Lusa nanti Reyhan berangkat ke Busan.
Itulah sebabnya sebelum keberangkatan sang Suami, Katrina meminta di antarkan oleh Reyhan untuk mengunjungi makam sang Ibu di Surabaya.
Hari itu, dengan menaiki pesawat jet pribadi milik keluarga Sastro Sudiro, Katrina, Reyhan dan Akmal ples seorang baby sitter pergi bersama-sama menuju Surabaya.
Sebuah kota tempat dimana Katrina pernah tinggal dan menetap bersama almarhumah Arini sang Ibunda, sebelum akhirnya Arini di panggil oleh yang maha kuasa.
Hari pertama di Surabaya, mereka menghabiskan waktu di rumah dan sore harinya Katrina di temani Reyhan datang berkunjung ke makam Arini.
Cukup lama Katrina berdoa di sana. Dia mengelus batu nisan sang Ibunda sambil menangis.
Saat itu, Reyhan hanya terdiam di sisi Katrina sambil sesekali mengusap bahu istrinya.
"Katrina pamit ya Bun? Nanti Katrina pasti akan mampir lagi nengokin Bunda. Malam ini Katrina akan menginap di rumah," beritahu Katrina sambil menatap lekat batu nisan itu.
Wanita bercadar itu pun bangkit setelah dirinya menaburi bunga di pusara Arini.
Reyhan meletakkan sebuket bunga warna-warni di atas makam sang Ibu mertua.
Mereka pun pulang menuju kediaman Katrina.
Rumah peninggalan Arini.
*****
"Ini Kak kopinya," Katrina meletakkan secangkir kopi hangat di meja.
Dia duduk bersama suaminya di teras depan kediamannya di Surabaya.
"Terima kasih sayangku," ucap Reyhan. Dia menutup buku di pangkuannya, melepas kaca mata bacanya lalu menyesap kopi buatan sang istri yang super nikmat.
"Malam-malam begini saat udara di luar sedang dingin, paling enak minum kopi, apalagi kopinya yang buat biadadari cantik," goda Reyhan melirik genit ke arah Katrina.
Katrina hanya mencebik.
"Akmal mana?" tanya Reyhan lagi.
"Baru aja tidur. Lagi di temani sama Mba Diah," jawab Katrina.
"Kamu kenapa nggak tidur?"
"Belum ngantuk," jawab Katrina cepat. Dia menatap ke arah langit. "Aku kangen sama Bunda, Kak..." lirih Katrina saat itu.
Reyhan tersenyum hangat. "Bunda kamu sekarang sudah bahagia di sana. Kamu harus ikhlas..." kata Reyhan sedikit memberi semangat. Dia mengusap punggung tangan istrinya.
Katrina masih ingat betul detik-detik dimana Arini meninggal.
Kejadian itu terus saja melekat kuat dalam memori otaknya hingga saat ini.
Saat dimana Arini berhasil mengucapkan kembali dua kalimat syahadat sebelum maut memanggilnya.
Hubungan Katrina yang sempat rusak dengan Arini akibat keputusan Katrina yang ingin menjadi seorang mualaf membuat Katrina harus hidup terpisah dengan Arini hingga bertahun-tahun lamanya.
Hingga mereka kembali dipertemukan justru di saat Arini sudah dalam keadaan kritis.
Arini yang menjadi salah satu korban pemboman di gereja Santa Maria Tak Bercela di Surabaya.
"Seandainya dulu aku bisa datang lebih awal ke rumah ini, mungkin aku masih bisa bertemu Bunda dalam keadaan sehat," gumam Katrina kemudian setelah dirinya terdiam beberapa saat. Tatapan perempuan bercadar itu masih terus mengarah ke langit. Air matanya menetes di pipi, membasahi cadarnya.
Reyhan hanya tersenyum tipis. Dia terus menggenggam jemari Katrina.
"Bunda kamu sekarang hanya membutuhkan kiriman doa dari kamu, sayang. Kamu harusnya bersyukur, Bunda kamu bisa kembali di beri hidayah oleh Allah sebelum dia meninggal," ucap Reyhan yang masih berusaha menenangkan hati istrinya.
Sejauh yang Reyhan tau dari apa yang pernah Katrina ceritakan perihal kehidupan masa lalu Arini, sebelum Arini hamil Katrina, Arini adalah seorang muslim.
Dia adalah seorang anak panti asuhan yang di angkat oleh keluarga muslim di Bandung.
Hingga saat Arini beranjak dewasa, Arini yang tinggal di pesantren tiba-tiba kabur.
Seluruh keluarga mencari keberadaannya namun tidak menghasilkan apa-apa.
Hingga pada suatu hari Arini pulang ke rumah orang tua angkatnya bersama seorang lelaki berkebangsaan korea bernama Wong Yeon Jin.
Arini hamil anak lelaki itu bahkan sebelum mereka sempat menikah.
Seluruh keluarga pada awalnya menentang hubungan itu dikarenakan lelaki berkebangsaan korea itu beragama kristen katolik.
Kalau pun mereka hendak menikah, pihak keluarga mau, Wong Yeon Jin masuk islam.
Sayangnya, lelaki itu tidak setuju dan memilih untuk pergi dari kehidupan Arini.
Arini kalut, hingga memutuskan untuk kembali kabur dari rumah. Dia mengejar sang pujaan hati hingga bersedia murtad demi lelaki itu.
Naasnya, bahkan setelah Arini sudah menjadi seorang kristen, Wong Yeon Jin justru malah pergi meninggalkan Arini begitu saja.
Hingga pada saatnya, Arini pun memutuskan untuk hidup seorang diri bersama putri kecil yang telah dia lahirkan dari rahimnya sendiri.
Anak dari hasil hubungan terlarangnya dengan Wong Yeon Jin.
Dialah, Katrina.
Perempuan yang kini menjadi istri seorang Reyhan Dharmadi.
Sementara mengenai sosok Wong Yeon Jin sendiri, baik Reyhan maupun Katrina sama-sama tidak tahu dimana lelaki itu berada. Bagaimana wajahnya? Apakah dia masih hidup atau tidak?
Semua itu masih menjadi misteri.
Sebab, yang Reyhan tahu, Katrina tidak pernah mengenal sosok ayahnya.
Arini tidak pernah mengatakan hal apapun tentang sosok Wong Yeon Jin pada Katrina sebelumnya.
Jikapun Katrina bertanya siapa gerangan ayah kandungnya, Arini pasti selalu menghindar.
Hingga setelahnya Katrina pun akhirnya tahu soal Wong Yeon Jin dari ke dua orang tua angkat Arini di Bandung.
Mereka yang sekarang menjadi Nenek dan Kakek Katrina.
Kedatangan Katrina ke Bandung, di sambut baik oleh pihak keluarga angkat Arini terlebih saat Katrina menyampaikan keinginannya untuk menjadi seorang mualaf.
Dan itulah sejatinya keajaiban takdir Allah.
Katrina yang memang sudah seharusnya terlahir dalam nikmat Islam, akhirnya bisa memeluk agama Islam atas hidayah yang diberikan Allah kepadanya.
Hebatnya lagi, hidayah itu datang setelah Allah justru mempertemukan Katrina dengan Reyhan.
"Mau jalan-jalan?" tanya Reyhan tiba-tiba. Memecah kesunyian di antara mereka. Entah kenapa dia tiba-tiba ingin refreshing. Sekedar berduaan dengan Katrina. Jalan-jalan keliling kota seperti dulu saat mereka berdua masih ABG.
Katrina menoleh, "jalan-jalan kemana?" tanyanya.
"Ya, kemana aja. Mumpung kita masih di Surabaya. Siapa tahu kamu mau bernostalgia. Secara dulu kamukan pernah tinggal lama di kota ini," jelas Reyhan setelah kembali menyesap kopinya.
"Terus Akmal gimana?"
"Kan ada Mba Diah yang jaga. Nanti kalau Akmal bangun, tinggal suruh Mba Diah telepon,"
Katrina berpikir sejenak.
"Boleh deh," ucapnya sambil tersenyum.
Reyhan pun bangkit dari duduknya. Dia mengulurkan tangannya ke arah sang istri yang langsung menyambutnya.
Mereka pergi malam itu.
Sambil bergandengan tangan Reyhan dan Katrina mengunjungi beberapa spot menarik di kawasan Surabaya kota.
Jika sudah begini, mereka merasa seperti anak remaja lagi.
*****
Sehari setelah kepulangan Katrina dan Reyhan dari Surabaya, kini tibalah waktunya perpisahan itu tiba.
Saat-saat dimana Katrina harus benar-benar ikhlas melepas kepergian suaminya ke Busan untuk urusan bisnis.
"Pokoknya di sana nanti Kakak harus sering-sering kirim kabar. Seribu kali sehari," ucap Katrina. Dia menatap sedih ke wajah suaminya.
Ternyata pada saatnya hari ini tiba, Katrina jadi ragu atas keputusannya untuk mengizinkan suaminya pergi jauh. Berat sekali rasanya.
Kini mereka masih duduk di bangku tunggu pintu keberangkatan di Bandara. Reyhan terlihat asik bercanda dengan Akmal yang saat ini berada dalam gendongannya. Dia jadi tertawa keras saat mendengar istrinya bicara.
"Jangankan seribu kali sehari, satu juta kali akan aku lakukan demi kamu, sayang," jawab Reyhan sok manja. Dia mengecup pipi istrinya.
Katrina tersenyum malu.
"Kacamata baca Kakak sudah dibawakan?" tanya Katrina setelah kembali memastikan semua barang-barang bawaan yang hendak di bawa Reyhan lengkap.
"Sudah. Aku taruh di tas ranselku. Luwi kemana? Lama sekali," Reyhan melirik ke arah pintu keberangkatan mencari sosok adiknya yang tadi ikut mengantar keberangkatannya juga.
"Tadi si kembar minta dibelikan jajan katanya, mungkin dia masih di supermarket di dalam Bandara," jawab Katrina apa adanya.
Ponsel Reyhan berbunyi, Reyhanpun menyerahkan Akmal kepada istrinya, sebab dia harus mengambil ponsel itu di saku celananya.
"Iya, hallo assalamualaikum, Pak Sigit? Ada apa?" Reyhan memulai percakapannya di telepon. Orang yang meneleponnya itu bernama Sigit, yang merupakan orang kepercayaan Reyhan di Company Grup.
"....."
"Saya masih di Bandara Soekarno Hatta sekarang, Pak. Semuanya saya percayakan pada Pak Sigit saja. Saya percaya pada Bapak seperti Opah yang selama ini juga percaya pada, Bapak." kata Reyhan menjelaskan.
"....."
"Oh... Oke-oke. Nanti saya bicarakan dengan sekretaris saya. Terima kasih, Pak. Waalaikum salam."
Reyhan mengakhiri percakapannya di telepon dan langsung mengecek layar ponselnya. Dia mendapati beberapa pesan masuk dari Hardin. Dia membacanya sekilas. Kedatangan Luwi bersama dua orang anak kembar yang menjadi keponakannya langsung mengalihkan perhatian Reyhan dari layar ponselnya.
"Haduuuuh, ribet sekali mereka ini. Mau ini-itu, semuanya di acak-acak. Lepas sedikit langsung kabur." keluh Luwi sambil menyeka keringatnya. Luwi terlihat kewalahan menghadapi ke dua anak kembarnya yang masih balita. Meski sudah dibantu babby sitter, Luwi tetap saja repot. Pasalnya, Luna dan Hanin itu sangat aktif semenjak mereka bisa berjalan. Kini, ke dua balita cantik itu mulai menangis karena haus.
"Bi, botol susunya mana? Kasih dulu untuk Hanin. Biar Luna aku yang susui dulu," ucap Luwi yang langsung mengenakan apron menyusui untuk menutupi tubuhnya.
"Kasihan Luwi. Sepertinya dia kerepotan sekali, ya sudah kalian pulang saja sekarang, jadwal keberangkatanku tinggal setengah jam lagi," ucap Reyhan mencoba maklum. Dia bicara pada Katrina.
"Baiklah. Nanti kalau sudah sampai di sana langsung kabari aku ya?" Katrina bangkit dari duduknya diikuti Reyhan.
Reyhan mengecup kening Katrina lembut, lalu memeluk istri dan anaknya sekaligus. Cukup lama. Karena Reyhan tahu, dia pasti akan sangat merindukan pelukan itu. Waktu dua bulan itu akan terasa sangat lama baginya.
"Pastinya cintaku..." jawab Reyhan seraya melepas pelukannya.
"Hati-hati, jangan telat makan. Tunggu aku dua bulan lagi. Kakak harus menyiapkan kejutan untukku di hari annivers ary kita. Jangan sampai lupa," ucap Katrina mengingatkan. Ke dua matanya mulai memanas.
"Oke, aku janji! Kejutannya akan sangat luar biasa nanti. Tak akan bisa kamu lupakan seumur hidupmu." balas Reyhan. Dia mengaitkan jari kelingkingnya pada Katrina.
"Jangan sembarangan bicara. Janji itu hutang, Allah membencinya. Ucapkan kata Inshaa Allah itu lebih baik. Karena kita tidak akan pernah tahu apapun hal yang akan terjadi di hari esok. Semuanya masih misteri bagi manusia. Hanya Allah yang tahu," Katrina mulai berceramah. Dan Reyhan sangat menyukainya. Ceramah istrinya itu bagai penyempurna imannya.
"Oke-oke. Baiklah, jaga kesehatanmu, jaga Akmal dan... Titip Ayah, pastikan Ayah meminum obatnya secara teratur ya?"
Katrina mengangguk paham.
"Aku berangkat ya?" ucap Reyhan lagi seraya mengecup kening Katrina entah untuk yang keberapa kali. Reyhan tidak menghitungnya.
Setelah mengecup kening istri tercinta, kini giliran sang bayi mungil di gendongan Katrina yang menjadi sasaran Reyhan. Lelaki itu mengecup pipi Akmal beberapa kali, sebelum akhirnya dia beralih untuk berpamitan pada Luwi dan dua keponakan kembarnya yang cantik jelita, Hanin dan Luna.
Kini Reyhan mulai berjalan menuju pintu masuk Bandara untuk Check in.
"Jangan tinggalkan shalat, apapun yang terjadi," Teriak Katrina sembari menyeka air matanya.
"Siap cinta..." Reyhan balas berteriak, dia melemparkan satu kecupan dari tangannya kepada sang istri. Dia terus menyembunyikan kelopak matanya yang mulai memanas. Mata itupun kini terlihat berkaca-kaca. Hingga akhirnya Reyhanpun menyeka sudut matanya yang basah saat bayangan istri dan anaknya sudah tidak terlihat lagi di belakang.
Aku akan sangat merindukanmu, Trina....
Bisiknya membatin sambil terus melangkah.
Semburat cahaya mentari menyembul dari balik jendela yang tak tertutup sempurna oleh gorden. Kelopak mata seorang wanita mengernyit saat titik cahaya itu menembus korneanya. Dia pun membuka matanya. Menguceknya pelan. Dia menatap ke arah samping dimana sang pangeran hatinya seharusnya tertidur di sana. Namun tak ada seorang pun di ranjang itu selain dirinya. Bahkan saat dia menyapu seluruh ruangan kamar sederhana itu, tak juga ditemukannya sosok suami tercintanya. Perlahan tapi pasti, dia pun bangkit dari tempat tidur dengan sedikit kepayahan. Perut buncitnya membuat ruang geraknya mulai terbatasi. Ya, itu semua karena kehamilannya kini sudah memasuki usia tujuh bulan.
Hidayah, memang hanya milik Allah SWT. Maka sejatinya, tak pantas bagi kita mencap seseorang adalah musuh abadi islam hanya karena dirinya seorang kafir atau hanya karena dirinya adalah seorang pendosa. Kita, manusia yang amat lemah ini, tak paham bagaimana skenario perjalanan hidup seseorang. Dan Yura membuktikannya. Cahaya Islam merasuk ke dadanya, bahkan dengan cara yang tak pernah dia sangka-sangka.Yura, yang dulunya adalah seorang pelacur kelas atas, yang bahkan dalam satu malam bisa melakukan zina dengan beberapa pelanggan yang membookingnya.Yura, yang dulunya adalah seorang pendengki yang bahkan dengan tega menghalalkan segala cara hanya untuk menghancurkan rumah tangga saudara kembarnya sendiri.Yura, yang dulunya bahkan tak tahu bagaimana caranya
Yura telah sadar dari koma. Meski kondisinya masih sangat lemah. Seo Jun terus menemani Yura sepanjang hari, bahkan Seo Jun hampir menghabiskan seluruh waktunya di rumah sakit untuk menjaga Yura saat Yura sudah di pindah ke dalam ruang perawatan.Semakin hari kondisi Yura berangsur pulih dan luka operasi di alat kelaminnya pun sudah mengering dan tinggal menunggu proses pemulihan lebih lanjut. Awalnya, Yura sempat terpukul saat mendengar berita bahwa dirinya keguguran, namun berkat semangat dan perhatian yang diberikan pihak keluarga Katrina yang juga telah menjadi keluarganya, kesedihan Yura bisa sedikit terobati, bahkan saat dilihatnya Seo Jun yang terus menerus berada di sisinya, seperti tak mengenal lelah, suaminya itu terus mendampingi Yura memberinya semangat, membuat Yura terharu.Yura sangat bersyukur atas semua ka
Setelah tragedi berdarah itu berlangsung, pihak pemerintahan Korea langsung mencopot jabatan Goh Kun Ling sebagai perdana Menteri di Korea Selatan sebelum terjadinya aksi anarkis warga korea yang geram atas aksi kejam Jimmy yang kini menjadi berita terpanas di Korea. Di mana Jimmy tengah mencemarkan nama baik Korea Selatan di mata dunia dengan memperkosa secara terang-terangan seorang wanita muslim asal Indonesia bernama Katrina Kania Ifana.Wibowo Hadi Sastro Sudiro selaku Bapak Mertua dari Katrina jelas tidak bisa tinggal diam saat mendengar berita itu terkuak ke media. Hadi beserta jajaran pemerintahan Indonesia, langsung mendatangi Korea untuk menuntut pemerintahan Korea yang dianggapnya telah lalai menjaga keselamatan warga negara asing di negaranya.Dan hal ini semakin menjadi pukulan keras untuk pemerintahan Korea,
Jimmy menarik kasar rambut Yura sampai lilitan rambut itu terlepas dari ikatannya. Hingga rambut panjang Yura kini tergerai bebas di balik punggungnya. Wanita itu meringis kesakitan."Ahh.. Lepas, sakit!" teriak wanita be'rok sepan itu yang terlihat kewalahan saat Jimmy menyeret tubuhnya secara paksa."Jimmy, hentikan! Aku yang kamu inginkan! Lepaskan Yura!" teriak seorang wanita bercadar yang kini berdiri di sisi Reyhan. Sementara Reyhan terus mendekap tubuh istrinya yang kian meronta-ronta dengan dekapan yang semakin kuat. Dia tidak akan mungkin melepas Katrina begitu saja. Meski, Reyhan merasa hatinya seolah teriris melihat perlakuan kejam Jimmy pada Yura saat ini. Bahkan Jimmy dengan kasar tengah menampar pipi Yura beberapa kali hingga pipi wanita itu biru lebam. Bahkan hidungnya kini mengeluarkan darah. Reyhan jelas m
Reyhan terperangah hebat saat mendapati kabar dari Pak Satoshi bahwa Katrina telah kabur dari Bandara saat dia baru saja memastikan bahwa Katrina dan Akmal kini sudah berada di dalam pesawat menuju Indonesia. Tapi nyatanya, pesawat itu belum juga berangkat sampai detik ini.Hari sudah gelap. Dan mereka semua belum menemukan titik temu atas masalah yang terjadi.Ini bukan kasus penyekapan pertama yang dilakukan oleh Jimmy Ling. Lima belas tahun lalu, laki-laki itu pun pernah melakukan aksi serupa di sekolahnya dan dengan jumlah tawanan yang lebih banyak dari sekarang. Saat itu pihak kepolisian bertindak gegabah dengan menyepelekan Jimmy yang di anggapnya masih di bawah umur sehingga mudah untuk di kelabui, meski setelahnya aksi pihak kepolisian mendapat kecaman keras karena sudah bertindak gegabah sampai mengakibatkan enam