untuk akting yang meyakinkan ini?" tanya Aruna, nadanya menantang.

Arya bangkit, melangkah perlahan mengitari meja. Ia berhenti di belakang kursi Aruna, mencondongkan tubuhnya hingga Aruna bisa merasakan panas napasnya di tengkuknya.

"Imbalannya, Nona Laksita, adalah kehancuran Widjaja minggu depan. Dan, saya akan membiarkanmu memilih gaun terbaik di Eropa tanpa batas harga," bisik Arya. "Dan satu hal lagi..."

Aruna merasakan sentuhan lembut Arya di bahunya, bukan sentuhan mesra, melainkan sentuhan penguasaan. Ia memejamkan mata sejenak, menahan sensasi yang mengganggu.

"Malam ini, biarkan saya memegang kendali. Jangan melawan," perintah Arya, suaranya rendah dan penuh otoritas.

***

Malam itu, Pesta Peluncuran Joint Venture antara Laksita Corp dan Black Dragon Capital menjadi acara paling eksklusif dan tegang di kota. Aula besar itu dihiasi dekorasi bernuansa hitam dan emas, mencerminkan identitas Tuan R.

Kinanti dan Daniel tiba. Kinanti, dalam gaun merah menyala, berusaha keras terlihat bahagia dan superior. Namun, pandangannya langsung tertuju pada pasangan yang baru saja memasuki ruangan.

Aruna Laksita. Ia mengenakan gaun malam berwarna emerald green yang mewah, menampakkan keanggunan yang berbahaya. Di sebelahnya, Tuan R Arya mengenakan setelan tuksedo hitam pekat, tangannya memegang punggung Aruna dengan cara yang sangat posesif, namun elegan.

Mereka berdua berjalan bak raja dan ratu, mengabaikan kerumunan. Kehadiran mereka menghisap udara di ruangan itu. Mereka tidak tersenyum, tetapi koneksi di antara mereka terlihat nyata dan dingin.

Kinanti merasakan lututnya lemas. Itu adalah Arya. Tidak diragukan lagi. Wajah yang sama, tetapi dengan aura yang mematikan. Ia telah berubah menjadi pria impian Kinanti, pria yang memiliki kekuatan nyata.

Arya dan Aruna berjalan mendekati podium. Di tengah jalan, mereka melewati meja keluarga Atmadja. Arya berhenti, dan Aruna ikut berhenti, matanya sedingin berlian.

Kinanti berdiri, berhadapan langsung dengan Arya untuk pertama kalinya sejak ia menjadi Tuan R.

"Tuan R," sapa Kinanti, berusaha terdengar profesional dan ramah. "Selamat atas kerja sama Anda dengan Laksita Corp. Saya Kinanti Atmadja, dari Atmadja Group."

Arya menoleh ke Kinanti, lalu memandang Aruna di sampingnya. Ia tersenyum, bukan pada Kinanti, melainkan pada Aruna.

"Aruna," ujar Arya, suaranya cukup keras untuk didengar oleh Daniel dan Laras. "Apakah Anda tahu siapa wanita ini?"

Aruna menatap Kinanti dari atas ke bawah, seolah melihat kotoran. "Ah, yang saya dengar hanya rumor. Dia mantan istri dari 'menantu sampah' yang tidak becus yang pernah bekerja di gudang Anda, bukan? Saya minta maaf. Saya tidak berurusan dengan orang orang yang berurusan dengan sampah."

Kata kata Aruna menusuk Kinanti lebih dalam daripada pisau, karena itu adalah kalimat yang dibuat Arya untuk menghinanya. Wajah Kinanti memerah, matanya berkaca kaca.

"Mari kita pergi, Sayang," kata Arya, kembali ke mode posesifnya. Ia merangkul pinggang Aruna erat-erat, seolah menunjukkan betapa remehnya Kinanti. "Jangan buang waktu kita pada kenangan yang tidak relevan."

Mereka meninggalkan Kinanti yang berdiri mematung, menanggung rasa malu yang luar biasa di depan seluruh elit. Kinanti menyadari, Arya tidak membalas dendam dengan uang; ia membalas dendam dengan kehancuran harga diri. Dan ia menggunakan wanita lain, wanita yang jauh lebih berharga, untuk melakukannya.

Di atas podium, Arya meraih mikrofon. Ia tidak berbicara tentang saham atau keuntungan.

"Malam ini," kata Arya, suaranya menggema di aula. "Kami meresmikan aliansi kekuatan, yang didirikan atas dasar kesamaan visi: penguasaan total. Kami tidak akan berkompromi. Siapa pun yang mencoba mengganggu rencana kami, atau mencoba menyakiti Aruna..."

Arya menatap tajam ke arah Keluarga Widjaja yang berada di barisan depan.

"...akan berhadapan langsung dengan Sang Naga Hitam. Permainan telah dimulai."

Aruna menatap Tuan R di sampingnya. Di tengah ancaman dan dominasi itu, ia merasakan gejolak aneh. Ia tidak takut, ia justru merasa aman. Pria ini, Arya, benar-benar Raja yang telah lama ia cari.

استمر في قراءة هذا الكتاب مجانا
امسح الكود لتنزيل التطبيق

أحدث فصل

  • SANG MENANTU TERBUANG   ANCAMAN

    Malam itu, penthouse Arya terasa sangat berbeda. Ciuman publik yang dingin dan penuh kuasa itu telah memecahkan ketegangan, tetapi menggantinya dengan keheningan yang lebih berat dan intim. Arya duduk di sofa, memejamkan mata, memproses semua data yang baru ia terima dari Kakek Pranata mengenai pergerakan underground setelah jatuhnya Atmadja Group. Aruna, setelah menyelesaikan panggilan telepon krusial yang mengamankan saham Atmadja, berdiri di balkon, memeluk dirinya sendiri. Aruna berbalik dan berjalan menghampiri Arya. Ia tidak bertanya tentang ciuman itu, melainkan langsung ke masalah. "Kinanti Atmadja akan mengajukan kebangkrutan besok pagi," kata Aruna, suaranya datar. "Kita mendapatkan 70% saham strategis mereka. Itu sudah cukup untuk menguasai jalur logistik. Tapi Daniel Kusumo menghilang. Dia mengambil sisa aset likuid dan melarikan diri." Arya membuka mata. Matanya menunjukkan perhitungan yang dingin. "Daniel tidak penting. Dia hanya boneka. Biarkan dia pergi. Tujuan uta

  • SANG MENANTU TERBUANG   SEBUAH CIUMAN

    Beberapa minggu berlalu sejak perjanjian di gudang tua. Di mata publik dan bursa saham, aliansi Tuan R dan Aruna Laksita adalah badai yang tak terhentikan. Black Dragon Capital bergerak cepat, membersihkan masalah hukum Laksita Corp dengan presisi mematikan. Widjaja Group, musuh lama Aruna, mengalami kerugian telak dan terpaksa menarik diri dari persaingan infrastruktur. Arya dan Aruna menjalankan sandiwara mereka dengan sempurna. Di hadapan kamera, mereka adalah pasangan yang dingin dan dominan. Di balik layar, mereka adalah mitra yang efisien, berbagi kamar penthouse yang sama namun dengan batasan yang ketat Arya sibuk mengurai benang merah kekuasaan yang ditinggalkan Klan Tirtayasa. Malam itu, Arya duduk di depan dinding video di ruang kerjanya, yang menampilkan grafik saham Atmadja Group. Saham perusahaan itu stabil, tetapi Arya tahu, di bawah permukaan, ada retakan yang ia buat. "Atmadja Group bergerak di sektor distributor impor," jelas Arya pada Aruna, yang sedang membaca la

  • SANG MENANTU TERBUANG   KEBENARAN TENTANG KINANTI DAN PELUKAN TANPA PERASAAN

    Setelah pesta peluncuran yang mengguncang ibukota, Arya membawa Aruna kembali ke penthouse milik nya. Keheningan di antara mereka di dalam mobil adalah keheningan yang tegang, diwarnai oleh adrenalin kekuasaan yang baru saja mereka raih. Aruna melepaskan rangkulan Arya begitu pintu lift tertutup. Ia berjalan menuju jendela besar, memandang lampu kota yang gemerlap. “Kerja yang bagus, Tuan R,” ujar Aruna, suaranya kembali dingin. “Kinanti Atmadja tampak seperti akan pingsan. Dia pasti yakin Anda adalah mantan suaminya.” Arya membuka jaket tuksedonya dan melemparkannya ke sofa. Ia menuangkan sebotol whisky ke dalam dua gelas. “Perasaan dan keyakinan Kinanti tidak penting. Yang penting adalah dampak di pasar. Widjaja menarik seluruh tuntutan mereka hari ini. Proyek Anda aman.” Aruna berbalik. “Anda belum menjawab pertanyaan saya sejak Bab 1. Kenapa Anda begitu membenci Kinanti? Kebencian Anda padanya terasa sangat pribadi.” Arya berjalan mendekat, menyodorkan salah satu gelas whisky

  • SANG MENANTU TERBUANG   REAKSI KINANTI DAN PESTA PEMBUKAAN

    Berita tentang aliansi bisnis antara Black Dragon Capital milik Tuan R dan Laksita Corp menyebar di kalangan elit ibukota seperti virus. Namun, yang lebih mengejutkan adalah berita yang dirilis dua hari kemudian: Aruna Laksita dan Tuan R dikabarkan menjalin hubungan yang sangat dekat, bahkan intim. Gosip bertebaran, didorong oleh sebuah foto yang menunjukkan Aruna dan Tuan R meninggalkan pertemuan larut malam, dengan Aruna bersandar sedikit di bahu Tuan R. Di kediaman Atmadja yang mewah, Kinanti melemparkan majalah Elite Asia ke lantai marmer. Halaman depannya menampilkan foto*candid Aruna dan Tuan R dengan judul: "Pasangan Kekuasaan Baru: Bisnis, Cinta, atau Ancaman?" "Tidak mungkin! Dia tidak mungkin Arya!" teriak Kinanti, menunjuk foto Tuan R. Laras, ibunya, duduk santai sambil menyeruput teh. "Tenang, Kinanti. Itu hanya kemiripan fisik yang kebetulan. Pria di foto itu memiliki aura yang seribu kali lebih berbahaya dari menantu sampah yang kita buang. Arya tidak akan pernah b

  • SANG MENANTU TERBUANG   PERJANJIAN DI SARANG NAGA

    Pukul delapan malam tepat. Aruna Laksita mengendarai sedan mewahnya sendiri, tanpa sopir, tanpa pengawal. Ia mengenakan setelan bisnis sederhana yang elegan, membuang jauh jauh gaun pesta dan perhiasan mahalnya. Ia menuruti setiap perintah Tuan R dengan perasaan terhina, tetapi ia tahu ia tidak punya pilihan. Kekalahan adalah aib yang tidak bisa ditanggungnya. Alamat yang diberikan Tuan R membawanya kembali ke pinggiran kota yang suram, ke gedung tua yang sama sekali tidak terlihat seperti markas konglomerat. Aruna memarkir mobilnya di depan pintu baja besar dan melangkah keluar, langsung disambut oleh aura dingin dan sunyi. Pintu itu terbuka, dan yang menyambutnya adalah Kakek Pranata. Pria tua itu menatap Aruna dengan mata tajam, seolah sedang menilai kualitas barang dagangan. “Nona Laksita. Selamat datang di sarang kami. Tuan R sudah menunggu,” sapa Kakek Pranata, suaranya parau. Aruna mempertahankan postur angkuhnya. “Saya lebih suka bertemu Tuan R di kantor yang lebih layak

  • SANG MENANTU TERBUANG   ARUNA DI UJUNG TANDUK DAN PANGGILAN PERTAMA

    Aruna Laksita, pewaris tunggal Laksita Corp, dikenal memiliki saraf sekeras baja. Jarang sekali ada yang bisa membuatnya kehilangan ketenangan, apalagi di depan umum. Namun, kartu nama hitam pekat yang diletakkan Tuan R di gelas sampanyenya terasa seperti bom waktu yang berdetak di tangannya. Ia menatap kartu itu lama. Tidak ada logo mewah, tidak ada nomor telepon pribadi, hanya nama perusahaan Black Dragon Capital dengan font Gothic yang elegan, dan di bawahnya: R. Singkat, misterius, dan arogan seperti pria yang memberikannya. “Siapa pria itu?” Aruna bertanya pada asisten pribadinya, Raya, dengan nada rendah yang tidak berusaha menutupi kekesalannya. Raya, seorang wanita cerdas yang selalu sigap, berbisik, “Dia dikenal sebagai Tuan R, Nona. Tidak ada jejaknya di dunia elit sebelum tiga hari lalu, saat ia mendirikan Black Dragon Capital dari sisa sisa perusahaan bangkrut. Tapi desas desus mengatakan, ia tiba-tiba memegang likuiditas miliaran, dan memiliki jaringan yang sangat rah

فصول أخرى
استكشاف وقراءة روايات جيدة مجانية
الوصول المجاني إلى عدد كبير من الروايات الجيدة على تطبيق GoodNovel. تنزيل الكتب التي تحبها وقراءتها كلما وأينما أردت
اقرأ الكتب مجانا في التطبيق
امسح الكود للقراءة على التطبيق
DMCA.com Protection Status