Sesuai dugaan pihak kepolisian, Carol benar-benar telah kabur. Tapi dari hasil penyelidikan sementara tidak ada tanda-tanda kalau wanita itu keluar kota atau keluar negeri. Kemungkinan besar dia masih ada di daerah Jawa Barat.
Nomor rekeningnya telah dibekukan, transaksi terakhirnya pun sudah berhasil dilacak dan itu terjadi di salah satu ATM di sebuah rest area. Dengan semua informasi penting itu, pihak kepolisian yakin akan berhasil menemukannya dalam waktu dekat.
*
Sementara itu Haniyah sudah kembali dengan rutinitasnya di Baswara. Kurang dari dua minggu lagi dia akan kembali sibuk sebagai mahasiswa sebuah perguruan tinggi. Dan dalam dua minggu terakhir ini, Aura dan Zaliyah kembali mendampinginya di Baswara sebelum melepaskannya sesuai perjanjian yang mereka punya.
&
Pintu mobil terbuka. Haniyah turun dengan langkah tenang, meski matanya menyimpan sisa ketegangan dari pertemuan sebelumnya, hati hatinya sudah sedikit lebih lega. Di belakangnya, Zaliyah menyusul, diikuti Anandita yang selalu berada dalam mode waspada mengamati sekeliling.Elkan telah menunggu di dalam ruangannya. Mungkin di gedung, atmosfer ketegangan tidak terlalu terasa, tapi di ruangan Elkan… semua itu terasa nyata. Ia berdiri dengan tubuh tegap tapi sorot mata penuh cemas. Begitu melihat Haniyah membuka pintu, ia segera menghampiri, dan tanpa berkata sepatah kata pun, menarik istrinya ke dalam pelukannya.Pelukan itu erat, lama, seperti sedang memastikan bahwa perempuan yang dicintainya benar-benar kembali. Napas Elkan terasa berat di pundak Haniyah, seolah selama ini ia menahannya sepanjang hari. Sementara itu dari tempatnya berdiri Hanan hanya melihat Zaliyah, istrinya yang mengangguk pelan.“Aku baik-baik saja,” bisik Haniyah di dadanya
“Apa maksudmu? Memangnya dia siapa?” tanya Ronald.Zaliyah tidak menjawab, dia hanya memasang senyum miring membuat Ronald makin bingung. Dia memberi instruksi pada orang suruhannya untuk mencari tahu hingga membuat Zaliyah tertawa kecil.“Coba saja cari tahu, aku pastikan kalian tidak akan menemukan hal yang spesial,” ungkap Zaliyah.“Karena dia memang bukan siapa-siapa kan? Kamu hanya menggertak kan?” pancing Ronald.Zaliyah mengendikkan bahunya. “Bisa saja dia memang orang biasa yang bukan siapa-siapa, tapi bisa juga dia orang yang sangat penting yang bisa menyembunyikan siap dirinya rapat-rapat.”Jawaban itu membuat Ronald kembali menatap Haniyah, seolah sedang mencari tahu lewat tatapannya.“Pak Ronald tidak perlu mencari tahu siapa saya, anggap saja saya bukan siapa-siapa. Karena memang tidak akan terjadi apa-apa kalau tindakan anda, anda hentikan saat ini.” Kalimat Haniyah begitu tenang, Ronald jadi curiga kalau
Mobil hitam milik Zaliyah meluncur perlahan keluar dari pelataran kantor Elkan. Di dalamnya, suasana terasa hening. Duduk di bangku tengah, Haniyah mengenakan blazer krem lembut dan kerudung yang disemat rapi. Wajahnya tenang, meskipun pikirannya terasa benar-benar berisik.Di sebelahnya, Zaliyah duduk dengan anggun. Sorot matanya tajam, pembawaannya jauh lebih tenang dibanding Haniyah. Mungkin, karena hal seperti ini sudah jadi bagian masa mudahnya. Di kursi depan, Anandita duduk tenang sambil mengemudi. Ia tidak banyak bicara, sama seperti Zaliyah, dia terlihat tenang dan lebih fokus. Mungkin saat ini hanya Haniyah yang dipenuhi perhitungan ini dan itu.Zaliyah menoleh perlahan ke arah Haniyah. “Han,” suaranya rendah tapi jelas, “Ronald bukan pria biasa. Dia tahu cara membaca bahasa tubuh, dia tahu kapan seseorang gugup, dan dia tahu bagaimana memancing reaksi emosional.” Haniyah mengalihkan pandangannya ke Zaliyah.“Aku sudah pernah ngajarin kamu dasar-dasarnya, gimana caranya men
Suasana di kantor Elkan mendadak berubah drastis setelah Hanan menerima panggilan telepon dari orang suruhannya. Pagi tadi semuanya masih jadi asumsi, prakiraan tanpa dasar dan hanya sebuah tebakan—seandainya—sekiranya. Tapi siang ini, semua menjadi lebih jelas.Hanan masih duduk di sofa yang sama dengan Elkan, satu tangan menyentuh telinga kirinya, menyimak suara dari earpiece kecil yang terhubung langsung ke orang kepercayaannya di lapangan. Beberapa detik kemudian, ia memutus sambungan, menoleh perlahan ke arah Elkan.“Sudah bisa dipastikan, sesuai perkiraan Pak Arifin dan detektif yang kamu bayar… dalangnya memang Ronald,” katanya datar, namun matanya menyiratkan ketegangan mendalam. “Dan alasannya persis seperti yang disampaikan Pak Arifin, karena Carol.”Elkan mengepalkan tangannya, dadanya sesak. Marah dan kesal bercampur jadi satu.“Jadi… mau pakai cara apa?” tanya Elkan.“Negosiasi saja, aku siap.” Elkan menatap Haniyah
Pukul sembilan pagi. Hanan keluar dari mobilnya bersamaan dengan Elkan yang baru saja sampai. Tidak lama kemudian, motor Anandita dan Farid juga merapat. Setelah itu mereka berjalan beriringan menuju ruangan Elkan.Cahaya matahari menembus kaca jendela besar ruang kerja Elkan, menyinari meja kayu mahoni yang mengkilap. Aroma kopi hitam masih samar tercium dari cangkir yang baru saja disiapkan Haniyah. Suasana ruangan terasa tegang namun terkendali.Pagi itu Hanan datang dengan pakaian santai. Tidak sebagai CEO dari sebuah perusahaan besar. Ia mengenakan hoodie gelap dan celana jeans, wajahnya tenang namun matanya awas. Elkan meminta mereka semua duduk bersama. Hanya mereka, tanpa ada Brata atau anggota keluarga Elkan yang lainnya. Hanan mulai mendengarkan penjelasan Elkan tentang hal yang menimpanya, termasuk semua asumsi dari detektif yang ia bayar, Farid, Fathur dan juga Anandita. Wajahnya nampak lelah menghadapi ini semua, belum lagi dia juga dihantui rasa takut kalau orang-orang
Akash mematung. Kata-kata itu menggantung di udara, mengguncang pikirannya seperti badai yang datang tanpa peringatan.“Mafia?” tanya Elkan ragu. “Gak mungkin.” Suara itu keluar dari mulutnya nyaris sebagai bisikan. "Dia mungkin punya kuasa, punya uang banyak, tapi kalau mafia… rasanya gak mungkin.” Elkan benar-benar tidak percaya dengan ucapan mereka."Dia memiliki usaha perbankan Pak," ucap Farid pelan. "Usaha perbankan yang ia jalankan tidak sepenuhnya murni untuk urusan perbankan seperti yang diketahui umum. Usaha itu dibuat sebagai topeng… untuk mempermudah pencucian uang klien-klien besar yang selama ini dia jaga.”Tak hanya Akash, Haniyah pun ikut menggeleng tidak percaya setelah mendengar ucapan Farid.“Selama ini dia membantu orang-orang yang nggak mau uang kotornya kelihatan. Bandar narkoba, penyelundup, bahkan oknum pejabat. Uang haram itu disulap jadi seolah-olah bersumber dari investasi, tabungan bisnis, atau pembe