"Aku berangkat dulu ya Bunda,"ucap Mas Ilham berpamitan kepadaku setelah 2 hari Ia berdiam di kota ini."Ya Mas, hati hati ya," jawabku yang mengiringi kepergiannya sampai ke depan pintu rumah."Oh ya Rahma, jika ada apa-apa segera telepon, beritahu aku ya." dia mengelus bahuku pelan tak lama kemudian Riska dan azka datang lalu menyalami ayahnya."Pergi dulu assalamualaikum," katanya.Kepergiannya dengan doa dan harapan semoga dia selamat dan selalu dalam lindungan Allah dimanapun dia berada.**Ku jalani hari seperti biasa setelah kepergiannya, kesehatanku mulai membaik begitu pula keceriaan anak-anakku, mereka tidak lagi terlihat khawatir karena aku sering jatuh sakit dan pingsan."Bunda boleh Azka tanya?" putraku tiba-tiba datang menghampiri ke meja makan dan memperhatikan aku yang saat itu sedang memotong sayuran untuk menyiapkan makan malam."Iya Sayang ada apa?""Bagaimana ayah, apakah Ayah kembali kepada istrinya?"mendengar ucapannya aku tidak banyak menjawab hanya menghela
"Apakah dia tidak akan meradang Mas?""Aku tidak peduli," jawab Mas Ilham.Mas Ilham membantuku merebahkan diri lalu membenahi selimut. "Tidurlah, Rahma, aku akan melihat Azka dan Riska di kamar mereka.""Baik, Mas. Tapi sebaiknya Mas juga istirahat," balasku."Tenang saja.""Oh ya, Mas besok mau kembali ke kota sebelah?""Aku belum tahu, jika kamu masih sakit tentu aku tak akan kembali.""Alissa juga sedang sakit.""Jangan terus memikirkan orang lain," balas Mas Ilham."Tapi dia istrimu, dan kau juga menyayanginya."Suamiku hanya membuang napas kasar. Lalu menggeleng pelan dan melangkah keluar kamar."Sebenarnya kamu menikah lagi untuk apa, Mas? Kamu tidak bahagia denganku?""Jangan bilang begitu Rahma, aku merasa bersalah,' balasnya."Apa itu pernikahan siri atau resmi?""Siri, tenang saja aku tidak terikat padanya," sambung Mas Ilham."Apa maksud Mas? Jika Mas Tidka suka lagi, Mas akan lepaskan?" tanyaku."Untuk apa mempertahankan yang tidak baik.""Tapi itu pilihanmu, jangan perm
Pak ustad terus membacakan Alquran aku yang menyimak perlahan kepalaku mendadak pusing dan perut mual, aku merasa ingin memuntahkan sesuatu yang janggal dari dalam perutku.Sementara Ustad hakim masih membacakan doa sambil meniup-niupkan ayat Alquran yang dibacakan kearahku, aku memberinya isyarat karena ingin sekali memuntahkan apa yang kini terasa berbeda bergejolak di dalam perutku.Ia merentangkan sebuah kantong plastik lalu mengarahkan ke mulutku, tak tahan sekali isi perutku seketika menyembur dan ternyata kulihat ada sepotong kain kecil yang terlihat di dalam plastik itu.Ustad hakim lalu meminta suamiku untuk membersihkan bekas muntahan tersebut laluas ilham memberikan kembali kepadanya bukti buhul sihir yang dikirimkan secara ghaib ke dalam tubuh ini.Ternyata setelah diperhatikan benda itu adalah kain kafan yang dililit dengan benang hitam dan sebuah kayu ukuran seujung jari."Astaghfirullahaladzim," gumamnyadan ustadz hakim langsung membawa benda itu ke halaman rum
Lamat-lamat kubuka mata secara samar-samar ku tatap suamiku yang berdiri dengan perawat begitu gimana kedua anak pun pun berada di sebelah kiri duduk menjagaku"Bunda Bunda sudah bangun?" Tanya Riska.Aku berusaha mengusap matandan menajamkan pandangan yang samar, mungkin karena terlalu sakit kepala atau urat mataku yang terganggu seolah-olah aku tak mampu melihat anak-anakku dengan jelas."Mas kenapa mataku buram mas?"Suamiku menghampiri dan duduk di hadapanku namun aku masih tidak jelas mampu menangkap wajahnya seolah sedang melihat sesuatu yang ada di dalam air."Ada apa denganmu?" ucapnya sambil memegangi wajahku"Aku tidak bisa melihat dengan jelas, Mas. semuanya buram.""Coba berbaringlah istirahat, mungkin kau itu kelelahan, mungkin setelah tertidur penglihatanmu akan membaik," sarannya sambil membantuku merebahkan diri. kurasakan ada rasa nyeri di belakang punggung sakit di lambung dan ulu hati."Mas, punggung dan perutku sakit, terasa nyeri dan panas," keluhku.Mas I
"Apakah alissa minta Mas untuk kembali?"Kutanyakan hal itu pada Mas Ilham setelah ia mendekat ke peraduan kami.Ia hanya membuang napasnya pelan."Dengar ya, Mas entah apa yang Mas pikirkan tentangku, namun aku adalah istri yang berusaha sabar atas sikap Mas. Kali ini aku sungguh sangat butuh bantuan dan pertolongan Mas sebagai suami, akankah Mas mau menolongku?""Aku akan melakukan itu untukmu," jawabnya."Istri mudamu akan marah.""Aku terkejut atas sikap sabarmu, Rahma," ujarnya pelan sambil memiringkan diri sehingga posisi kami saling berhadapan."Mas bahagia dengan pernikahan Mas yang kedua?""Aku ...merasakan sensasi berbeda tapi ... Maafkan aku ya, Rahma."Kejujurannya membuat hatiku nyeri tapi mau bagaimana lagi, jika kami tidak bicara dari hati ke hati, kapan lagi, Masalah semakin meruncing, pernikahan di ujung tanduk, sementara wanita itu terus bersorak gembira pada kehancuran kami."Tidak perlu minta maaf, Mas, Meski aku terluka, tapi aku akan bersabar dengan takdir ini.
. ''Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan, karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.'' (QS al-Baqarah: 168).***Sudah pukul 7 malam namun mas Ilham belum juga kembali dan sampai dari kota dia bekerja anak-anak telah menikmati makan malam ini di kamar masing-masing mengerjakan PR mereka.Tadinya aku akan duduk di ruang tv sambil menikmati tayangan berita sambil menunggu suamiku kembali namun karena begitu beratnya sakit kepala sehingga aku memutuskan untuk kembali ke kamar untuk merebahkan diri saja.Ketika kubaringkan badan, ada rasa sangat sakit sekali di bagian punggung dan bahu, sedikit merasa kepanasan tapi di sisi lain tubuhku juga menggigil. Sensasi rasa gerah panas dan lengket yang tidak bisa kugambarkan tiba-tiba mendera di kamar tidurku sehingga kuputuskan untuk kembali ke ruang tengah dan berbaring di sofaaku sudah merasa sedikit tenang dan hampir terlena
Seminggu setelah kepulanganku dari Kota Mas Ilham tempat ia bekerja Mas Ilham semakin jarang menghubungiku sesekali ia menelepon hanya bertanya tentang kondisi Azka dan Riska saja.Terakhir kemarin ia mengirimkan uang Rp. 700.000 untuk tambahan uang jajan kedua putra-putrinya.Ingin ku telepon dia tapi hati ini masih terluka rasa kecewa yang menyayat nyayat dan sakit hati ya yang kian memperparah kondisi jiwa ini.Setelah bangun dan melakukan rutinitas membersihkan rumah tiba-tiba kepalaku mendadak sangat pusing mataku berkunang-kunang dan dunia serasa berputar. Kucoba untuk mengambil tempat duduk sambil menyandarkan kepala untuk menetralkan sensasi mual yang tiba-tiba timbul dan mengaduk-ngaduk isi lambungku."Duh apakah vertihoku kumat lagi?" Gumamku sendiri.Aku seret langkah dengan sekuat tenaga menuju kamar untuk merebahkan diri sebentar, berharap dengan sedikit beristirahat aku bisa meringankan sakit kepala ini, namun baru saja aku membuka pintu kamar tiba-tiba aku menangkap ses
Happy reading 🌺Semua ketika akhirnya memilih bertemu sedang suamiku lebih suka membisu. Dalam kebungkaman yaitu seolah menegaskan bahwa di samping ia memilihku wanita itu istri mudanya juga penting baginya.Bagaimana tidak akan penting jika Wanita itu telah ia terima nikahnya dengan syahadat tanggung jawab moral dan agama berada di pundak Mas Ilham. saat ini memintanya untuk bercerai menegaskan bahwa aku wanita yang tidak menerima kenyataan dan egois.Kuputuskan untuk kembali ke kotaku membawa anak-anakku karena mereka pun harus kembali ke sekolah, sedangkan suami masih bertahan di tempat kerja.Masih terngiang di telinga, tentang percakapan kami malam itu setelah berjam-jam tenggelam di dalam kebisuan."Mas ... Apa yang aku lakukan, Mas, haruskah aku melepaskanmu?""Tidak Rahma, Aku tidak ingin kita bercerai.""Aku tak bisa, kau poligami Mas.""Aku jamin kau tetap menerima utuh gajiku, Rahma.""Bukan tentang uang Mas," Sanggahku."Aku akan bertanggung jawab, berikan kesempatan jik
Wanita itu menangis meraung-raung, ia tidak terima karena aku telah mendorongnya akan yang lebih membuat Ia sakit hati adalah sikap suamiku dan suaminya yang terlihat bingung Danbo yang harus memilih satu diantara kami ia merenung dengan harapan agar Mas Ilham berkenan memeluknya dan membela dia Lalu mengusirku dari tempat itu tapi kenyataannya masih lama terlihat kebingungan dan tidak tahu harus melakukan apa. aku dan Riska saling memeluk dan juga bertangisan, suasana kami yang menangis saling bersahut-sahutan membuat beberapa tetangga asramanya berkumpul dan merasa penasaran. Sehingga mereka menyusul dan memeriksa keadaan kami, alangkah terkejutnya mereka mendapati pemandangan yang sangat menyedihkan di dalam kamar Mas Ilham, terlihat kini mereka mafhum apa yang memicu keributan ini. "Wah ada wanita kedua ...," Ujar satu dari mereka. "Iya pelakor ... Ada pelakor," ujar salah satu wanita yang lain yang mungkin adalah istri dari tetangga Mas Ilham, yang tentu saja membuat Alissa se