Share

3. RENCANA KE BUSAN

Sebuah perumahan elit di Timur kota Bandung tampak asri dengan tatanan hunian kota yang apik, bersih dan indah.

Jejeran rumah-rumah mewah terlihat memenuhi sebagian kawasan tersebut.

Salah satunya adalah rumah mewah nan megah yang berdiri kokoh dengan lahan terpisah.

Rumah milik keluarga Sastro Sudiro itu di bangun di tanah seluas 1 hektar dengan gaya bangunan bak istana di negeri dongeng.

Siapa yang tak mengenal keluarga Sastro Sudiro, setelah pemilihan umum capres dan cawapres dilangsungkan satu tahun yang lalu, pasangan Capres dan Cawapres Bapak Wibowo Hadi Sastro Sudiro dan Bapak Ramlan Gandhi berhasil memperoleh kemenangan dengan nilai suara tertinggi yang hampir mencapai lima puluh persen dari tiga peserta yang terpilih mengikuti pemilu presiden.

Bapak Hadi, begitulah beliau biasa di sapa, telah resmi menyandang status sebagai orang nomor satu di Indonesia.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa Bapak Wibowo Hadi Sastro Sudiro yang merupakan Presiden ke delapan di Indonesia itu termasuk keturunan konglomerat terkaya nomor lima di dunia versi majalah forbes.

Silsilah keluarga besarnya yang berdarah biru membuat Bapak Hadi kini hidup dalam gelimang harta dan kemewahan.

Simpatik penduduk Indonesia atas nasib Pak Hadi yang sebelumnya sempat menggegerkan Indonesia ketika dirinya di tahan akibat fitnah keji oknum-oknum jahat yang membencinya, hingga menyebabkan seluruh akses kekayaannya di sita pemerintah.

Dalam sekejap mata, beliau jatuh miskin.

Meski, pada akhirnya Allah berhasil memperlihatkan kuasanya ketika seorang wartawan bernama Arman berhasil membongkar kasus atas dirinya.

Begitu terbukti bahwa dirinya bersih dari tindak korupsi yang menjeratnya, Pak Hadi bebas tanpa syarat dan beliau kembali memimpin partai kebanggaannya yakni Partai Merah-Putih.

Seluruh akses kekayaannya di kembalikan oleh pihak pemerintah di barengi dengan ucapan permohonan maaf atas segala tindak kecerobohan yang telah merugikan Hadi dan keluarga.

Namun dengan berbesar hati, Hadi mampu melupakan semua kejadian itu.

Justru dia bersyukur atas ujian yang telah diberikan Allah padanya. Sebab di balik ujian itu, Hadi bisa mengambil hikmah besar, dimana kini dirinya bisa kembali berkumpul dengan dua orang anak kandung yang begitu dia cintai.

Yaitu Reyhan dan Luwi.

Kini, Hadi sangat menikmati kehidupan barunya. Perannya sebagai pemimpin negara, sekaligus seorang Kakek bagi cucu-cucu tercintanya.

Contohnya seperti pagi ini, ketika dirinya hendak berangkat ke Istana menghadiri acara kenegaraan yakni penerimaan surat kuasa dari 14 duta besar luar biasa dan berkuasa penuh dari negara sahabat.

Hadi masih menyempatkan diri untuk menimang cucu tersayangnya yang baru saja lahir dua minggu yang lalu.

Seorang cucu laki-laki dari anak pertamanya Reyhan yang bernama Akmal.

Di temani beberapa ajudan pribadinya, Hadi tampak leha-leha di teras belakang kediamannya sambil bergurau dengan sang bayi di dalam gendongannya.

Seorang lelaki berpiyama terlihat menghampiri dirinya saat itu, dia Reyhan sang anak.

"Loh, Ayah belum berangkat juga? Tidak telat nanti?" tanya Reyhan seraya mengambil alih Akmal dari gendongan sang Kakek.

"Ini baru mau berangkat," jawab Hadi, dia mencubit lembut pipi sang cucu lalu menciumnya.

"Kakek berangkat dulu, jagoan," ucap Hadi sebelum lelaki itu beranjak dari teras.

"Hati-hati, Ayah," teriak Reyhan setelahnya.

Dia tersenyum menatap lekat punggung Hadi yang semakin menjauh.

*****

"Hari ini Kakak ikut mengantar Hardin ke Bandarakan?" tanya Katrina pada suaminya, Reyhan.

Pagi itu, Katrina baru saja menaruh Akmal di box bayi. Akmal tertidur lelap sehabis memperoleh ASI eksklusif dari sang Ibunda tercinta.

Katrina sudah bisa melakukan beberapa aktivitas seperti biasa karena masa penyembuhan melahirkan secara normal itu nyatanya sangat cepat. Bahkan Katrina merasa dirinya sudah sembuh sejak beberapa hari yang lalu. Hanya saja Dokter masih menyarankan supaya Katrina tidak terlalu banyak melakukan aktivitas berat yang bisa menurunkan stamina fisiknya. Sebab rahim di dalam perutnya masih luka akibat proses persalinan.

"Ah, taulah! Aku sedang malas dengan Hardin! Dia terus saja merayuku supaya aku mau menuruti sarannya untuk menangani proyek di Busan. Pakai bersekongkol dengan Opah. Aku tidak tertarik sama sekali. Lebih baik aku keluar dari perusahaan daripada Aku harus pergi ke Busan dan meninggalkan anak dan istriku disini," Reyhan terus menggerutu. Dia jadi tidak fokus memakai dasi dilehernya akibat terus-terussan bicara.

Katrina menarik tubuh suaminya dari depan cermin agar berbalik menghadapnya dan mulai memakaikan dasi itu dengan baik hingga melekat sempurna di balik kemeja biru yang dipakai Reyhan.

"Terima kasih, sayang..." Reyhan tersenyum seraya menatap wajah istrinya tanpa kedip. Dia hendak mencium bibir Katrina tapi Katrina sudah lebih dulu berjalan ke arah pojok kamar mereka tanpa menyadari kalau suaminya itu hendak menciumnya, Reyhan jadi sewot sendiri dan kembali beralih ke arah cermin untuk menyisir rambutnya.

"Memangnya sepenting apa sih pekerjaan di Busan itu?" tanya Katrina yang sibuk melipat kain-kain popok Akmal.

"Ya, sebenarnya sih bukan hanya penting, tapi sangat penting. Market di sana sedang bagus. Makanya Mr.Kennedy membangun anak cabang perusahaannya di sana. Dan dia mau, seluruh pemasaran anak perusahaannya itu di isi oleh produk-produk kita. Selain menambah penjualan, hal itu juga bisa lebih memperluas pengenalan produk-produk perusahaan kita di negara asing. Dan Mr.Kennedy yakin produk kita bisa bersaing ketat dengan produk-produk asli Korea sendiri. Jadi istilahnya, Mr.Kennedy yang menyiapkan lahan, kita yang menabur benihnya, untuk kemudian bisa memetik hasilnya bersama-sama." Reyhan selesai menjelaskan pada Istrinya, kurang lebih tentang masalah di perusahaannya.

"Oh, seperti itu. Lalu, hanya gara-gara aku dan Akmal, Kakak jadi menolak perintah Hardin? Iya?"

"Ya iyalah, memang ada alasan lain?"

Katrina tersenyum tipis. Dia senang jika Reyhan sebegitu perhatiannya pada dirinya dan Akmal. Tapi Katrina juga tidak mau kalau Reyhan jadi menyepelekan urusan pekerjaannya itu. Apalagi jika dia harus mengecewakan keluarganya sendiri, yaitu Opah dan Hardin.

Perusahaan Company Grup kini sukses dengan produk-produk terbaiknya yang sudah mendunia. Perusahaan ini memang sejak awal sudah di kelola oleh Hardin dan Reyhan.

Reyhan memilih untuk tetap bertahan di Company Grup bersama Hardin ketimbang mengurus bisnis milik Hadi, dikarenakan Reyhan tidak ingin bergantung hidup pada sang Ayah. Sebagai lelaki sejati, Reyhan ingin menghidupi keluarganya dari hasil jerih payahnya sendiri tanpa sedikit pun mengganggu gugat harta milik Hadi.

Lagipula, Company Grup bagi Reyhan sudah seperti belahan jiwanya yang lain, karena perusahaan itu di rintis olehnya bersama Hardin sejak perusahaan itu belum sesukses saat ini.

"Jika aku memberikan izin pada Kakak untuk pergi ke sana, bagaimana?" ucap Katrina kemudian, meski awalnya dia sedikit ragu-ragu.

Reyhan beralih dari cermin dan berdiri menghadap istrinya di belakang. Istrinya yang saat itu tengah duduk di tepi ranjang tempat tidurnya. Dia menatap Katrina dengan tatapan tidak percaya.

"Kamu sakit, Trina?" tanya Reyhan setelah dia menempelkan punggung tangannya di kening Katrina. Ternyata istrinya itu baik-baik saja. Tubuhnya tidak demam. Pikir Reyhan dalam hati.

"Mulai deh, Lebay! Akukan hanya mencoba jadi istri yang baik, yang akan senantiasa mendukung apapun hal yang bisa membuat suaminya lebih bertanggung jawab atas pekerjaannya. Aku tidak mau Kakak merasa terbebani oleh kehadiranku dan Akmal disini. Kalau memang pekerjaan itu dilakukan demi membawa perusahaan ke arah yang lebih baik, untuk apa aku harus melarang?"

Reyhan jadi terdiam. Ada benarnya juga omongan Katrina tadi. Tapi satu detik setelahnya dia jadi geleng-geleng kepala. Dia tidak mau ambil resiko lebih jauh dengan harus hidup terpisah dari Katrina dan Akmal. Jelas Reyhan tidak akan sanggup.

"Dua bulan lagikan hari anniversary pernikahan kita yang ke tiga. Aku sudah janjikan untuk merayakannya bersamamu dan bayi kita, Akmal. Sementara jika aku tetap memaksakan diri untuk pergi ke Busan, aku akan stay di sana selama kurang lebih lima bulan. Lagipula, aku tidak akan sanggup tinggal berjauhan darimu, sayangku... Nanti kalau aku rindu bagaimana?" Reyhan mulai manja. Dia menarik tangan Katrina agar bangkit dari tempat tidur, lalu dia melingkarkan tangannya di pinggang istrinya. Kini tubuh mereka sudah menempel satu sama lain tanpa perekat apapun.

"Kalau rindu, panggil saja namaku tiga kali, aku pasti datang dan langsung berdiri dihadapan Kakak. Percayalah?" Katrina tersenyum simpul.

"Yakin? Sejak kapan kamu punya ilmu bisa berada di dua tempat berbeda dalam satu waktu? Memang kamu itu amuba bisa membelah diri?"

"Yeee... Belum juga di praktekan sudah menggerutu duluan," Katrina memasang tampang cemberutnya. Membuat Reyhan semakin gemas. Hingga akhirnya Reyhan langsung mencium bibir Katrina tanpa berbasa-basi lagi.

Dia sudah terlalu rindu ingin dibelai oleh istrinya yang selama masa pemulihan persalinannya masih belum juga bisa dia jamah. Terlebih kini sudah ada Akmal yang membuat perhatian Katrina terbagi menjadi dua. Bahkan Katrina lebih banyak menghabiskan waktunya dengan Akmal daripada harus bermanja-manja dengan Reyhan seperti dulu.

"Hmmm, Kak..." Katrina menggumam pelan saat tangan Reyhan mulai menelusuri lekuk demi lekuk tubuhnya yang hanya berbalut pakaian tidur tipis berbahan satin. Bahkan kini Reyhan mulai menyesap leher Katrina jengkal demi jengkal, hingga menyisakan tanda merah di leher berkulit putih pucat itu.

"Kakak, sudah! Kamukan harus berangkat ke kantor! Aku masih halangan," Katrina mendorong tubuh Reyhan yang dirasanya semakin menjadi. Bahkan kini kemeja laki-laki itu jadi terlihat sedikit berantakan.

Nafas Reyhan masih memburu. Entah kenapa moodnya untuk berangkat ke Kantor jadi tiba-tiba hilang. Reyhan jelas sudah sangat terangsang. Bahkan juniornya seolah meronta-ronta dibalik celana bahan hitamnya. Reyhan tidak bisa menahannya lagi. Hingga setelahnya dia justru beralih ke arah pintu kamarnya dan menguncinya dari dalam.

Katrina hanya terbengong-bengong melihat aksi suaminya itu yang pagi-pagi begini justru malah berbuat yang aneh-aneh.

Reyhan menanggalkan pakaian kantornya yang sudah rapi. Menyisakan celana boxer pendek yang masih melekat ditubuhnya yang jangkung dan sedikit lebih berisi semenjak dia menikah.

Pagi itu Reyhan memangsa istrinya bagaikan seekor singa yang lapar. Meski hanya sekedar make out dan foreplay saja. Tapi dia berhasil menyalurkan hasratnya di atas perut Katrina. Hingga setelahnya dia kembali mandi dan berpakaian untuk melanjutkan niatnya semula.

Berangkat ke Kantor.

*****

Sore harinya, sepulang kantor Reyhan langsung menyempatkan diri untuk mengantar kepulangan sang adik ipar ke Amerika. Hari ini Reyhan benar-benar di buat sibuk oleh Hardin.

"Nanti lo langsung hubungin gue kalau lo berubah pikiran dan mau menerima proyek di Busan, biar semua kebutuhan lo di sana bisa gue siapin secepatnya. Jadi begitu lo sampai di sana, lo nggak usah repot-repot lagi untuk cari hotel atau tempat tinggal. Semuanya gue yang atur. Dari mulai, sewa kamar hotel, kendaraan dan semua fasilitas-fasilitas lainnya, kecuali satu," ucap Hardin sambil melirik ke arah Luwi sang istri yang berdiri di samping Reyhan.

"Apaan?" tanya Reyhan cuek.

"Jasa service ranjang! Gue angkat tangan!" bisik Hardin, dia tersenyum mesum. Reyhan jadi tergelak. Masih saja manusia satu ini, pikir Reyhan dalam hati.

"APA TADI KAMU BILANG?" Luwi maju satu langkah dan menjewer telinga Hardin lalu memelintirnya dengan keras. Hardin meringis kesakitan dan meminta ampun pada Istrinya.

"Akukan cuma bercanda, gitu aja sewot! Huuuhh!" cibir Hardin pada Luwi.

"Kak Reyhan itu laki-laki setia, tahu! Ah, aku jadi curiga, jangan-jangan kamu nih yang punya motif lain dengan menyuruhku untuk tetap tinggal di Indonesia bersama anak-anak? Awas ya kalau sampe macam-macam di Amerika? Bukan pisau dapur lagi yang aku gunakan untuk memotong kemaluanmu, tapi gunting pemotong rumput! Mengerti?" Luwi berteriak cukup keras, membuat beberapa orang di sekitarnya melirik aneh pada mereka. Terutama pada Hardin yang hanya bisa garuk-garuk kepala. Melihat tingkah istrinya yang galak itu.

"Aduh, kalian ini seperti anak kecil saja! Ribut melulu kerjanya," Kali ini Opah angkat bicara. Mendapati kelakuan cucu dan cucu menantunya itu.

"Pokoknya, Opah harus terus awasi laki-laki ini di Amerika. Apalagi di kantornya itu sekarang ada sekretaris barukan? Bule-bule di sana itu banyak sekali yang liar, tidak bedanya dengan cucu Opah satu ini! Dasar ganjen!" Luwi masih sewot. Dalam hati dia terus khawatir jika harus tinggal berjauhan dengan suaminya yang mata keranjang itu. Tapi dia juga tidak tega membiarkan Katrina sendirian di rumah jika nanti Reyhan harus berangkat ke Busan.

Jadilah Luwi memutuskan untuk menetap di Indonesia sementara waktu sampai keadaan sang Kakak Iparnya pulih kembali.

"Mama tenang aja. Kan ada Gibran. Nanti biar Gibran yang jagain Papa di sana. Nanti kalau Papa sampe ganjen, Gibran pukul pake tongkat bisbol," timpal Gibran. Hardin jadi cemberut. Meski dalam hati dia juga sangat berat harus berpisah dengan Luwi dan ke dua balita kembarnya, Hanin dan Luna. Tapi, mau bagaimana lagi, sudah menjadi panggilan bekerja. Lagipula, Gibran juga harus kembali masuk sekolah.

"Iya, jagain Papa Hardin ya Gibran. Disinikan Mama Luwi harus jagain Tante Cantik dulu. Nanti kalau Tante cantik sudah sehat, Mama Luwi pasti menyusul Gibran ke Amerika," Reyhan angkat bicara.

"Memangnya Om Reyhan juga mau ikut ke Amerika?" tanya Gibran.

"Om Reyhan ada urusan di negara lain, di Korea. Makanya kasian kalau Tante cantik ditinggal sendirian di sini," jawab Reyhan sembari mengelus lembut rambut tebal milik ABG berumur 14 tahun itu.

Hardin terperangah mendengar kalimat Reyhan.

"Jadi? Lo serius, Han? Lo mau terima tawaran gue buat ngurus bisnis keluarga kita di Busan?" tanya Hardin masih tidak percaya.

Reyhan tersenyum simpul. "Katrina sudah memberi izin. Jadi gue pikir, nggak ada alasan lain buat gue menolak proyek itukan? Dan lagi, gue sama Katrina sudah sepakat, nanti selepas usia Akmal dua bulan, Katrina akan menyusul gue ke sana sama Akmal. Ya hitung-hitung liburan keluargakan? Jadi, gue terima deh. Minggu depan gue berangkat ke Korea," jawab Reyhan pasti.

"Yessss!!! Akhirnya Allah membukakan hati Kakak ipar gue," seru Hardin dengan ke dua tangan terangkat ke atas.

"Oke kalau begitu, nanti begitu sampai di Amerika gue akan urus semuanya, oke brother?" Hardin meraih Reyhan ke dalam pelukannya.

"Okelah.. Lo atur aja semuanya." jawab Reyhan santai.

Opah dan Hardin pun kini bisa tersenyum lega.

Akhirnya, Reyhan menyanggupi untuk menangani proyek kerja sama Company Grup dengan pihak W-mart di Busan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status