Share

SANTET KIRIMAN MADU
SANTET KIRIMAN MADU
Author: Ria Abdullah

1. pusing

Author: Ria Abdullah
last update Last Updated: 2025-04-26 07:05:45

Ingatlah wahai Para Suami, perbuatan curang kalian bisa jadi membawa petaka bagi orang-orang yang kalian cintai.

**

Dalam hidup ini, aku tak pernah menginginkan banyak hal kecuali kedamaian dan ketentraman. Hidupku tenang bersama kedua putra dan putriku. Suamiku Mas Ilham pria bersahaja yang penuh kasih sangat perhatian dan selalu menghujani kami dengan kasih sayang.

Hingga suatu hari kejutan-kejutan datang silih berganti membuatku terhenyak dan hampir tak mempercayai kenyataan.

***

Sejak suamiku berpindah tugas ke luar kota, aku merasa kerap bermimpi buruk dan mendapatkan firasat yang tak nyaman. Mimpi dikejar anjing, bermimpi kehilangan pakaian bahkan mimpi meninggal. Tadinya kupikir itu hanya kelebatan bunga tidur yang sama sekali tidak bermakna, tapi lama-kelamaan, apalagi kejadian itu berulang-ulang, membuatku kembali memikirkannya.

Ditengarai rasa khawatir itu juga, kuhubungi Mas Ilham di seberang sana.

"Mas, Minggu ini jadi pulang?" tanyaku sambil memangku si kecil yang sedang memainkan bonekanya.

"Insyallah, Sayang, aku usahakan."

"Si adik mana?" tanya Mas Ilman.

"Ada nih, lagi main boneka," jawabku.

"Kakak, mana?" lanjutnya.

"Kakak keluar, Mas. Main bola sama temannya."

"Ingatkan si Kakak, kedua anak kita untuk tak melupakan ibadahnya," kata suamiku dengan penuh kelembutan dari seberang sana.

"Iya, Mas. Insyaallah, aku akan selalu menjaga amanah serta pesannya, Mas."

"Terima kasih, Sayang."

Klik

Sambungan tertutup lalu aku kembali pada kesibukanku sehari-hari. Menjadi Ibu rumah tangga yang 24 jam di rumah, ditambah masa pandemi yang membuat kita tak mau tak mau di rumah saja untuk menjaga jarak dan memutus mata rantai penyebaran virus yang sedang mewabah.

Seusai aku mengurus ketika anakku, dan menyiapkan makanan, biasanya aku akan langsung duduk di depan komputer, melanjutkan editan tulisan yang akan kuposting di blog pribadi milikku.

Aku memang menyukai dunia tulis menulis dan karena itu, selain menyalurkan hobi,. Aku bisa menambah pemasukan dari gaji onlineku itu. Alhamdulillah, Allah selalu mempermudah hidupku sejauh ini.

Anak-anakku, Riska dan Azka, adalah anak-anak manis yang penurut, yang sulung berada di kelas lima SD sedang yang Bungsu di kelas dua SD, mereka sejak kecil kudidik dengan kedisiplinan dan ketaatan beribadah sehingga ketika mereka berumur 5 tahun, mereka sudah mengerti tentang aturan jadwal belajar dan menunaikan kewajiban kepada Sang pencipta.

.

Ketika sedang asyik mengetik artikel ulasan kuliner tiba-tiba aku merasa mataku berkunang-kunang dan seketika saja dunia rasanya seperti dibalikkan.

**

Kubuka mata dan kudapati kedua anakku menatap dengan penuh kekhawatiran.

"Bunda, Bunda kenapa?" tanya Riska.

"Bunda kok jatuh, aku coba panggil tetangga tapi gak ada yang di rumah, semuanya bekerja, Bunda kenapa?" lanjut si sulung.

"Gak kenapa-kenapa Sayang, mungkin bunda kelelahan, tidur sebentar nanti juga ilang, sakitnya," jawabku menenangkan sambil membelai rambut mereka bergantian.

,Aku udah telepon Ayah, kebetulan ayah bilang sore nanti mau pulang," kata Azka.

"Pinter kamu, Nak. Tapi lain kali, jangan telepon Ayah dulu, kecuali keadaan sudah terdesak, takut Ayah khawatir dan pekerjaannya terganggu," kataku lembut.

"Baik, Bunda."

Ku kecup kening mereka bergantian dan aku segera berusaha bangkit namun entah kenapa ketika hendak bangkit tiba-tiba kepalaku kembali terasa berat, pandagan mataku kembali berputar-putar, tungkaiku lemas dan tiba-tiba ada sensasi rasa mual sekaligus ingin buang air besar yang tak tertahan. Aku kembali ambruk di lantai yang sontak saja membuat anakku menjerit panik dan menghambur kembali padaku.

Sayup-sayup kudengar mereka menangis, memangil Bunda, lamat-lamat pandanganku buram lalu gelap setelahnya.

*

Perlahan kubuka mata, dan kusadari hari telah gelap. Aku bangkit perlahan, namun serangan rasa sakit di kepala kembali mendera. Sehingga aku terpaksa kembali merebahkan diri.

"Kamu sudah siuman, Bunda?" Suamiku rupanya sudah kembali dari luar kota.

"Alhamdulillah, Mas. Mas udah kembali, sejak kapan?"

"Sejak sore tadi, Sayang, aku sudah menghubungi bidan dan memintanya datang memeriksamu," kata Mas Ilham.

Tak lama kemudian pintu rumah kami diketuk dan seorang bidan diantar masuk ke kamar lima menit kemudian.

"Bagaimana keadaan Ibu? Apa yang menjadi keluhan?"

"Saya tak mengerti, Bu. Tiba-tiba sakit kepala, lemas, mual dan saya kehilangan kesadaran."

"Mungkin Ibu telat makan atau pengaruh asam lambung," katanya.

"Tidak Bu. Saya selalu menjaga pola makan teratur dan asupan gizi sangat saya perhatikan, terlebih lagi saya punya anak."

"Apakah akhir-akhir Ini sering bergadang?"

"Tidak juga, Bu. Saya membatasi waktu kerja saya, sampai jam setengah sembilan saja," jawabku.

Ia memeriksa denyut jantung dan mengukur tekanan darahku.

"Ini normal, Bu. 120," katanya.

"Lantas saya kenapa, Bu Bidan."

"Saya akan memberikan Ibu obat Vertigo, dan pereda asam lambung Ibu minum yang teratur ya," katanya sambil merogoh tas lalu mengeluarkan beberapa strip obat.

"Terima kasih, Bu."

"Sama-sama," ujarnya yang lalu mohon diri pamit karena hari telah malam.

*

Mas llham datang membawakan nampan berisi bubur hangat yang entah ia bawa dari mana.

"Makan dulu, Bun," katanya sambil meletakkan piring-piring itu di hadapanku.

"Makasih, tapi beli bubur di mana, Yah?"

"Aku pesan di Gojek," jawabnya sambil tertawa lalu mengaduk bubur dan mulai menyuapkannya padaku.

Ku terima suapan suamiku dengan hati bahagia dan terharu, aku bersyukur karena ia adalah imam yang penuh perhatian dan pengertian.

"Aku ingin kamu cepat sembuh sayang, kalo kamu sakit, anak-anak kita siapa yang mengurusnya, kamu tahu, Kan, kali aku harus berangkat lagi besok?" Katanya sambil terus menyuapiku.

"Bukannya besok Sabtu, Mas? Seharusnya Mas kan baliknya Minggu," imbuhku pelan.

"Ada teman yang mengundurkan diri sehingga mau tak mau aku harus menggantikan semua tugasnya sementara," jawab Mas Ilham.

"Aku khawatir, aku belum bisa sembuh secepatnya, dan itu akan membuat semuanya tidak terurus."

"Karena itu, ayo makan yang banyak, minum obat lalu tidurlah," tambahnya lalu menyodorkanku obat dan segelas air putih.

Ia meninggalkanku dan terdengar menjawab ponselnya, memang sejak tadi ia mulai menyuapiku ponsel itu terus berdering. Ia terdengar berbicara lama, memberi alasan jika aku sedang sakit dan kedengaran percakapan itu rumit, seolah Mas Ilham dipaksa kembali secepatnya..

"Iya, aku ngerti, mengertilah, bentar lagi, ya."

"Iya, aku janji ...."

Entah dengan siapa Mas Ilham bicara.

"Siapa Mas?" tanyaku ketika ia telah selesai menelepon.

"Eh, anu ...." Ada jeda dalam ucapannya.

"Apa Mas?"

"Itu teman kerja," jawabnya yang langsung saja berlalu sebelum aku menyelesaikan ucapanku.

Terdengar ponsel itu berdering kembali dan Mas Ilham memilih keluar rumah untuk menjawab panggilan tersebut.

Kuintip sikap mencurigakannya dari balik kaca jendela, ia terlihat mondar mandir memberi penjelasan, terlihat bingung juga gusar dengan lawan bicaranya.

"Iya, aku ngerti, sabar ya, aku pasti kembali." Begitu lamat-lamat kudengar ucapannya.

"Siapa yang berbicara pada Mas Ilham malam-malam begini, apakah sebegitu rumitnya aturan kerja sehingga malam-malam harus menelepon untuk mengingatkan? Siapa atasan yang super cerewet seperti itu." Begitu batinku berfikir.

"Siapa sih, Mas. Kok nelpon terus?" tanyaku ketika ia mendatangiku di kamar lalu merebahkan diri di sampingku.

"Itu atasanku," jawabnya singkat.

"Kok kelihatan rumit banget sih, bukannya ini jadwal liburnya Mas."

"Iya, kaki ini kepala bagian kantorku seorang wanita Bunda, sehingga ia sangat sensitif," jawab Mas Ilham sambil tertawa.

Aku agak miris mendengarnya namun selipan doa tak lupa kubacakan dalam hati semoga suamiku dan tugasnya baik-baik saja menghadapai Bos seperti demikian.

Tengah malam ponsel itu berdering. Mas Ilham yang sudah tertidur pulas tidak menyadari bunyi gawainya.

Sehingga aku beringsut untuk menggeser layar dan membuka pesan yang sejak tadi berdenting di benda pipih itu.

Rentetan pesan yang membuatku seketika membulatkan mata dan menimbulkan sesak demikian berat di dalam dada, tatapan mataku kemudian mengabur oleh air mata membaca baris demi baris pesan W******p wanita berambut panjang dan berhidung mancung itu, ia terlihat seksi dengan baju merah yang menonjolkan bentuk depan bagian tubuhnya.

[ Mas ini gak adil, harusnya kamu sama aku Minggu ini ]

[Aku gak mau, Mas ] dengan emoji menangis.

[Beritahu istrimu, aku juga sama posisinya dengannya. ]

[Aku akan sabar menunggu, tapi jika tidak aku akan menemuinya ]

Dan masih banyak lagi pesan ke bawahnya. Lebih penasaran kugeser pesan itu keatas dan kudapati banyak photo-photo mesra mereka yang dikirim wanita itu ke nomor suamiku sebagai pengingat kenangan dan cinta mereka.

Allah ....

Air mataku meluncur seketika, hatiku yang tadinya diliputi damai dan tentram diperhatikan suami sendiri mendadak seperti digelayuti kegelapan yang tak sedikitpun menemukan titik terang. Aku menangis, aku terluka,. Aku kecewa dan tidak menyangka.

Rasa kecewaku menyeruak, amarahku bergejolak menumpuk, menggunung dan siap meledak kapan saja pada Mas Ilham.

Hanya satu yang sungguh ingin ku ketahui, sejak kapan ini terjadi?.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SANTET KIRIMAN MADU   22

    Pov Alissa.jiwa mudaku bergejolak ketika pertama kali bertemu dengan Mas Ilham di sebuah restoran milik sahabatku. Pesonanya dan aura kedewasaan yang sulit kutolak dan terlihat seksi di mataku,sehingga ketika diperkenalkan aku begitu menyambut dengan gembira, nyata dia adalah pelanggan tetap di restoran itu yang juga berteman baik dengan sahabatku."Namaku Alissa," kataku ketika dia menjabat tanganku."Boleh minta nomor WhatsApp?" Tanyanya di ujung pertemuan kami yang langsung kuiyakan.Dari pertemuan malam itu hubungan kami berlanjut dan semakin dekat,aku merasa nyaman berada di sisi-nya, begitu pun dia selalu memberiku perhatian lewat SMS atau panggilan telepon, kadang juga mengunjungiku ke tempat bekerja membawakan makanan kesukaan. Sikapnya yang demikian membuatku semakin menyukai dan tergila-gila kepada pria itu."Mas setelah sekian lama bersama, boleh kan jika aku meminta sebuah kejelasan?"Tanyaku pada pertemuan makan malam kami setelah dua bulan menjalin hubungan mesra."Kej

  • SANTET KIRIMAN MADU   21

    Akhirnya setelah hampir 1 bulan lebih menjalani perawatan di rumah, kondisi Mas Ilham berangsur membaik dan mulai menunjukkan tanda-tanda perkembangan yang bagus. Meski sekarang Mas Ilham kehilangan banyak berat badannya dan tidak setempan dulu, namun aku selalu menyayangi dan merawatnya.Aku sangat bersyukur dan bahagia karena Allah masih memberikan Mas Ilham kesempatan untuk kembali sehat dan dan menikmati waktu bersama anak dan istrinya.Suamiku pun tidak pernah terlihat terbebani atau merasa sedih meski aku tidak tahu sebenarnya apa yang dia pikirkan di dalam hatinya namun aku yakin bahwa saat ini dia akan berkomitmen untuk fokus kepada keluargakami dan anak-anak.Dua hari yang lalu dia mengirimkan email ke perusahaan untuk pengajuan permohonan pindah ke kota kami agar dia bisa fokus menghabiskan waktu berkualitas nya dengan keluarga kecilnya, mendengar itu tentu saja aku merasa sangat bahagia dan terharu."Mas yakin akan memutuskan pindah kerja ke kota ini?" tanyaku ketika dia s

  • SANTET KIRIMAN MADU   20

    Beberapa hari ini kesehatan Mas Ilham menjadi semakin mengkhawatirkan. pikiranku kerap tegang karena harus memikirkan tentang kesehatannya sedang di sisi lain aku juga harus kurang istirahat karena tetap menjaganya.Aku tahu, ada rasa iba dari tatapan matanya ketika melihatku yang terjaga sepanjang malam duduk di sampingnya. Setiap kali dia menyuruhku untuk berhenti menjaga dan beristirahat aku selalu memberinya sebuah senyum tulus dan tepukan pelan di bahu sambari memberitahu jika aku tetap setia menemaninya selalu dan menjaganya."Maafkan aku setelah menyusahkanmu Rahma," bisiknya parau."Tidak apa Mas yang penting, Mas segera sehat.""Maafkankan karena telah mengabaikan perasaanmu dan kesetiaanmu selama ini, setiap kali mengeluhkan sakit ini aku sadar betapa besar luka yang aku tusukkan di hatimu saat mengetahui bahwa aku telah diam-diam menikah lagi.""Tidak usah dibahas lagi Mas." kubenahi selimutnya sambil mematikan lampu agar suamiku beristirahat dengan nyaman."Rahma, ras

  • SANTET KIRIMAN MADU   19

    Pagi-pagi buta pintu rumah sudah diketuk dengan gencar, entah siapa yang mengetuk sekeras itu membuat aku sedikit tertegun dan kaget ketika sibuk memasak sarapan di dapur."Siapa?"Ketika gagang pintu itu bergerak ke samping, istri muda Mas Ilham yang baru saja ditalaknya semalam sudah berdiri dengan mata memerah di depan pintu."Mana Mas Ilham?""Ada di dalam dia masih sakit," jawabku.Tanpa aba-aba wanita itu masuk ke dalam rumah, tidak memberi salam ataupun melepas alas kakinya ia menabrakku dengan kasar dan langsung mengedarkan diri mencari ke semua sudut rumah."Mas Ilham ... Mas Ilham ...." Nyatanya wanita ini memang tidak tahu sopan santun, bahkan ada untuk bertamu ke rumah orang lain pun tidak diterapkan, padahal jelas-jelas ini bukan rumah pribadinya."Dengar Alissa, Berhentilah berteriak, Mas Ilham sedang sakit dia bisa kaget dan syok mendengar suaramu yang keras," ujarku sambil membujuknya."Aku tidak peduli aku sedang mencari Mas Ilham," balasnya dengan nada sedikit memek

  • SANTET KIRIMAN MADU   18

    Setelah satu jam berjibaku untuk menyadarkan Mas Ilham, akhirnya suamiku bisa ditenangkan, dan setelah dibacakan ayat-ayat Alquran sesaat tadi ia sempat tak sadarkan diri namun selanjutnya dia mengerjab pelan dan mengeluh sakit kepala dan jatuh tertidur lagi.Aku ingin tahu siapa yang telah melakukan semua ini kepada suamiku tapi menurutku Alisa dia yang telah melakukan semua ini menimbang bahwa dia sangat dendam dan kecewa kepada sikap Mas Ilham yang lebih memilih untuk menghabiskan waktu lebih banyak bersama kami.[Gimana keadaan suamiku Apakah dia sudah sembuh? Kalau sudah suruh dia segera kembali ]Lama-lama aku bisa kehilangan rasa hormat kepada wanita ini bukannya ia malah menghargaiku sebagai istri pertama dari suaminya malah suaminya sendiri yang ia lecehkan.[Kalau kamu begitu ingin suamimu kembali datang saja jemput kesini! bila perlu, rawat ia sepenuh hati ][Itu tugasnya jangan kau bebankan tugas berat itu kepadaku]Ya ampun bahkan menyebut orang yang lebih tua saja ia me

  • SANTET KIRIMAN MADU   17

    Minta maaf Mas karena selama ini aku belum bisa memberikan pelayanan terbaik padamu ucapku sambil memijit di tangan dan kakinya ketika ia terbaring lemah di rumah sakit."Justru dengan mengucapkan kalimat itu kau telah membuatku sangat malu, Rahma."dia menatapku dengan raut yang sangat sedih ditambah dengan surat wajahnya yang sangat lemah dan pucat membuatku sangat prihatin dan khawatir padanya."Tidak perlu memikirkan hal-hal tidak penting yang paling penting adalah kesehatan dan kesembuhanmu.""Aku merasa badanku sangat lemah, dan lesu," imbuhnya."Sabar, Mas penyakit adalah cara Allah melihat sejauh mana iman kita," ucapku."Kau sudah begitu baik, menerima dan mendampingiku sepenuh hatimu, meski aku menyakiti," imbuhnya."Tidak apa Mas, Itu tugasku, sekarang Mas tidurlah," ujarku pelan sambik membenahi selimutnya."Jika ada kesempatan lain atau kehidupan kedua maka aku berjanji tidak akan membuatmu terluka," bisiknya."Kamu sudah menjadi suami yang baik, Mas."Baru saja dia hen

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status