Beranda / Romansa / SANG MENANTU TERBUANG / KEBENARAN TENTANG KINANTI DAN PELUKAN TANPA PERASAAN

Share

KEBENARAN TENTANG KINANTI DAN PELUKAN TANPA PERASAAN

Penulis: langitkelabu
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-21 01:08:46

Setelah pesta peluncuran yang mengguncang ibukota, Arya membawa Aruna kembali ke penthouse milik nya. Keheningan di antara mereka di dalam mobil adalah keheningan yang tegang, diwarnai oleh adrenalin kekuasaan yang baru saja mereka raih.

Aruna melepaskan rangkulan Arya begitu pintu lift tertutup. Ia berjalan menuju jendela besar, memandang lampu kota yang gemerlap.

“Kerja yang bagus, Tuan R,” ujar Aruna, suaranya kembali dingin. “Kinanti Atmadja tampak seperti akan pingsan. Dia pasti yakin Anda adalah mantan suaminya.”

Arya membuka jaket tuksedonya dan melemparkannya ke sofa. Ia menuangkan sebotol whisky ke dalam dua gelas. “Perasaan dan keyakinan Kinanti tidak penting. Yang penting adalah dampak di pasar. Widjaja menarik seluruh tuntutan mereka hari ini. Proyek Anda aman.”

Aruna berbalik. “Anda belum menjawab pertanyaan saya sejak Bab 1. Kenapa Anda begitu membenci Kinanti? Kebencian Anda padanya terasa sangat pribadi.”

Arya berjalan mendekat, menyodorkan salah satu gelas whisky pada Aruna. Aruna mengambilnya, mata mereka bertemu di atas tepi gelas.

“Ambil kursi, Aruna. Ada cerita yang harus kau dengar agar kau mengerti mengapa aku tidak pernah peduli pada kelemahan,” kata Arya, nadanya berubah serius.

Arya duduk. Aruna duduk di hadapannya, bersiap mendengarkan. Ia tahu cerita ini akan menjadi kunci dari Tuan R yang misterius.

***

Flashback Lima Tahun Lalu

"Kinanti Atmadja adalah cinta pertamaku, dan satu-satunya yang kutahu tentang keluarga," Arya memulai, suaranya hampa emosi.

Arya muda, yang saat itu masih menjadi mahasiswa berprestasi dari panti asuhan, bertemu Kinanti di acara amal. Kinanti saat itu terlihat polos, lembut, dan seolah tidak peduli dengan kekayaan. Mereka jatuh cinta. Pernikahan mereka terjadi setahun kemudian, tetapi bukan tanpa syarat.

Keluarga Atmadja menuntut Arya menandatangani perjanjian pranikah yang sangat berat, menjadikannya 'menantu kontrak' tanpa hak waris, hanya untuk menyelamatkan Kinanti dari perjodohan politis yang rumit. Arya, karena cinta buta, setuju.

"Aku mencintainya. Aku melakukan segalanya untuknya. Aku menanggung semua penghinaan dari Laras dan keluarganya karena aku percaya pada Kinanti," kenang Arya.

Dua tahun pernikahan, kekejaman keluarga Atmadja meningkat, dan Kinanti berubah. Ia mulai menuntut, menghina pekerjaan kecil Arya, dan bahkan mengunci Arya dari kamar utama, memaksanya tidur di gudang.

"Aku tidak tahu mengapa ia berubah begitu drastis. Sampai enam bulan lalu," lanjut Arya.

"Aku mencoba memberinya kejutan ulang tahun, dan aku menemukan sebuah dokumen rahasia di brankasnya."

*Arya berhenti sejenak, meneguk wiski nya.*

"Dokumen itu adalah perjanjian rahasia antara Kinanti dan ayahnya, Bramantya Atmadja. Pernikahan kami bukanlah upaya Kinanti melarikan diri dari perjodohan, melainkan jebakan yang disiapkan Bramantya untuk melindungi bisnisnya dari musuh yang kini kuduga adalah musuh Tirtayasa.

Kinanti tahu sejak awal bahwa ia harus memperlakukanku dengan buruk agar aku tetap 'kecil' dan 'tak terlihat', sesuai rencana ayahnya."

Aruna menahan napas. "Dia mengorbankanmu?"

"Lebih dari itu. Dokumen itu menunjukkan bahwa Kinanti secara aktif membantu ayahnya menjebakku, menggunakanku sebagai umpan dan penutup. Dia tidak pernah mencintaiku. Dia hanya menjalankan peran," jelas Arya, tanpa ekspresi. "Cinta yang kuberikan adalah alat kebodohanku. Kebencian, penghinaan, gudang tua... semua itu adalah bagian dari skenario untuk membuatku hancur secara psikologis dan akhirnya meninggalkan mereka tanpa menuntut apa-apa."

"Dan gugatan cerai itu?"

"Gugatan cerai itu adalah penutup yang sempurna. Mereka ingin aku pergi sebelum aku menyadari kebenaran. Trauma pengkhianatan itu yang membuat segel memori Tirtayasa terbuka," kata Arya. "Kinanti bukan korban. Dia adalah pelakunya. Dia adalah wanita yang memilih kekayaan dan status daripada martabat manusia."

***

Aruna memandang Arya. Matanya tidak menunjukkan simpati, tetapi mengerti. Kisah itu terasa familiar; dunia elit memang dipenuhi pengkhianatan yang dingin.

“Jadi, kau menghancurkan harga dirinya dengan memamerkan dirimu sebagai Tuan R,” simpul Aruna. “Itu pembalasan yang efektif.”

“Itu hanya pemanasan,” kata Arya. “Pembalasan sejati akan terjadi saat aku mengambil segalanya dari Atmadja Group, sepotong demi sepotong. Dan kau, Aruna, adalah pedangku untuk melakukan itu. Kau harus membantuku menguasai saham saham strategis yang berhubungan dengan Atmadja tanpa menarik perhatian musuh Tirtayasa.”

Aruna mengangguk, meletakkan gelasnya. Matanya kini bersinar dengan ambisi. “Permainan ini mulai menarik, Tuan R. Aku suka kehancuran yang terencana.”

"Bagus," kata Arya, berjalan ke jendela. "Sekarang tentang perjanjian kita. Di luar kantor, di depan umum, kita harus meyakinkan semua orang bahwa kita adalah pasangan."

"Aku tahu aturannya," sela Aruna. "Aliansi kekuasaan yang intim. Tapi aku benci kontak fisik yang tidak perlu."

Arya berbalik, berjalan mendekati Aruna. Aruna secara naluriah berdiri, memasang jarak, tetapi Arya tidak memberikan celah. Ia berdiri sangat dekat, hanya menyisakan beberapa inci.

"Kau harus membiasakannya," bisik Arya.

"Aku tidak bisa membiarkan orang meragukan kita. Malam ini, aku akan mengajarimu bagaimana menjadi pasangan yang meyakinkan."

Arya meletakkan tangannya di pinggang Aruna, menariknya sedikit mendekat. Sentuhan itu dingin dan berwibawa, bukan nafsu. Aruna merasakan denyutan aneh di perutnya. Tidak ada pria yang berani menyentuhnya seperti ini tanpa izin.

"Peluk aku, Aruna," perintah Arya, suaranya rendah.

"Peluk seperti kau akan kehilangan aset berhargamu. Anggap aku sebagai Laksita Corp yang kau lindungi."

Aruna ragu sejenak, tetapi ia terpaksa menurut. Ia melingkarkan lengannya di leher Arya. Tubuh mereka kini sangat dekat.

"Terlalu kaku," kritik Arya, tanpa memeluk balik. Ia hanya berdiri tegap.

"Rasakan ini. Jika aku memelukmu di depan umum, itu bukan karena cinta. Itu adalah pernyataan: 'Dia milikku. Jangan sentuh atau kau mati.' Kau harus memberikan respon yang sama dinginnya, namun menenangkan."

Arya akhirnya memeluknya erat, menenggelamkan wajahnya di rambut Aruna. Pelukan itu kuat, posesif, dan sama sekali tanpa gairah romantis hanya kekuasaan murni.

Aruna merasakan hatinya berdebar tak karuan. Pelukan ini terasa aneh. Mengancam, tetapi entah mengapa, terasa sangat aman. Ia membiarkan kepalanya bersandar di dada Arya, dadanya yang dingin namun keras seperti batu.

"Pernyataan yang sangat jelas," bisik Aruna.

"Bagus. Sekarang kau mengerti. Kita akan melakukannya sampai sentuhan kita tidak lagi terasa canggung. Sekarang, pergi tidur di kamar sebelah. Aku harus bekerja."

Arya melepaskan pelukan itu secepat ia memulainya. Pelukan itu menghilang, meninggalkan rasa dingin di tempatnya. Ia kembali menjadi Tuan R, Sang Naga Hitam. Aruna, meskipun benci diperintah, merasakan sedikit kecewa karena pelukan itu berakhir.

Ia mengangguk, mengambil whisky nya, dan berjalan menuju kamar tamu. Di sana, ia menyadari satu hal: ia tidak hanya menjual kekuasaannya pada Arya, ia juga mulai menjual emosinya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • SANG MENANTU TERBUANG   HUKUM

    Tepat tiga jam kemudian, Erika Schmidt, The Architect, kembali ke penthouse Arya dan Aruna Laksita. Ekspresinya menunjukkan konflik antara kehati-hatian dan ambisi yang menggebu. Komite Tujuh di Eropa telah memberikan izin; Proyek infrastruktur Singapura yang ditawarkan Black Dragon Capital terlalu besar dan terlalu menguntungkan untuk dilewatkan."Kami menerima tawaran kemitraan Anda," kata Erika, menjabat tangan Aruna dengan profesional. "Namun, kami menuntut transparansi penuh. Kami ingin semua perjanjian kontrak diatur di bawah hukum Swiss untuk menghindari yurisdiksi Asia.""Tentu saja," jawab Aruna dengan senyum dingin. "Kami menghargai standar hukum Eropa. Namun, untuk memulai proyek di Singapura, kontrak awal harus ditandatangani di bawah Hukum Kontrak Singapura, hanya sebagai formalitas awal. Setelah itu, kita bisa beralih ke Swiss."Erika Schmidt, yang terlalu fokus pada klausa utama yang akan ia negosiasikan nanti, sedikit mengabaikan formalitas kecil ini. Ia menganggap Huk

  • SANG MENANTU TERBUANG   KEKUASAAN

    Setahun setelah kehancuran Geng Utara dan pernikahan politik mereka, kekuasaan Arya dan Aruna Laksita berada di puncaknya. Klan Tirtayasa telah sepenuhnya mencaplok aset Tuan Besar, dan Black Dragon Capital menjadi entitas keuangan global yang tak terhindarkan. Pesta pertunangan Arya dan Aruna, meskipun dikemas secara minimalis, telah mengukuhkan mereka sebagai Pasangan Kekuasaan yang tak tertandingi di Asia.Mereka sekarang tinggal di markas utama yang baru, sebuah menara pribadi di jantung distrik bisnis Singapura, simbol perpindahan pusat gravitasi kekuasaan mereka.Sore itu, Aruna sedang berada di kantor pribadinya, mengawasi pergerakan konsolidasi aset real estate di Eropa Timur. Arya masuk, wajahnya menunjukkan ketegasan yang mendalam, bukan kemarahan."Masalah di Rumania?" tanya Aruna tanpa mendongak, merasakan aura Arya."Lebih besar," jawab Arya, mendekati meja Aruna. Ia meletakkan selembar dokumen tebal yang dihiasi dengan segel resmi yang asing. "Aku menerima ini dari Jari

  • SANG MENANTU TERBUANG   TAKDIR

    Beberapa bulan telah berlalu sejak malam berdarah di atas kapal pesiar The Northern Star. Berita tentang kekalahan Geng Utara tidak pernah sampai ke media massa; itu adalah berita yang hanya beredar di kalangan elit tergelap di Asia. Tuan Besar dari Mongolia tewas, Evan Adhiguna tewas, dan kekosongan kekuasaan yang tercipta dengan cepat diisi oleh kekuatan baru klan Tirtayasa, yang kini dipimpin oleh Arya.Di mata publik, Tuan R baru saja menuntaskan investasi besar besaran di Singapura dan kembali ke Jakarta dengan kekuasaan yang tak tergoyahkan.Arya dan Aruna Laksita duduk di ruang kerja penthouse mereka, yang kini jauh lebih besar dan lebih mewah, terletak di puncak gedung tertinggi di ibukota. Lantai kaca memperlihatkan pemandangan seluruh Jakarta yang berkilauan di bawah kendali mereka.Arya, meskipun telah pulih dari luka tembaknya, kini membawa bekas luka tipis di perutnya—pengingat permanen akan malam di Panti Asuhan. Ia tampak lebih tenang, lebih dingin, dan jauh lebih berba

  • SANG MENANTU TERBUANG   PERTARUNGAN

    Kapal pesiar mewah The Northern Star berlayar perlahan di Selat Singapura. Di dek teratas, ruang dansa yang dihias mewah menjadi tempat pertemuan paling berbahaya di Asia. Para kepala sindikat kriminal terbesar berkumpul, menunggu konfrontasi yang telah mereka dengar: bangkitnya Klan Tirtayasa melawan hegemoni Geng Utara.Arya dan Aruna Laksita tiba dengan perahu speedboat di tengah malam, dikawal oleh Kakek Pranata dan dua pengawal Tirtayasa yang menyamar sebagai kru kapal. Arya terlihat sempurna dalam tuksedonya, menyembunyikan rasa sakit dari luka tembak di perutnya. Aruna, mengenakan gaun malam emas yang mencolok, memancarkan aura kekuasaan yang kejam, persis seperti Ratu yang sombong.Mereka memasuki ruangan. Semua mata tertuju pada mereka. Bisikan berdesir, mengomentari keberanian, atau kebodohan, Arya yang muncul di hadapan musuh-musuhnya.Di tengah ruangan, duduklah Lelaki Tua dari Mongolia, Tuan Besar Geng Utara. Ia adalah pria tua dengan aura dingin yang mematikan, dikelilin

  • SANG MENANTU TERBUANG   LANGKAH TERKAHIR

    Setelah insiden di Panti Asuhan Kasih Bunda dan markas Menteng, Jakarta kembali tenang, namun di bawah permukaan, gejolak kekuasaan sedang memuncak. Arya dilarikan ke fasilitas medis rahasia Tirtayasa di bawah pengawasan ketat Kakek Pranata. Luka tembak di perutnya cukup dalam, membutuhkan operasi mendesak dan pemulihan yang lambat.Beberapa hari pertama adalah pertarungan antara hidup dan mati. Darah yang hilang dan trauma akibat benturan fisik membuat Arya terbaring lemah. Ia tidak bisa langsung "naik tingkat" atau pulih secara instan.Aruna Laksita tidak pernah meninggalkan sisinya. Ia duduk di samping ranjang Arya, di ruangan steril yang dijaga ketat oleh pengawal klan. Ia mengabaikan pekerjaannya di Laksita Corp, mendelegasikannya kepada Raya. Bagi Aruna, Arya adalah prioritas utama."Anda melanggar perintah," bisik Aruna suatu sore, saat Arya membuka matanya, wajahnya sangat pucat. "Anda seharusnya tetap hidup dan sehat, bukan berakhir di sini."Arya mencoba tersenyum, tetapi h

  • SANG MENANTU TERBUANG   PENGORBANAN

    Di Panti Asuhan Kasih Bunda, Arya dihadapkan pada ancaman mematikan. Dua pengawal Evan melepaskan tembakan ke arahnya. Arya bergerak cepat, mengandalkan refleks yang diasah oleh pelatihan Klan Tirtayasa. Ia melompat ke balik tiang beton, peluru menghantam dinding di belakangnya."Kau tidak akan lari, Arya!" teriak Kinanti, kini berdiri di samping Evan, wajahnya puas melihat mantan suaminya dalam kesulitan. "Kau akan mati di sini, di tempat kenanganmu!"Arya tahu ia tidak bisa melawan mereka berdua dengan senjata api di ruang terbuka. Ia melemparkan pisau Tirtayasa ke arah lampu gantung, memadamkan satu satunya sumber cahaya di aula. Kegelapan menyelimuti ruangan, memberikan Arya keunggulan.Pertarungan kembali ke mode yang Arya kuasai: pertempuran bayangan. Ia bergerak secepat hantu, menggunakan suara langkah kaki Kinanti dan Evan sebagai panduan.***Sementara itu, di kawasan Menteng, Aruna Laksita telah tiba di rumah tua yang dicurigai sebagai markas rahasia Evan. Drone kecil yang i

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status