Share

4. PERPISAHAN DI BANDARA

Lusa nanti Reyhan berangkat ke Busan.

Itulah sebabnya sebelum keberangkatan sang Suami, Katrina meminta di antarkan oleh Reyhan untuk mengunjungi makam sang Ibu di Surabaya.

Hari itu, dengan menaiki pesawat jet pribadi milik keluarga Sastro Sudiro, Katrina, Reyhan dan Akmal ples seorang baby sitter pergi bersama-sama menuju Surabaya.

Sebuah kota tempat dimana Katrina pernah tinggal dan menetap bersama almarhumah Arini sang Ibunda, sebelum akhirnya Arini di panggil oleh yang maha kuasa.

Hari pertama di Surabaya, mereka menghabiskan waktu di rumah dan sore harinya Katrina di temani Reyhan datang berkunjung ke makam Arini.

Cukup lama Katrina berdoa di sana. Dia mengelus batu nisan sang Ibunda sambil menangis.

Saat itu, Reyhan hanya terdiam di sisi Katrina sambil sesekali mengusap bahu istrinya.

"Katrina pamit ya Bun? Nanti Katrina pasti akan mampir lagi nengokin Bunda. Malam ini Katrina akan menginap di rumah," beritahu Katrina sambil menatap lekat batu nisan itu.

Wanita bercadar itu pun bangkit setelah dirinya menaburi bunga di pusara Arini.

Reyhan meletakkan sebuket bunga warna-warni di atas makam sang Ibu mertua.

Mereka pun pulang menuju kediaman Katrina.

Rumah peninggalan Arini.

*****

"Ini Kak kopinya," Katrina meletakkan secangkir kopi hangat di meja.

Dia duduk bersama suaminya di teras depan kediamannya di Surabaya.

"Terima kasih sayangku," ucap Reyhan. Dia menutup buku di pangkuannya, melepas kaca mata bacanya lalu menyesap kopi buatan sang istri yang super nikmat.

"Malam-malam begini saat udara di luar sedang dingin, paling enak minum kopi, apalagi kopinya yang buat biadadari cantik," goda Reyhan melirik genit ke arah Katrina.

Katrina hanya mencebik.

"Akmal mana?" tanya Reyhan lagi.

"Baru aja tidur. Lagi di temani sama Mba Diah," jawab Katrina.

"Kamu kenapa nggak tidur?"

"Belum ngantuk," jawab Katrina cepat. Dia menatap ke arah langit. "Aku kangen sama Bunda, Kak..." lirih Katrina saat itu.

Reyhan tersenyum hangat. "Bunda kamu sekarang sudah bahagia di sana. Kamu harus ikhlas..." kata Reyhan sedikit memberi semangat. Dia mengusap punggung tangan istrinya.

Katrina masih ingat betul detik-detik dimana Arini meninggal.

Kejadian itu terus saja melekat kuat dalam memori otaknya hingga saat ini.

Saat dimana Arini berhasil mengucapkan kembali dua kalimat syahadat sebelum maut memanggilnya.

Hubungan Katrina yang sempat rusak dengan Arini akibat keputusan Katrina yang ingin menjadi seorang mualaf membuat Katrina harus hidup terpisah dengan Arini hingga bertahun-tahun lamanya.

Hingga mereka kembali dipertemukan justru di saat Arini sudah dalam keadaan kritis.

Arini yang menjadi salah satu korban pemboman di gereja Santa Maria Tak Bercela di Surabaya.

"Seandainya dulu aku bisa datang lebih awal ke rumah ini, mungkin aku masih bisa bertemu Bunda dalam keadaan sehat," gumam Katrina kemudian setelah dirinya terdiam beberapa saat. Tatapan perempuan bercadar itu masih terus mengarah ke langit. Air matanya menetes di pipi, membasahi cadarnya.

Reyhan hanya tersenyum tipis. Dia terus menggenggam jemari Katrina.

"Bunda kamu sekarang hanya membutuhkan kiriman doa dari kamu, sayang. Kamu harusnya bersyukur, Bunda kamu bisa kembali di beri hidayah oleh Allah sebelum dia meninggal," ucap Reyhan yang masih berusaha menenangkan hati istrinya.

Sejauh yang Reyhan tau dari apa yang pernah Katrina ceritakan perihal kehidupan masa lalu Arini, sebelum Arini hamil Katrina, Arini adalah seorang muslim.

Dia adalah seorang anak panti asuhan yang di angkat oleh keluarga muslim di Bandung.

Hingga saat Arini beranjak dewasa, Arini yang tinggal di pesantren tiba-tiba kabur.

Seluruh keluarga mencari keberadaannya namun tidak menghasilkan apa-apa.

Hingga pada suatu hari Arini pulang ke rumah orang tua angkatnya bersama seorang lelaki berkebangsaan korea bernama Wong Yeon Jin.

Arini hamil anak lelaki itu bahkan sebelum mereka sempat menikah.

Seluruh keluarga pada awalnya menentang hubungan itu dikarenakan lelaki berkebangsaan korea itu beragama kristen katolik.

Kalau pun mereka hendak menikah, pihak keluarga mau, Wong Yeon Jin masuk islam.

Sayangnya, lelaki itu tidak setuju dan memilih untuk pergi dari kehidupan Arini.

Arini kalut, hingga memutuskan untuk kembali kabur dari rumah. Dia mengejar sang pujaan hati hingga bersedia murtad demi lelaki itu.

Naasnya, bahkan setelah Arini sudah menjadi seorang kristen, Wong Yeon Jin justru malah pergi meninggalkan Arini begitu saja.

Hingga pada saatnya, Arini pun memutuskan untuk hidup seorang diri bersama putri kecil yang telah dia lahirkan dari rahimnya sendiri.

Anak dari hasil hubungan terlarangnya dengan Wong Yeon Jin.

Dialah, Katrina.

Perempuan yang kini menjadi istri seorang Reyhan Dharmadi.

Sementara mengenai sosok Wong Yeon Jin sendiri, baik Reyhan maupun Katrina sama-sama tidak tahu dimana lelaki itu berada. Bagaimana wajahnya? Apakah dia masih hidup atau tidak?

Semua itu masih menjadi misteri.

Sebab, yang Reyhan tahu, Katrina tidak pernah mengenal sosok ayahnya.

Arini tidak pernah mengatakan hal apapun tentang sosok Wong Yeon Jin pada Katrina sebelumnya.

Jikapun Katrina bertanya siapa gerangan ayah kandungnya, Arini pasti selalu menghindar.

Hingga setelahnya Katrina pun akhirnya tahu soal Wong Yeon Jin dari ke dua orang tua angkat Arini di Bandung.

Mereka yang sekarang menjadi Nenek dan Kakek Katrina.

Kedatangan Katrina ke Bandung, di sambut baik oleh pihak keluarga angkat Arini terlebih saat Katrina menyampaikan keinginannya untuk menjadi seorang mualaf.

Dan itulah sejatinya keajaiban takdir Allah.

Katrina yang memang sudah seharusnya terlahir dalam nikmat Islam, akhirnya bisa memeluk agama Islam atas hidayah yang diberikan Allah kepadanya.

Hebatnya lagi, hidayah itu datang setelah Allah justru mempertemukan Katrina dengan Reyhan.

"Mau jalan-jalan?" tanya Reyhan tiba-tiba. Memecah kesunyian di antara mereka. Entah kenapa dia tiba-tiba ingin refreshing. Sekedar berduaan dengan Katrina. Jalan-jalan keliling kota seperti dulu saat mereka berdua masih ABG.

Katrina menoleh, "jalan-jalan kemana?" tanyanya.

"Ya, kemana aja. Mumpung kita masih di Surabaya. Siapa tahu kamu mau bernostalgia. Secara dulu kamukan pernah tinggal lama di kota ini," jelas Reyhan setelah kembali menyesap kopinya.

"Terus Akmal gimana?"

"Kan ada Mba Diah yang jaga. Nanti kalau Akmal bangun, tinggal suruh Mba Diah telepon,"

Katrina berpikir sejenak.

"Boleh deh," ucapnya sambil tersenyum.

Reyhan pun bangkit dari duduknya. Dia mengulurkan tangannya ke arah sang istri yang langsung menyambutnya.

Mereka pergi malam itu.

Sambil bergandengan tangan Reyhan dan Katrina mengunjungi beberapa spot menarik di kawasan Surabaya kota.

Jika sudah begini, mereka merasa seperti anak remaja lagi.

*****

Sehari setelah kepulangan Katrina dan Reyhan dari Surabaya, kini tibalah waktunya perpisahan itu tiba.

Saat-saat dimana Katrina harus benar-benar ikhlas melepas kepergian suaminya ke Busan untuk urusan bisnis.

"Pokoknya di sana nanti Kakak harus sering-sering kirim kabar. Seribu kali sehari," ucap Katrina. Dia menatap sedih ke wajah suaminya.

Ternyata pada saatnya hari ini tiba, Katrina jadi ragu atas keputusannya untuk mengizinkan suaminya pergi jauh. Berat sekali rasanya.

Kini mereka masih duduk di bangku tunggu pintu keberangkatan di Bandara. Reyhan terlihat asik bercanda dengan Akmal yang saat ini berada dalam gendongannya. Dia jadi tertawa keras saat mendengar istrinya bicara.

"Jangankan seribu kali sehari, satu juta kali akan aku lakukan demi kamu, sayang," jawab Reyhan sok manja. Dia mengecup pipi istrinya.

Katrina tersenyum malu.

"Kacamata baca Kakak sudah dibawakan?" tanya Katrina setelah kembali memastikan semua barang-barang bawaan yang hendak di bawa Reyhan lengkap.

"Sudah. Aku taruh di tas ranselku. Luwi kemana? Lama sekali," Reyhan melirik ke arah pintu keberangkatan mencari sosok adiknya yang tadi ikut mengantar keberangkatannya juga.

"Tadi si kembar minta dibelikan jajan katanya, mungkin dia masih di supermarket di dalam Bandara," jawab Katrina apa adanya.

Ponsel Reyhan berbunyi, Reyhanpun menyerahkan Akmal kepada istrinya, sebab dia harus mengambil ponsel itu di saku celananya.

"Iya, hallo assalamualaikum, Pak Sigit? Ada apa?" Reyhan memulai percakapannya di telepon. Orang yang meneleponnya itu bernama Sigit, yang merupakan orang kepercayaan Reyhan di Company Grup.

"....."

"Saya masih di Bandara Soekarno Hatta sekarang, Pak. Semuanya saya percayakan pada Pak Sigit saja. Saya percaya pada Bapak seperti Opah yang selama ini juga percaya pada, Bapak." kata Reyhan menjelaskan.

"....."

"Oh... Oke-oke. Nanti saya bicarakan dengan sekretaris saya. Terima kasih, Pak. Waalaikum salam."

Reyhan mengakhiri percakapannya di telepon dan langsung mengecek layar ponselnya. Dia mendapati beberapa pesan masuk dari Hardin. Dia membacanya sekilas. Kedatangan Luwi bersama dua orang anak kembar yang menjadi keponakannya langsung mengalihkan perhatian Reyhan dari layar ponselnya.

"Haduuuuh, ribet sekali mereka ini. Mau ini-itu, semuanya di acak-acak. Lepas sedikit langsung kabur." keluh Luwi sambil menyeka keringatnya. Luwi terlihat kewalahan menghadapi ke dua anak kembarnya yang masih balita. Meski sudah dibantu babby sitter, Luwi tetap saja repot. Pasalnya, Luna dan Hanin itu sangat aktif semenjak mereka bisa berjalan. Kini, ke dua balita cantik itu mulai menangis karena haus.

"Bi, botol susunya mana? Kasih dulu untuk Hanin. Biar Luna aku yang susui dulu," ucap Luwi yang langsung mengenakan apron menyusui untuk menutupi tubuhnya.

"Kasihan Luwi. Sepertinya dia kerepotan sekali, ya sudah kalian pulang saja sekarang, jadwal keberangkatanku tinggal setengah jam lagi," ucap Reyhan mencoba maklum. Dia bicara pada Katrina.

"Baiklah. Nanti kalau sudah sampai di sana langsung kabari aku ya?" Katrina bangkit dari duduknya diikuti Reyhan.

Reyhan mengecup kening Katrina lembut, lalu memeluk istri dan anaknya sekaligus. Cukup lama. Karena Reyhan tahu, dia pasti akan sangat merindukan pelukan itu. Waktu dua bulan itu akan terasa sangat lama baginya.

"Pastinya cintaku..." jawab Reyhan seraya melepas pelukannya.

"Hati-hati, jangan telat makan. Tunggu aku dua bulan lagi. Kakak harus menyiapkan kejutan untukku di hari annivers ary kita. Jangan sampai lupa," ucap Katrina mengingatkan. Ke dua matanya mulai memanas.

"Oke, aku janji! Kejutannya akan sangat luar biasa nanti. Tak akan bisa kamu lupakan seumur hidupmu." balas Reyhan. Dia mengaitkan jari kelingkingnya pada Katrina.

"Jangan sembarangan bicara. Janji itu hutang, Allah membencinya. Ucapkan kata Inshaa Allah itu lebih baik. Karena kita tidak akan pernah tahu apapun hal yang akan terjadi di hari esok. Semuanya masih misteri bagi manusia. Hanya Allah yang tahu," Katrina mulai berceramah. Dan Reyhan sangat menyukainya. Ceramah istrinya itu bagai penyempurna imannya.

"Oke-oke. Baiklah, jaga kesehatanmu, jaga Akmal dan... Titip Ayah, pastikan Ayah meminum obatnya secara teratur ya?"

Katrina mengangguk paham.

"Aku berangkat ya?" ucap Reyhan lagi seraya mengecup kening Katrina entah untuk yang keberapa kali. Reyhan tidak menghitungnya.

Setelah mengecup kening istri tercinta, kini giliran sang bayi mungil di gendongan Katrina yang menjadi sasaran Reyhan. Lelaki itu mengecup pipi Akmal beberapa kali, sebelum akhirnya dia beralih untuk berpamitan pada Luwi dan dua keponakan kembarnya yang cantik jelita, Hanin dan Luna.

Kini Reyhan mulai berjalan menuju pintu masuk Bandara untuk Check in.

"Jangan tinggalkan shalat, apapun yang terjadi," Teriak Katrina sembari menyeka air matanya.

"Siap cinta..." Reyhan balas berteriak, dia melemparkan satu kecupan dari tangannya kepada sang istri. Dia terus menyembunyikan kelopak matanya yang mulai memanas. Mata itupun kini terlihat berkaca-kaca. Hingga akhirnya Reyhanpun menyeka sudut matanya yang basah saat bayangan istri dan anaknya sudah tidak terlihat lagi di belakang.

Aku akan sangat merindukanmu, Trina....

Bisiknya membatin sambil terus melangkah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status