Share

13. PENGAR

Suasana kantor sore itu sudah sepi. Tapi Seo Jun belum juga mau beranjak dari kursi kerjanya di ruangan meeting. Seo Jun membaca kembali isi surat yang di berikan Keke kepadanya.

Teruntuk Seo Jun.

Selama dua minggu ke depan tolong awasi gerak gerik Yura dengan seorang laki laki tetangga apartemennya. Aku ada keperluan mendesak selama dua minggu ke depan. Untuk sementara waktu tugasku sebagai asisten pribadi Yura akan kuserahkan pada orang lain dulu.

Aku sudah menghubungimu berkali-kali tapi tidak ada jawaban.

Aku tahu kamu masih marah pada Yura, tapi Yura membutuhkanmu Seo Jun. Kunjungilah Yura di apartemennya selagi kamu ada waktu senggang. Hibur dia Seo Jun, seperti dulu kamu selalu memberinya perhatian. Yura merindukanmu. Aku yakin dalam hati kecilmu pun pasti kamu merindukan Yura.

Hampir setiap kali aku mendapati Yura mabuk, hanya namamu yang selalu dia sebut-sebut.

Temui dia Seo Jun.

Keke

Seo Jun menarik nafas panjang dan menghembusnya perlahan. Kelopak matanya kembali berkaca-kaca.

Semuanya sudah berubah Keke. Yura sudah berubah. Dia bukan lagi Yura yang kukenal dulu. Semuanya sudah berubah sekarang!

Sejak hari itu...

Seo Jun hanya bisa bergumam lirih dalam hati.

Seo Jun bangkit dari tempat duduknya dan berjalan mendekati dinding kaca di ujung ruangan. Dia terdiam cukup lama di sana dengan posisi tangan yang dia masukkan ke dalam ke dua saku celananya.

Satu titik air matanya jatuh membasahi pipi. Tapi Seo Jun tak berniat untuk menyekanya. Kenangan masa kecilnya bersama Yura memang indah. Sangat indah, bahkan. Tapi kenangan indah itu seolah sirna tertutup awan mendung yang Yura undang sendiri dalam kehidupannya. Bahkan setelah Seo Jun berusaha mengusirnya, Yura tetap menarik awan mendung itu untuk tetap menutupi dunianya yang telah dia bangun sendiri di dalam sebuah mahligai duka yang tak berujung. Yura sudah menciptakan tembok kokoh hanya demi membatasi gerak Seo Jun untuk terus berusaha melindunginya.

Seo Jun sudah berjuang setengah mati untuk meyakinkan Yura bahwa Min Hyuk itu bukan laki-laki baik. Min Hyuk hanya ingin memanfaatkan Yura demi ambisi keluarganya yang terus menerus menyuruh laki-laki itu untuk menikah dan memberi keturunan pada keluarga mereka.

Min Hyuk hanya menjadikan Yura sebagai alat pencetak anak yang diinginkan oleh keluarganya. Padahal Min Hyuk sama sekali tidak menyukai Yura. Seo Jun tahu semua kebusukan laki-laki itu sejak awal. Tapi Yura tetap tak mau mempercayai kata-katanya. Yura tetap bersikeras untuk menikah dengan Min Hyuk, pada akhirnya.

Bahkan setelah Seo Jun mengungkapkan perasaannya hari itu pada Yura.

Tepat satu hari sebelum pernikahan mereka berlangsung.

*

"Aku mencintaimu, Yura. Aku yang akan bertanggung jawab atas anak yang kini kamu kandung. Tolong, batalkan pernikahanmu dengan Min Hyuk, aku mohon Yura, demi aku..." Seo Jun meletakkan telapak tangan Yura di atas kepalanya yang basah tersiram hujan.

"Aku pikir aku mencintai Min Hyuk dan Min Hyuk pun mencintaiku. Jadi, aku tidak memiliki alasan lain untuk membatalkan pernikahan kami. Kakak itu laki-laki baik. Kakak bisa mendapat seorang wanita baik yang lebih sempurna segala-galanya dibanding aku. Aku ini hanya wanita pembawa petaka. Aku tidak pantas untukmu. Selama hidupku, aku tidak pernah merasakan kebahagiaan yang lebih bahagia di saat-saat kita menghabiskan waktu bersama semasa kecil. Seandainya aku bisa memutar waktu, aku tidak ingin tumbuh dewasa Kak. Aku ingin hidup sampai usiaku lima belas tahun saja. Agar aku bisa terus bersamamu. Tapi sayangnya, sekarang semua itu tidak bisa terulang Kak. Jauhi aku. Aku hanya tidak ingin membuatmu celaka karena aku. Jauhi aku, Kak."

*

Dan sejak hari itu, Yura benar-benar membuktikan kata-katanya. Yura selalu menolak jika Seo Jun mengajaknya untuk bertemu. Yura selalu menghindar dari Seo Jun. Bahkan tanpa alasan yang cukup masuk akal.

Sampai detik ini Yura tak pernah memberi tahu Seo Jun mengenai hal apa yang membuat Yura bersikap seperti itu kepadanya.

Dan Seo Jun yang merasa putus asa pun tak pernah bertanya hal demikian. Seo Jun terlanjur kecewa. Terlebih dia sakit hati.

Meski, cintanya pada Yura jelas belum terhapus.

*****

"Kenapa sih harus tunggu minggu depan? Kenapa tidak besok saja kamu ke sininya? Aku benar-benar kesepian di sini Trina," ucap Reyhan saat dirinya sedang melewati malamnya dengan bercengkrama bersama Katrina dalam video call.

"Akmal besok harus di imunisasi. Biasanya dia demam jika habis imunisasi. Sabar ya sayang," ucap Katrina manja.

"Baiklah," Reyhan menarik nafas panjang dan dihembuskannya perlahan. Wajahnya terlihat muram. Waktu satu minggu itu sepertinya akan terasa sangat lama baginya. Padahal dia baru di Busan selama satu setengah bulan, tapi rasanya sudah seperti berabad-abad lamanya.

"Senyum dong, masa cemberut begitu?" goda Katrina lagi.

"Cium dulu biar bisa senyum,"

"Eeemmmmuachh!" Katrina tertawa kecil setelah dia menempelkan bibirnya di ponselnya sendiri.

"Ah, tidak terasa!" gerutu Reyhan. Dia menahan senyum.

Katrina pun mengulang beberapa kali lagi, dengan memberikan ciuman jarak jauhnya pada sang Suami. Hal itu mengundang tawa Reyhan. Katrina bisa bertindak konyol juga. Pikirnya dalam hati.

"Udah terasa belum?" tanya Katrina lagi.

"Belum juga. Masih kurang!"

"Ah tau ah! Cape!" bantah Katrina kesal. Dia membanting ponselnya asal ke atas kasur. Dia merebahkan dirinya di sebelah Akmal yang sedang terlelap dalam mimpi indahnya.

"Ya.. Jangan ngambek dong, gantian deh aku yang cium," teriak Reyhan saat wajah istrinya menghilang dari kamera.

Katrina mengambil kembali ponselnya. Dia mendapati Reyhan tengah melakukan hal yang sama seperti yang dia lakukan tadi. Lucu juga, pikirnya membatin. Dia jadi semakin rindu pada Reyhan.

"Omong-omong, kenapa kamu masih pakai gamis? Biasanya sudah ganti baju tidur," tanya Reyhan yang juga merebahkan dirinya di atas tempat tidur.

"Oh iya, aku lupa. Tadi sempat ketiduran soalnya sambil meninak bobokan Akmal. Ya sudah, aku ganti baju dulu deh,"

"Aku mau lihat ya?"

"Ih, dilarang mengintip!"

"Sedikit saja, ayolah... Biar aku bisa tidur nyenyak,"

"Tidak mau!"

"Jahat!"

"Biarin!"

"Pokoknya aku mau lihat!"

"Tidak boleh!" Katrina menahan tawa. Meski pada akhirnya dia pun menuruti permintaan itu. Mereka terus bercengkrama dalam video itu. Bahkan mereka terus tertawa.

Tanpa mereka sadari, bahwa ada orang lain yang kini sedang mendengarkan percakapan mereka berdua.

Karena selama ini, Reyhan tak pernah tahu bahwa ponselnya itu ternyata di sadap!

*****

Malam ini, Yura begitu bersemangat karena dia tidak ada jadwal panggilan, jadwal syuting dan kegiatan lain apapun. Malam ini dia free.

Dan Yura ingin mengganggu Reyhan lagi.

Kali ini dia lebih leluasa karena tak ada Keke yang mengawasinya. Keke mengambil cuti selama dua pekan karena suatu hal yang sangat mendesak. Jadilah, Yura bisa bergerak sesuka hati tanpa ada yang cerewet dan bawel menceramahinya terus menerus.

Dan kali ini, Yura sudah menyewa orang lain demi membantunya dalam melancarkan aksinya.

*****

"Aku boleh ya potong rambut, Kak? Rambutku sudah terlalu panjang," tanya Katrina meminta izin pada suaminya. Saat ini, mereka sedang berbicara melalui Video Call, seperti biasa.

"Aku juga tadi membeli parfum baru. Luwi yang memberi saran. Mudah-mudahan nanti Kakak suka aromanya. Habis aku bosan pakai parfum lamaku. Ingin mencari suasana baru saja, tak apakan Kak?"

"Oh, jadi istriku sekarang ingin tampil beda? Selama semua hal itu cuma aku yang bisa menikmatinya, no problem. Aku tidak masalah. Tapi, satu yang aku pinta, jangan sekali-kali kamu ganti model rambutmu. Aku tidak mau kehilangan Katrinaku yang dulu," jelas Reyhan menegaskan.

"Iya, Kak. Aku juga tidak ada niat merubah model rambutku,"

Reyhan hendak bicara, tapi sebuah suara bel apartemennya yang berbunyi menghentikan kalimatnya. Reyhan melirik jam di dinding apartemennya. Pukul setengah sebelas malam waktu Busan.

Siapa orang yang bertamu malam-malam begini?

Pikir Reyhan membatin.

"Hm, Trina sebentar ya, aku mau buka pintu dulu, sepertinya ada yang memencet bel tadi," Reyhan hendak mengakhiri panggilan Videonya, tapi Katrina langsung menahannya.

"Jangan dimatikan. Aku mau tahu, siapa orang yang bertamu ke apartemen Kakak malam-malam begini?" larang Katrina. Moodnya tiba-tiba rusak.

"Oke, baiklah."

Reyhan berjalan menuju pintu apartemennya. Dia membuka pintu itu perlahan dan satu detik setelahnya sesuatu yang begitu keras langsung berhambur ke arahnya. Menubruknya tanpa aba-aba. Bahkan saking kaget, Reyhan sampai melepaskan tangannya yang sedang menggenggam ponselnya. Hingga ponsel itu terjatuh ke lantai dengan posisi layar yang menghadap ke atas.

Di mana layar itu menangkap gambar seorang wanita yang tiba-tiba menerobos masuk bahkan sebelum Reyhan benar-benar membuka pintu apartemennya dengan sempurna. Sesuatu itu terjadi begitu cepat. Bahkan tanpa bisa Reyhan mengelak.

Kini, dari layar ponsel itu, terlihat seorang wanita sedang memeluk Reyhan secara tiba-tiba, seraya berkata.

"Reyhan, tolong aku. Aku takut!"

Deg!!!

Dan layar ponsel itu pun mati dalam sekejap.

*****

Pagi ini Reyhan dikejutkan oleh kedatangan Pak Satoshi yang masuk ke dalam apartemennya dan membangunkannya.

"Astagfirullah! Jam berapa ini Pak?" ucap Reyhan panik saat mendapati cahaya matahari sudah menerobos masuk ke dalam jendela apartemennya.

"Sudah hampir jam sepuluh pagi Pak. Saya sudah menunggu Bapak di lobi selama dua jam. Saya hubungi tidak ada jawaban. Makanya saya turun tangan langsung mendatangi Bapak ke sini. Kebetulan tadi ketika saya datang, posisi pintu apartemen Bapak tidak terkunci. Makanya saya masuk. Ternyata Bapak masih tidur? Maafkan saya bila saya lancang Pak. Soalnya hari ini kita banyak pekerjaan, Pak."

"Maafkan saya, Pak. Saya bahkan sampai melewati waktu shalat shubuh." Reyhan terlihat begitu menyesal. Tapi dia bisa meng-qadanya.

Reyhan merasakan kepalanya terasa berat dan pening. Dia mencoba mengingat kejadian semalam. Tapi sialnya dia tidak bisa mengingat apapun.

Dia merasa sangat bersalah kepada asistennya. Akhirnya Reyhan berusaha bangkit dari tempat tidur. Tapi sayangnya, dia seperti tak sanggup berdiri. Dia merasa kehilangan seluruh tenaganya. Tubuhnya terhuyung dan hampir jatuh ke lantai jika Pak Satoshi tidak sigap menangkap tubuhnya.

"Pak, Bapak baik-baik saja? Sepertinya Bapak sakit?" ucap Pak Satoshi yang sedikit panik. Dia membimbing Reyhan kembali ke atas tempat tidur.

"Sepertinya, Bapak habis mabuk semalam? Saya bisa mencium bau alkohol saat berada di dekat Bapak. Kalau memang tidak biasa minum, lebih baik tidak usah Pak. Tidak baik juga untuk kesehatan Bapak. Sebentar saya ambilkan obat penghilang pengar di mobil. Sebentar saya kembali," Pak Satoshi berjalan agak sedikit berlari keluar dari apartemen itu. Dia terlihat khawatir.

Reyhan duduk di sisi tempat tidur. Dia sedikit memijit-mijit kepalanya yang semakin sakit. Bahkan kini perutnya mulai terasa mual. Dia sama sekali tidak bisa berpikir dengan baik. Reyhan sama sekali tak ingat apapun. Rasanya sangat tidak mungkin jika dirinya sampai mabuk. Tidak, itu jelas tidak mungkin!

Reyhan meraih ponselnya di atas tempat tidur dan memeriksanya.

Dia mendapati beberapa pesan masuk dan panggilan Video dari istrinya.

Dan Reyhan membuka pesan terakhir yang masuk pagi ini dari Katrina.

Pesan Masuk

My Wife

Hari ini juga aku berangkat ke Busan!

Deg!!!

Bukannya senang, Reyhan justru merasa aneh dengan ini semua.

Sepertinya ada yang tidak beres!

*****

Seharian ini Reyhan benar-benar menghabiskan waktunya di atas tempat tidur. Setelah dia meminum obat anti pengar yang di beri Pak Satoshi tadi pagi, kini Reyhan merasa tubuhnya mulai membaik.

Reyhan bangun saat matahari sudah berada di atas titik tertinggi.

Pak Satoshi sudah menyiapkan makanan di atas meja makan. Baik sekali dia. Benar-benar perhatian. Pikir Reyhan.

Reyhan menyantap makanannya perlahan. Lalu dia mencoba untuk mengingat kembali apa yang sebenarnya tengah terjadi tadi malam.

Hal terakhir yang dia ingat adalah, dia sedang video call dengan Katrina, lalu tiba-tiba Yura datang dan memeluknya dengan gerakan yang bahkan tak pernah dia sangka-sangka. Bahkan Reyhan merasa tubuhnya jatuh saat itu juga. Tak lama setelah Yura memeluknya. Hingga setelahnya, Reyhan benar-benar tak ingat apapun lagi.

Astagfirullah!

Reyhan terkejut. Dia baru ingat dengan pesan terakhir yang dikirim Katrina kepadanya tadi pagi.

Reyhan bergerak cepat ke dalam kamar dan mengambil ponselnya yang masih tergeletak di atas tempat tidur. Dia langsung menghubungi istrinya.

Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan.

Reyhan beralih pada nomor Luwi. Untungnya kali ini Luwi langsung menjawabnya.

"Assalamualaikum, Luwi?"

"Iya, Kak. Waalaikum salam."

"Kenapa nomor Katrina tidak aktif? Sedang apa dia sekarang? Katakan aku ingin bicara," ucap Reyhan to the point. Reyhan benar-benar khawatir kalau Katrina kembali salah paham. Reyhan ingat, semalam dia tidak menutup panggilan videonya dengan Katrina. Reyhan jadi bertanya-tanya sendiri, apa mungkin Katrina melihat saat Yura tiba-tiba memeluk dirinya semalam? Tidak! Tidak! Ini tidak boleh terjadi.

Sepertinya, wanita bernama Yura itu memang sudah tidak waras!

Apa yang sudah dia lakukan semalam? Kenapa Reyhan tidak bisa mengingat apapun!

Reyhan benar-benar frustasi.

"Mba Trina bilang, dia tidak ingin bicara dengan Kakak." Jawab Luwi. Dari nada bicaranya, Luwi seperti tengah menyembunyikan sesuatu.

"Apa yang terjadi Luwi? Katrina baik-baik sajakan? Kalian benar berangkat ke Busan hari ini?"

"Lebih baik, kita bicaranya nanti saja ya, Kak. Aku takut salah bicara. Sudah dulu ya, Kak,"

Klik!

Luwi menutup teleponnya.

Ah, sial!

Ada apa sih sebenarnya?

Reyhan menjambak rambutnya dengan ke dua tangan. Berharap ingatannya bisa sedikit berkompromi supaya dia bisa tahu apa yang sebenarnya terjadi malam tadi. Atau mungkin, ada baiknya dia menanyakannya langsung pada orang yang bersangkutan.

Yaitu, Yura.

*****

"Mba, Kak Reyhan telepon, dia mau bicara?" tutur Luwi ragu. Luwi sendiri bingung kenapa sikap Kakak Iparnya tiba-tiba berubah sejak pagi tadi. Bahkan dia sampai memajukan waktu keberangkatan mereka ke Busan. Untung saja kondisi Akmal sudah jauh lebih baik setelah Imunisasi.

"Bilang padanya, aku tidak ingin bicara. Tolong Luwi, jangan katakan pada Reyhan kalau kita sekarang akan pergi ke Busan. Jangan beritahu apapun pada dia," ucap Katrina datar. Suaranya bergetar, tatapannya kosong, bahkan raut wajahnya sulit di artikan. Seperti sedih, kecewa, marah, gelisah, takut, semua berkumpul menjadi satu. Luwi pun sempat beberapa kali memergoki Katrina menyeka dengan cepat air mata yang meleleh dari wajahnya. Hingga setelahnya dia hanya diam, diam dan diam di sepanjang perjalanan menuju Bandara tadi. Membuat Luwi menjadi khawatir.

Luwi sudah mengakhiri pembicaraannya dengan Reyhan di telepon. Mereka baru saja selesai check in di Bandara. Tinggal menunggu waktu keberangkatan. Luwi sengaja mengajak tiga Baby Sitter sekaligus. Satu untuk Akmal, satu untuk Luna dan satu lagi untuk Hanin. Luwi yakin, pasti ada hal buruk yang sedang terjadi. Itulah sebabnya mengapa Katrina tiba-tiba memajukan jadwal keberangkatan mereka. Sebenarnya Luwi ingin bertanya, tapi dia tidak berani. Kakak Iparnya terlihat sangat berbeda. Tidak seperti biasanya.

Lantas, apa iya masalahnya memang benar-benar serius?

Ya Allah, lindungi keluargaku.

Doa Luwi dalam hati.

Herofah

Semoga suka...

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status