Share

2. lupa

Author: Ria Abdullah
last update Last Updated: 2025-04-26 07:06:17

Kutatap wajah suamiku dengan bibir bergetar dan air mata yang terus berderai dalam pulas wajah damainya ia menyimpan rahasia yang aku tidak pernah sangka sebelumnya aku akan tidak percaya dengan kenyataan bahwa ia memiliki wanita lain yang ia cintai dalam hidupnya.

Kapan ia sempat melakukan itu, sementara semua waktunya ia habiskan untuk bekerja di waktu luang, setahuku ia selalu pulang kerumah dan menghabiskan waktu istirahatnya dengan berkumpul dengan anak dan istrinya.

Kami terlihat bahagia dan seperti keluarga yang sempurna, tidak pernah ada yang kurang atau ada perselisihan. Jadi tidak pernah terbesit sedikit pun kecurigaan.

Kupeluk kakiku sendiri sambil mengumpulkan serpihan hati yang berkeping-keping beberapa saat lalu, aku sungguh hancur menyaksikan kenyataan pahit ini.

Teringat kembali pada semua foto-foto yang tadi kulihat, bagaimana mungkin Mas Ilham tega membagi semua kasih sayang dan sentuhannya terhadap wanita itu, wanita yang memakai baju hitam di photonya, masih muda dan mempesona, mereka terlihat sangat bahagia bak pengantin baru yang sedang menikmati bulan madu.

"Mungkin Mas Ilham sudah bosan dengan istri yang sudah mulai menua sepertiku." Aku bersenandika mencoba menerka-nerka sebab paling relevan dari kejadian ini.

Kembali kubayangkan hari-hariku yang selalu ia tinggalkan dengan bekerja, jika ia tidak menyempatkan waktu di antara kesibukannya untuk berpacaran? Lantas kapan lagi ia melakukannya selain mencuri waktu di sela pekerjaannya, dan bodohnya aku dirumah hanya mempercayai dan selalu mendoakannya semoga dia sehat dan berbahagia.

Tuhan mengabulkan, Alhamdulillah, mengabulkan. Terbukti, Dia memang sehat dan bahagia.

Dia berbahagia dengan kekasih barunya sedangkan aku tertinggal di rumah ini seperti sampah yang diabaikan dan kenyataan itu kembali membuatku tidak mampu lagi membendung air mata dan isak tangis.

Mungkin karena mendengar aku terus tergugu, Mas lham terbangun dari tidurnya kemudian, ia menghampiriku yang terduduk memeluk lutut sendiri di lantai.

"Ada apa, Bunda, kenapa kamu menangis?"

Aku menepis tangannya yang mencoba menyentuh tanganku sementara ia terlihat semakin heran dengan perlakuanku.

"Kenapa kamu ... kenapa tiba-tiba malam-malam seperti ini kamu menangis?"

"Apa ini ... apa ini?" ucapku lemah sambil mengangsurkan kepadanya ponsel yang terpampang gambar kekasihnya dan dia sedang berlibur bersama.

Suamiku tersentak kaget mengetahui bahwa aku tahu rahasia yang ia sembunyikan dariku sekama ini.

"Ini hanya ...." dia menjeda ucapannya karena dia terlihat bingung dan gelisah harus menjawab apa.

"Jawab Mas ... katakan padaku," ucapku sambil mengguncang-guncang bahunya.

"Aku ... ini hanya salah paham," jawabnya mencoba mengelak.

"Salah paham? aku telah membaca semuanya Mas. Katakan sejujurnya bahwa kau telah menikah lagi benar begitu?!" Aku tak sanggup menahan emosi lagi, aku muak karena setelah ketahuan pun ia masih tidak ingin jujur dan mengakui perbuatannya.

"Jawab, Mas, jawab apa benar kamu telah menikah lagi ...," desakku.

Tenggorokanku tercekat sendiri mengeja ucapan yang terasa begitu pahit dan getir di ujung lidah. Aku tidak percaya bahwa suamiku telah menikah lagi dan aku mendapati kenyataan yang benar-benar tidak bisa kuterima, sungguh! aku tidak bisa menerimanya!

"Rahma .... maafkan aku," bisiknya lirih.

"Aku tidak mau memaafkanmu! menjauh dariku!" aku mendorong dadanya hingga jaraknya menjauh dariku.

"Aku tidak menyangka kamu akan seperti ini Mas aku sedang sakit, tapi aku mendapati kenyataan yang membuatku tambah sakit, sulit sekali aku terima ini, sungguh sulit!" Aku mengusap air mata yang menderas di pipi

"Aku tidak sanggup ...," ucapku sambil menutup wajah diantara kedua tangan, aku ingin melampiaskan semua kesedihan dan kemarahanku namun kutahan agar anak-anakku tidak mendengar suara tangis atau pertengkaran kami.

"Rahma ini bisa aku jelaskan," ucapnya sambil meraih kedua bahuku.

"Apa yang kamu jelaskan apakah terlalu dini untuk kamu menjelaskan? Kamu terlambat, Mas!"

"Aku ... Aku sungguh tidak ingin menyakitimu," desahnya pelan.

"Tapi aku sudah tersakiti Mas, kumohon aku sedang sakit, jadi menjauhlah."

Aku berusaha untuk menjauhkannya, dan di waktu yang sama kepalaku semakin berdenyut-denyut, tiba-tiba perutku seolah diaduk-aduk oleh rasa mual yang tidak bisa kutahan, sehingga aku tak mampu lagi membendung keinginan untuk memuntahkan isi lambungku.

Aku muntah dan seluruh isi perutku berlumuran dan menimbulkan bau asam yang sangat tidak nyaman tercium. Semua makanan yang kusantap sejak tadi terburai habis di lantai kamar.

Menghidu aroma yang tajam membuatku semakin ingin mengeluarkan sisa-sisa yang ada di lambunh sehingga akhrinya membuat dadaku sakit dan nafasku tersengal-sengal.

Ingin bangkit namun kepalaku merasakan sensasi semuanya terasa terbalik dan seketika aku ambruk menumbur lantai dan tidak sadarkan diri seketika.

Aku lupa segalanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SANTET KIRIMAN MADU   22

    Pov Alissa.jiwa mudaku bergejolak ketika pertama kali bertemu dengan Mas Ilham di sebuah restoran milik sahabatku. Pesonanya dan aura kedewasaan yang sulit kutolak dan terlihat seksi di mataku,sehingga ketika diperkenalkan aku begitu menyambut dengan gembira, nyata dia adalah pelanggan tetap di restoran itu yang juga berteman baik dengan sahabatku."Namaku Alissa," kataku ketika dia menjabat tanganku."Boleh minta nomor WhatsApp?" Tanyanya di ujung pertemuan kami yang langsung kuiyakan.Dari pertemuan malam itu hubungan kami berlanjut dan semakin dekat,aku merasa nyaman berada di sisi-nya, begitu pun dia selalu memberiku perhatian lewat SMS atau panggilan telepon, kadang juga mengunjungiku ke tempat bekerja membawakan makanan kesukaan. Sikapnya yang demikian membuatku semakin menyukai dan tergila-gila kepada pria itu."Mas setelah sekian lama bersama, boleh kan jika aku meminta sebuah kejelasan?"Tanyaku pada pertemuan makan malam kami setelah dua bulan menjalin hubungan mesra."Kej

  • SANTET KIRIMAN MADU   21

    Akhirnya setelah hampir 1 bulan lebih menjalani perawatan di rumah, kondisi Mas Ilham berangsur membaik dan mulai menunjukkan tanda-tanda perkembangan yang bagus. Meski sekarang Mas Ilham kehilangan banyak berat badannya dan tidak setempan dulu, namun aku selalu menyayangi dan merawatnya.Aku sangat bersyukur dan bahagia karena Allah masih memberikan Mas Ilham kesempatan untuk kembali sehat dan dan menikmati waktu bersama anak dan istrinya.Suamiku pun tidak pernah terlihat terbebani atau merasa sedih meski aku tidak tahu sebenarnya apa yang dia pikirkan di dalam hatinya namun aku yakin bahwa saat ini dia akan berkomitmen untuk fokus kepada keluargakami dan anak-anak.Dua hari yang lalu dia mengirimkan email ke perusahaan untuk pengajuan permohonan pindah ke kota kami agar dia bisa fokus menghabiskan waktu berkualitas nya dengan keluarga kecilnya, mendengar itu tentu saja aku merasa sangat bahagia dan terharu."Mas yakin akan memutuskan pindah kerja ke kota ini?" tanyaku ketika dia s

  • SANTET KIRIMAN MADU   20

    Beberapa hari ini kesehatan Mas Ilham menjadi semakin mengkhawatirkan. pikiranku kerap tegang karena harus memikirkan tentang kesehatannya sedang di sisi lain aku juga harus kurang istirahat karena tetap menjaganya.Aku tahu, ada rasa iba dari tatapan matanya ketika melihatku yang terjaga sepanjang malam duduk di sampingnya. Setiap kali dia menyuruhku untuk berhenti menjaga dan beristirahat aku selalu memberinya sebuah senyum tulus dan tepukan pelan di bahu sambari memberitahu jika aku tetap setia menemaninya selalu dan menjaganya."Maafkan aku setelah menyusahkanmu Rahma," bisiknya parau."Tidak apa Mas yang penting, Mas segera sehat.""Maafkankan karena telah mengabaikan perasaanmu dan kesetiaanmu selama ini, setiap kali mengeluhkan sakit ini aku sadar betapa besar luka yang aku tusukkan di hatimu saat mengetahui bahwa aku telah diam-diam menikah lagi.""Tidak usah dibahas lagi Mas." kubenahi selimutnya sambil mematikan lampu agar suamiku beristirahat dengan nyaman."Rahma, ras

  • SANTET KIRIMAN MADU   19

    Pagi-pagi buta pintu rumah sudah diketuk dengan gencar, entah siapa yang mengetuk sekeras itu membuat aku sedikit tertegun dan kaget ketika sibuk memasak sarapan di dapur."Siapa?"Ketika gagang pintu itu bergerak ke samping, istri muda Mas Ilham yang baru saja ditalaknya semalam sudah berdiri dengan mata memerah di depan pintu."Mana Mas Ilham?""Ada di dalam dia masih sakit," jawabku.Tanpa aba-aba wanita itu masuk ke dalam rumah, tidak memberi salam ataupun melepas alas kakinya ia menabrakku dengan kasar dan langsung mengedarkan diri mencari ke semua sudut rumah."Mas Ilham ... Mas Ilham ...." Nyatanya wanita ini memang tidak tahu sopan santun, bahkan ada untuk bertamu ke rumah orang lain pun tidak diterapkan, padahal jelas-jelas ini bukan rumah pribadinya."Dengar Alissa, Berhentilah berteriak, Mas Ilham sedang sakit dia bisa kaget dan syok mendengar suaramu yang keras," ujarku sambil membujuknya."Aku tidak peduli aku sedang mencari Mas Ilham," balasnya dengan nada sedikit memek

  • SANTET KIRIMAN MADU   18

    Setelah satu jam berjibaku untuk menyadarkan Mas Ilham, akhirnya suamiku bisa ditenangkan, dan setelah dibacakan ayat-ayat Alquran sesaat tadi ia sempat tak sadarkan diri namun selanjutnya dia mengerjab pelan dan mengeluh sakit kepala dan jatuh tertidur lagi.Aku ingin tahu siapa yang telah melakukan semua ini kepada suamiku tapi menurutku Alisa dia yang telah melakukan semua ini menimbang bahwa dia sangat dendam dan kecewa kepada sikap Mas Ilham yang lebih memilih untuk menghabiskan waktu lebih banyak bersama kami.[Gimana keadaan suamiku Apakah dia sudah sembuh? Kalau sudah suruh dia segera kembali ]Lama-lama aku bisa kehilangan rasa hormat kepada wanita ini bukannya ia malah menghargaiku sebagai istri pertama dari suaminya malah suaminya sendiri yang ia lecehkan.[Kalau kamu begitu ingin suamimu kembali datang saja jemput kesini! bila perlu, rawat ia sepenuh hati ][Itu tugasnya jangan kau bebankan tugas berat itu kepadaku]Ya ampun bahkan menyebut orang yang lebih tua saja ia me

  • SANTET KIRIMAN MADU   17

    Minta maaf Mas karena selama ini aku belum bisa memberikan pelayanan terbaik padamu ucapku sambil memijit di tangan dan kakinya ketika ia terbaring lemah di rumah sakit."Justru dengan mengucapkan kalimat itu kau telah membuatku sangat malu, Rahma."dia menatapku dengan raut yang sangat sedih ditambah dengan surat wajahnya yang sangat lemah dan pucat membuatku sangat prihatin dan khawatir padanya."Tidak perlu memikirkan hal-hal tidak penting yang paling penting adalah kesehatan dan kesembuhanmu.""Aku merasa badanku sangat lemah, dan lesu," imbuhnya."Sabar, Mas penyakit adalah cara Allah melihat sejauh mana iman kita," ucapku."Kau sudah begitu baik, menerima dan mendampingiku sepenuh hatimu, meski aku menyakiti," imbuhnya."Tidak apa Mas, Itu tugasku, sekarang Mas tidurlah," ujarku pelan sambik membenahi selimutnya."Jika ada kesempatan lain atau kehidupan kedua maka aku berjanji tidak akan membuatmu terluka," bisiknya."Kamu sudah menjadi suami yang baik, Mas."Baru saja dia hen

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status