Share

3. pocong

Penulis: Ria Abdullah
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-26 07:06:51

Adzan subuh berkumandang, menyadarkan akan matahari akan segera menyapa waktu kami.

Kubangkitkan tubuh, mengumpulkan segenap tenaga dan kesadaran lalu beranjak ke kamar mandi, membersihkan diri dan menghamparkan sejadah, bersujud dan memohon pertolongan Allah, atas apa yang telah terjadi di dalam keluargaku.

Seusai beribadah aku menuju dapur dan mulai menanjak nasi di magic com, kukeluarkan telur dan sosis dari kulkas untuk menyiapkan telur asam manis kesukaan Mas Ilham.

Selesai dengan pekerjaan di dapur aku mengambil sapu dan memulai ritua bersih-bersih rumah sembari memanggil Putra putriku agar mereka segera bangun shalat dan bersiap ke sekolah.

Tak ingin bergelut lama dalam kesedihan aku memutuskan untuk menahan diri untuk melihat sejauh mana suamiku akan mengambil sikap dan memberiku keadilan yang pantas kudapatkan.

Tak lama kemudian Mas Ilham sudah selesai shalat dan menemuiku di halaman depan.

"Rahma ... Kamu  ...." Ia terlihat ingin mengajakku bicara tapi diurungkannya. 

Aku menolehnya singkat lalu melanjutkan pekerjaanku, entah mengapa ketika aku menunduk kurasakan kepalaku berdenyut keras, tengkorak belakangku terasa panas dan berdenyut-denyut sekali. 

Aku mengambil tempat duduk sejenak mencoba mempertahankan kesadaran meski pandanganku telah lamat-lamat memburam.

Mas Ilham rupanya menyaksikan diriku sejak tadi sehingga dengan sigap ia menanggkap tubuh ini dan membantuku duduk.

"Bunda ... Bunda kenapa?" Tanyanya sambil memegangi bahuku dengan raut cemas.

"Aku gak apa-apa, Mas. Kamu gak perlu khawatir," jawabku sambil menjauhkan tangannya dariku.

"Kamu kelihatan pucat, Rahma, apa tidak sebaiknya kau kubawa ke dokter?"

"Simpan semua kekhawatiran, Mas buat istri baru Mas. Aku bisa menjaga diri sendiri."

Aku bangkit meraih sapu lalu beranjak menuju ke dapur lagi. Sikapku tadi bukan karena aku benci tapi aku ingin menunjukkan padanya bahwasanya aku keberatan dan aku ingin menunjukkan ekspresi ketidak setujuanku atas keputusan sepihaknya. 

Kembali aku teringat  wajah dan photo-photo semringah wanita itu, ia terlihat amat bahagia dan bangga di pelukan Mas Ilham.

Kembali perutku merasa amat mual dan kepalaku seketika berputar-putar seolah olah telinga dan mataku mau pecah rasanya. Aku tersungkur dan seketika lupa segalanya.

Bunyi detak detik di dinding menyadarkanku, perlahan kubuka  kelopak mata dan kudapati diriku di ruangan yang asing kulihat, waktu Dunham dinding yang menggantung menunjukkan pukul empat sore hari dan seingatku tadi, ketika terakhir kali sadar itu masih pagi.

Kucoba bangkit meski merasa sangat berkunang-kunang dan kepala rasanya ingin pecah seketika.

"Selamat sore, Bu." Kutolehkan wajah dan seorang dokter cantik menghampiri dan membantuku bangkit. Ia membantuku memasang bantal di belakang punggung dan memberiku segelas air untuk diminum.

"Mbak udah merasa agak baikan?"

Aku menggeleng padanya, sambil meringis kesakitan.

"Aku merasa sangat sakit kepala, terasa seperti dipukul-pukul benda tajam, panas, dan perih dengan sensasi tertusuk-tusuk tidak karuan Dok, kira kira saya kenapa?"

"Itu yang saya heran kan, Bu. Jujur kondisi Ibu secara medis sehat-sehat saja, tensi Ibu normal, dan semuanya baik-baik saja. Bisa jadi ibu mengalami vertigo karena kelelahan dan kurang tidur."

"Saya tidur dengan baik, Dok," sanggahku.

"Mungkin gaya hidup ibu?"

"Gaya hidup saya sehat dan teratur Dok, asupan makanan juga," balasku.

"Ibu tidak terlalu banyak mengkonsumsi, gula, minyak dan garam serta makanan berlemak kan?"

Aku mengangguk tanda mengiyakan pertanyaannya.

"Bagi saya kesehatan mahal Dok, karenanya saya amat disiplin, namun ... Saya sungguh heran mengapa saya bisa ...."

"Jika mau ibu boleh pulang dan beristirahat di rumah, karena kami juga tak punya indikasi medis menahan ibu di rumah sakit ini, kecuali di lakukan pemindaian otak atas izin Ibu," tawar dokter tersebut.

"Saya gak tahu dok, tapi jika dokter mengatakan saya tidak apa-apa maka sebaiknya saya pulang saja." 

Dokter itu hanya mengangguk dan tersenyum tipis  kemudian berkata,

"Baik saya akan siapkan nanti resep obat penghilang sakit kepalanya," katanya.

"Siap, Dok makasih ya," jawabku dan ditanggapi dengan anggukan olehnya.

Malam harinya, Aku makin kesakitan, merasa kepanasan dan pedih bagian perut dada, dan ulu hati. aku juga semakin mengalami pusing, pandangan samar dan kabur serta fluktuasi emosi yang dramatis.

 Kucoba untuk meneguk segelas air dingin dan menuju teras depan untuk menghirup udara segar, namun sesampainya di sana, tiba-tiba pandanganku kabur dan tanpa sengaja kutabrak pot bunga begonia kesayanganku yang sudah tumbuh subur dan lebat.

Prak!

Pot itu terjatuh dan pecah, bunga dan tanah berserakan di lantai keramik. Dengan mengumpulkan segenap tenaga dan menahan sakit pada bagian kening dan bola mata aku memunguti bunga bunga dan kuraup tanahnya dengan tanganku. 

Ketika hendak meraup kembali sisa tanah, kutemukan sesuatu yang janggal sebuah benda yang berbentuk pocong kecil.

Dengan tangan sedikit gemetar dan rasa takut serta ragi kupunguti benda yang berupa kain kafan yang dibungkus rapi, kubuka buntalan kain yang berbenang hitam itu, dari dalamnya ada kayu yang dibentuk boneka, jarum, paku berkarat, dan cabai yang sudah membusuk.

"Astaghfirullahhallazim," gumamku. Aku begitu terpana dan tak tahu benda ini ditujukan untuk siapa dan dari siapa, hal itu yang membuatku amat ingin mengetahuinya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • SANTET KIRIMAN MADU   22

    Pov Alissa.jiwa mudaku bergejolak ketika pertama kali bertemu dengan Mas Ilham di sebuah restoran milik sahabatku. Pesonanya dan aura kedewasaan yang sulit kutolak dan terlihat seksi di mataku,sehingga ketika diperkenalkan aku begitu menyambut dengan gembira, nyata dia adalah pelanggan tetap di restoran itu yang juga berteman baik dengan sahabatku."Namaku Alissa," kataku ketika dia menjabat tanganku."Boleh minta nomor WhatsApp?" Tanyanya di ujung pertemuan kami yang langsung kuiyakan.Dari pertemuan malam itu hubungan kami berlanjut dan semakin dekat,aku merasa nyaman berada di sisi-nya, begitu pun dia selalu memberiku perhatian lewat SMS atau panggilan telepon, kadang juga mengunjungiku ke tempat bekerja membawakan makanan kesukaan. Sikapnya yang demikian membuatku semakin menyukai dan tergila-gila kepada pria itu."Mas setelah sekian lama bersama, boleh kan jika aku meminta sebuah kejelasan?"Tanyaku pada pertemuan makan malam kami setelah dua bulan menjalin hubungan mesra."Kej

  • SANTET KIRIMAN MADU   21

    Akhirnya setelah hampir 1 bulan lebih menjalani perawatan di rumah, kondisi Mas Ilham berangsur membaik dan mulai menunjukkan tanda-tanda perkembangan yang bagus. Meski sekarang Mas Ilham kehilangan banyak berat badannya dan tidak setempan dulu, namun aku selalu menyayangi dan merawatnya.Aku sangat bersyukur dan bahagia karena Allah masih memberikan Mas Ilham kesempatan untuk kembali sehat dan dan menikmati waktu bersama anak dan istrinya.Suamiku pun tidak pernah terlihat terbebani atau merasa sedih meski aku tidak tahu sebenarnya apa yang dia pikirkan di dalam hatinya namun aku yakin bahwa saat ini dia akan berkomitmen untuk fokus kepada keluargakami dan anak-anak.Dua hari yang lalu dia mengirimkan email ke perusahaan untuk pengajuan permohonan pindah ke kota kami agar dia bisa fokus menghabiskan waktu berkualitas nya dengan keluarga kecilnya, mendengar itu tentu saja aku merasa sangat bahagia dan terharu."Mas yakin akan memutuskan pindah kerja ke kota ini?" tanyaku ketika dia s

  • SANTET KIRIMAN MADU   20

    Beberapa hari ini kesehatan Mas Ilham menjadi semakin mengkhawatirkan. pikiranku kerap tegang karena harus memikirkan tentang kesehatannya sedang di sisi lain aku juga harus kurang istirahat karena tetap menjaganya.Aku tahu, ada rasa iba dari tatapan matanya ketika melihatku yang terjaga sepanjang malam duduk di sampingnya. Setiap kali dia menyuruhku untuk berhenti menjaga dan beristirahat aku selalu memberinya sebuah senyum tulus dan tepukan pelan di bahu sambari memberitahu jika aku tetap setia menemaninya selalu dan menjaganya."Maafkan aku setelah menyusahkanmu Rahma," bisiknya parau."Tidak apa Mas yang penting, Mas segera sehat.""Maafkankan karena telah mengabaikan perasaanmu dan kesetiaanmu selama ini, setiap kali mengeluhkan sakit ini aku sadar betapa besar luka yang aku tusukkan di hatimu saat mengetahui bahwa aku telah diam-diam menikah lagi.""Tidak usah dibahas lagi Mas." kubenahi selimutnya sambil mematikan lampu agar suamiku beristirahat dengan nyaman."Rahma, ras

  • SANTET KIRIMAN MADU   19

    Pagi-pagi buta pintu rumah sudah diketuk dengan gencar, entah siapa yang mengetuk sekeras itu membuat aku sedikit tertegun dan kaget ketika sibuk memasak sarapan di dapur."Siapa?"Ketika gagang pintu itu bergerak ke samping, istri muda Mas Ilham yang baru saja ditalaknya semalam sudah berdiri dengan mata memerah di depan pintu."Mana Mas Ilham?""Ada di dalam dia masih sakit," jawabku.Tanpa aba-aba wanita itu masuk ke dalam rumah, tidak memberi salam ataupun melepas alas kakinya ia menabrakku dengan kasar dan langsung mengedarkan diri mencari ke semua sudut rumah."Mas Ilham ... Mas Ilham ...." Nyatanya wanita ini memang tidak tahu sopan santun, bahkan ada untuk bertamu ke rumah orang lain pun tidak diterapkan, padahal jelas-jelas ini bukan rumah pribadinya."Dengar Alissa, Berhentilah berteriak, Mas Ilham sedang sakit dia bisa kaget dan syok mendengar suaramu yang keras," ujarku sambil membujuknya."Aku tidak peduli aku sedang mencari Mas Ilham," balasnya dengan nada sedikit memek

  • SANTET KIRIMAN MADU   18

    Setelah satu jam berjibaku untuk menyadarkan Mas Ilham, akhirnya suamiku bisa ditenangkan, dan setelah dibacakan ayat-ayat Alquran sesaat tadi ia sempat tak sadarkan diri namun selanjutnya dia mengerjab pelan dan mengeluh sakit kepala dan jatuh tertidur lagi.Aku ingin tahu siapa yang telah melakukan semua ini kepada suamiku tapi menurutku Alisa dia yang telah melakukan semua ini menimbang bahwa dia sangat dendam dan kecewa kepada sikap Mas Ilham yang lebih memilih untuk menghabiskan waktu lebih banyak bersama kami.[Gimana keadaan suamiku Apakah dia sudah sembuh? Kalau sudah suruh dia segera kembali ]Lama-lama aku bisa kehilangan rasa hormat kepada wanita ini bukannya ia malah menghargaiku sebagai istri pertama dari suaminya malah suaminya sendiri yang ia lecehkan.[Kalau kamu begitu ingin suamimu kembali datang saja jemput kesini! bila perlu, rawat ia sepenuh hati ][Itu tugasnya jangan kau bebankan tugas berat itu kepadaku]Ya ampun bahkan menyebut orang yang lebih tua saja ia me

  • SANTET KIRIMAN MADU   17

    Minta maaf Mas karena selama ini aku belum bisa memberikan pelayanan terbaik padamu ucapku sambil memijit di tangan dan kakinya ketika ia terbaring lemah di rumah sakit."Justru dengan mengucapkan kalimat itu kau telah membuatku sangat malu, Rahma."dia menatapku dengan raut yang sangat sedih ditambah dengan surat wajahnya yang sangat lemah dan pucat membuatku sangat prihatin dan khawatir padanya."Tidak perlu memikirkan hal-hal tidak penting yang paling penting adalah kesehatan dan kesembuhanmu.""Aku merasa badanku sangat lemah, dan lesu," imbuhnya."Sabar, Mas penyakit adalah cara Allah melihat sejauh mana iman kita," ucapku."Kau sudah begitu baik, menerima dan mendampingiku sepenuh hatimu, meski aku menyakiti," imbuhnya."Tidak apa Mas, Itu tugasku, sekarang Mas tidurlah," ujarku pelan sambik membenahi selimutnya."Jika ada kesempatan lain atau kehidupan kedua maka aku berjanji tidak akan membuatmu terluka," bisiknya."Kamu sudah menjadi suami yang baik, Mas."Baru saja dia hen

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status