共有

BAB. 3 Trauma Mendalam

last update 最終更新日: 2025-09-29 12:02:17

"Hah?" kaget perawat itu.

"Ayo cepat katakan!" hardiknya.

"Sa ... saya tidak mengatakan apapun, Tuan." ujar sang perawat.

"Kamu jangan bohong! Aku mendengar kamu mengatakan sesuatu tentang saya!" serunya marah.

Tiba-tiba saja dokter Ridwan datang ke tempat itu

"Ada apa ini ribut-ribut?" tegur dokter Ridwan kepada keduanya.

"Untung kamu cepat datang! Perawat ini mengatakan sesuatu yang buruk tentang saya!" kesalnya lagi.

Akan tetapi sang perawat menceritakan kepada dokter Ridwan tentang pemaksaan dari Peter untuk menemui dirinya.

Setelah mendengar penjelasan dari sang perawat. Dokter Ridwan lalu menyuruh perawat itu untuk meninggalkan mereka berdua.

"Mau ke mana, kamu? Urusan kita belum selesai!" tutur Peter, kesal. Namun sang perawat tetap saja pergi atas petunjuk dari dokter Ridwan.

"Woi, Bro. Lo kenapa sih? Kayak anak ayam yang kehilangan induknya saja! Lama-lama Lo stroke, tahu! Marah melulu." ucap dokter Ridwan ketika keduanya berada di kafe yang ada di dekat klinik itu.

"Bagaimana gue nggak kesal! Terlalu banyak prosedur yang harus ditempuh hanya untuk bertemu dengan Lo! Ribet banget tahu nggak sih!" marahnya lagi.

"Yaelah, Bro. Menurut gue itu wajar. Apalagi Lo nyariin gue, di tempat kerja dan posisinya, gue memang sedang bekerja. Jadi wajar dong Lo harus menunggu untuk bertemu dengan gue.

"Banyak gaya, Lo." tutur Peter.

"Gue bukan kebanyakan gaya, Bro. Memang begitulah peraturannya. Contohnya nih Lo yang seorang CEO. Pasti nggak sembarangan kan, orang-orang bisa menemui Lo? Nah, begitu juga dengan gue!" Peter mencoba merenungkan perkataan Ridwan, sahabatnya. Dia pun mengiyakan perkataan temannya itu di dalam hatinya.

"Oh ya, Lo ngapain nyariin gue di jam kerja? Ada apa ini?"

"Gue mau Lo melakukan hipnoterapi!"

"Apa? Jangan mengada-ngada, Lo?" tukas dokter Ridwan.

"Gue tidak sedang mengada-ngada, Bro! Kapan Lo bisa melakukannya?" Dokter Ridwan menatap tak percaya dengan keputusan ekstrim yang akan dilakukan oleh sahabatnya.

"Bro apa Lo yakin ingin melakukan hipnoterapi?"

"Tentu saja gue yakin! Gue tidak mau lagi merasakan sakit hati yang mendalam hanya karena wanita."

"Bro banyak hal positif lainnya yang bisa Lo lakukan. Tidak mesti hipnoterapi," jelas dokter Ridwan.

"Gue tidak peduli! Gue nggak butuh cinta dari perempuan mana pun lagi! Dan gue sudah membulatkan tekad gue untuk hidup melajang selamanya, titik!" tegas Peter.

Dokter Ridwan hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Setengah hatinya merasa kasihan kepada Peter karena nasib cintanya yang selalu kandas dan menyisakan rasa trauma di dalam dirinya. Sementara setengah hatinya yang lain, merasa jika Peter terlalu terburu-buru untuk melakukan tindakan hipnoterapi itu.

"Jadi kapan kamu bisa melakukannya?" tanya lagi.

Dokter Ridwan pun memilih diam. Dia tidak tahu bagaimana cara untuk membujuk sahabatnya. Dia pun lalu berkata,

"Okay, saya akan menjadwalkannya secepatnya." tukasnya kepada sahabatnya itu.

Kediaman Jacob,

Asisten Leon akhirnya sampai di kediaman sang atasan.

Dia pun langsung di sidang oleh kedua orang tua Peter.

"Leon, kamu tentu tahu kenapa kami berdua memanggilmu ke sini!" seru Nyonya Neira.

Sementara Tuan Theo menatapnya sangat tajam.

"Maaf, tapi saya tidak tahu apapun Tuan, Nyonya." Leon mencoba untuk terlihat biasa saja dan tak terpancing dengan tatapan penuh selidik kedua orang atasannya. Namun tetap saja mulutnya bergetar saat berkata-kata. Dia sangat gugup saat ini.

"Ternyata kamu masih membela tuanmu, rupanya?" tukas Nyonya Neira.

"Nyonya, sungguh saya tidak tahu apapun saat ini." tuturnya.

"Leon ... Leon, saya akui kesetiaanmu kepada Peter patut diberi penghargaan. Tapi ingat! Jika kamu menyembunyikan sesuatu tentang putra kami. Saya tidak akan segan-segan untuk memecatmu! Saya tidak peduli jika kamu adalah orang kepercayaan anak saya! Saya tidak peduli tentang itu! Satu lagi yang harus kamu ingat! Saya bukan hanya akan memecatmu. Akan tetapi namamu akan saya black list! Sehingga, tidak ada satu perusahaan pun yang akan menerimamu sebagai karyawan perusahaan mereka!" Mendengar penuturan Tuan Theo yang menusuk itu, Leon yang dari tadi memilih menundukkan kepalanya, dengan segera menegakkannya.

Kedua orang tua Peter mulai tersenyum sinis kepadanya.

"Pilihan ada di tanganmu, Peter." ucapnya lagi.

Lalu terjadi keheningan di ruangan itu.

Kemudian Tuan Theo berkata lagi. Mami tolong ambilkan beberapa lembar kertas rekomendasi pemecatan untuk Leon di ruang kerja saya. Sepertinya dia lebih memilih setia kepada tuannya, dibandingkan jujur kepada kita." tukas Tuan Theo menakut-nakuti Leon.

Ternyata Leon masih tak bergeming. Lalu Tuan Theo memberi isyarat kepada istrinya untuk segera ke ruang kerjanya.

Nyonya Neira beranjak menuju ke ruang kerja suaminya. Tapi asisten anaknya itu, masih saja diam dan tidak melakukan tindakan apa-apa.

Bahkan sampai Nyonya Neira kembali dari ruang kerja suaminya, dan membawa dokumen pemecatan untuknya, Leon tetap tak bergeming.

"Ini dokumennya, Papi." ucap Nyonya Neira.

Tuan Theo menerima dokumen itu. Lalu membacanya sekilas.

"Selamat menjadi gelandangan baru, Leon!" serunya tajam, lalu mulai menandatangani dokumen itu.

Tiba-tiba Leon terlihat panik saat Tuan Theo mulai menandatangi surat pemecatan untuk dirinya.

"Tunggu sebentar, Tuan!" ucanya panik sambil meraih pulpen yang ada di tangan Tuan Tho.

"Lho? Kenapa kamu merebut pulpennya? Apakah kamu ragu untuk menjadi gelandangan baru di Kota Jakarta ini?" sindir Tuan Theo.

"Bu ... bukan begitu, Tuan." tuturnya.

"Terus apa? Tolong kembalikan pulpen saya. Saya ingin secepatnya mewujudkan mimpi Anda, menjadi gelandangan!" tukas Tuan Theo lagi.

"Ternyata Tuan dan Nyonya Jacob, tidak main-main dengan perkataan mereka!" gumamnya dalam hati.

"Maafkan aku, Tuan Muda. Kali ini aku terpaksa mengkhianatimu." ucapnya lagi.

"Kamu menunggu apa lagi Leon, berikan pulpen itu." tukas Tuan Theo tajam.

Leon pun terlihat menghela napasnya.

Lalu dia mulai berkata,

"Baiklah Tuan, Nyonya, apa yang kalian ingin ketahui tentang Tuan Muda?"

"Apakah benar Peter memiliih akan melajang seumur hidup?" Kali ini Nyonya Neira yang angkat bicara.

Leon terdiam sejenak. Lalu berkata lagi,

"Iya, Nyonya. Tuan Peter sudah bertekad untuk tidak mengenal perempuan lagi. Dia sudah tidak mau terjebak dengan ikatan cinta kepada wanita manapun lagi di dunia ini." tutur Leon panjang lebar.

"Apa?" Nyonya Neira menjadi kaget dengan penjelasan Leon.

"Bahkan Tuan Peter akan melakukan sesuatu hal besar dalam hidupnya."

"Sesuatu hal besar apa maksud, kamu?" tanya Tuan Theo.

"Saya takut untuk mengatakannya, Tuan." ujarnya takut.

"Tolong kamu jangan mutar-mutar kalau ngomong!" Tuan Theo menjadi jengkel melihat tingkah Leon itu.

"Maaf Tuan, saya takut untuk jujur. Tuan Peter telah mengancam saya sebelumnya." takutnya lagi.

"Oh begitu? Saya akan menaikkan gajimu tiga kali lipat dari gajimu sekarang. Jika kamu jujur dihadapan kami!"

"Maaf Tuan, bukannya saya menolaknya tapi Tuan Peter telah mengancam saya, jika saya membocorkan rahasia ini. Tuan Peter akan melenyapkan saya di muka bumi ini." tuturnya semakin takut.

"Apa?" Kedua orang tua sang atasan, seakan tak percaya dengan ancaman yang diutarakan oleh Peter kepada asistennya itu

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • SATU ATAP DENGAN CEO JUTEK    BAB. 62 Kelaparan Tengah Malam

    Akhirnya setelah berjuang lama di dalam kamar mandi, Peter pun berhasil menjinakkan alat tempur miliknya yang tadi sedang sangat mengamuk.Hatinya pun sangat lega. Dia segera mengguyur tubuhnya di bawah kucuran air shower di tengah malam itu.Setelah selesai mandi dan berpakaian. Peter pun kembali masuk ke dalam kamar. Dia melihat istrinya sudah berbaring di atas tempat tidur dengan membelakanginya.Sementara Farah yang berpura-pura sedang tidur, seketika merasa takut dan gelisah saat mendengar pintu kamar mandi mulai terbuka.Dia takut, Peter kembali menerkamnya. Untuk itu Farah pun pura-pura untuk tidur.Peter masuk ke dalam kamar, lalu duduk di kursi yang ada di kamar itu, dia melihat sebotol air mineral yang tadi dirinya minta kepada istrinya.Peter segera meraih sebotol air mineral tersebut, membuka tutupnya lalu meminumnya tanpa sisa setetes pun. Dia benar-benar sangat haus setelah kegiatan panasnya tadi di dalam kamar mandi. Hampir satu jam lamanya, Peter akhirnya dapat menjina

  • SATU ATAP DENGAN CEO JUTEK    BAB. 61 Hasrat Membara

    Farah ingin memakai baju yang baru untuknya karena sudah selesai mandi. Namun apa yang terjadi, dia malah lupa membawa baju ganti ke dalam kamar mandi."Aduh, aku kok bisa lupa sih dengan baju gantinya?" gumamnya dalam hati."Pasti karena aku tidak fokus tadinya!" kesalnya dalam hati.Mau tidak mau, Farah pun keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai kimono mandi di atas lutut miliknya.Farah masih belum sadar jika ada Peter di kamar itu. Dengan santainya dia berjalan mengitari kamarnya dengan hanya memakai kimono seksi itu.Bahkan dengan santainya, Farah menanggalkan kimono mandi itu. Sehingga dirinya benar-benar telanjang bulat tanpa sehelai benang pun di tubuhnya.Peter yang melihat pantulan tubuh telanjang istrinya di depan cermin yang berada di atas meja. Seketika terbelalak matanya, melihat pemandangan indah itu.Peter terlihat menelan ludahnya berkali-kali. Alat tempurnya tiba-tiba bangun dari tidur panjangnya.Senjata pamungkasnya sedang berdiri tegak saat ini. Ingin seger

  • SATU ATAP DENGAN CEO JUTEK    BAB. 60 Hawa Panas

    "Aku tidak lapar, Mas." serunya lalu, menjauhkan mulutnya dari sate tersebut.Padahal Peter tahu betul, Farah menelan ludahnya berkali-kali, saat dirinya menyodorkan sate itu di depannya"Ayo makan, jika tidak sampai pagi kita akan tetap berada di sini. Jadi kamu tinggal pilih, mau tidur di sini. Atau di rumah," tutur Peter sambil kembali menyodorkan sate itu di hadapan istrinya.Mau tidak mau, Farah terpaksa memakan sate itu."Nah, gitu dong. Kamu makan dulu. Kali ini, aku yang akan menyuapimu." Farah mengangguk pelan.Dengan penuh kesabaran, Peter menyuapi Farah sate Madura tersebut, secara perlahan.Namun disaat sedang makan pun. Farah tetap meneteskan air matanya. Pieter menjadi bingung sendiri karenanya.Tanpa diminta oleh Farah, Peter mengeluarkan sapu tangannya dari saku celananya. Lalu mengusap air mata sang istri yang mengalir di kedua pipinya."Kamu fokus makan dulu, jangan memikirkan hal lainnya." "A ... aku sudah kenyang, Mas." ucapnya lemah."Beneran kamu sudah kenyang?"

  • SATU ATAP DENGAN CEO JUTEK    BAB. 59 Nongkrong Di Senayan

    "Jadi Opa menginginkan cucu dari kalian?" tanya sang papi, masih dengan suara pelan. "Iya, Papi. Hal itu yang membuatku sedih. Sepertinya aku ... aku belum bisa mewujudkan keinginan Opa itu, dalam waktu dekat ini. Aku dan Mas Peter tiba-tiba saja menikah. Perasaan cinta itu masih belum ada untuknya," serunya sambil menangis.Karena tak tahan mendengar anak gadisnya menangis. Papi Zack segera meraih tubuh Farah dan membawanya ke dalam pelukannya."Farah, itu kan hanya sebuah keinginan dari Opa. Kamu tidak perlu menjadikannya sebagai beban. Kamu harus menjalani hari-hari mu dengan baik dan bahagia. Kamu harus tetap semangat. Apa pun itu, Papi akan selalu mendukungmu." Tuan Zack mulai mengendurkan pelukannya dari sang anak. Lalu kembali berkata."Bagi Papi, kamu tetaplah putri kecil Papi, yang paling Papi sayangi. Jadi kamu harus tetap mekar dan ceria seperti sedia kala. Jangan terpengaruh dengan apapun pendapat orang kepadamu. Anggaplah keinginan Opa sebagai tabungan mu di masa depan.

  • SATU ATAP DENGAN CEO JUTEK    BAB. 58 Keduanya Berjanji

    Setelah lama berdiam diri, Farah pun mulai berkata,"Semua butuh proses, Opa. Aku dan Mas Peter juga baru kenal dan kami langsung menikah. Aku belum tahu bagaimana karakter dan sifatnya.""Tapi pernikahan kalian, sudah tergolong telah cukup lama berlangsung, Farah." sahut sang kakek."Iya, Opa. Tapi kan semuanya tidak secepat itu bisa terjadi." Opa Tom terdiam. Ternyata harapannya agar Farah dan Peter segera memberinya seorang cicit sungguh sangat jauh dari yang dirinya pikirkan."Ma ... maaf, Opa. Jika jawabanku tidak sesuai dengan keinginan Opa. Tapi, aku akan berusaha untuk menjadi istri yang baik untuk Mas Peter dan mengabdi sebagai istrinya," ucap Farah, dari dalam hatinya."Pengabdian yang seperti apa yang kamu maksud?" sindir, Opa Tom.Lagi-lagi, Farah diam dan tak dapat bicara.Tak berapa lama, Peter masuk ke ruang perawatan Opa Tom."Opa, kamu sudah kembali?" tanya, sang kakek."Sudah, Opa. Ada beberapa obat yang harus Opa minum sekarang. Aku akan menyediakannya," serunya, l

  • SATU ATAP DENGAN CEO JUTEK    BAB. 57 Opa Tom Sakit

    Ada rasa lega di hati Opa Tom mendengar perkataan Peter."Syukurlah kalau itu adalah prinsipmu selama ini. Opa menjadi lega mendengarnya," tutur sang Opa lagi."Keluarlah, Opa mau beristirahat dulu," ucapnya kepada Peter.Namun Peter tidak mau keluar dari kamar sang kakek. Dia memilih untuk mengirimkan pesan kepada sahabatnya, dokter Ridwan.Peter : "Bro, apakah Lo sedang santai saat, ini?"Di sebuah rumah sakit, Dokter Ridwan yang baru saja selesai melakukan visite kepada para pasiennya, saat ini baru saja sampai di kantornya. Disaat dirinya ingin duduk, tiba-tiba ponselnya bergetar pertanda ada pesan masuk.Dokter Ridwan segera membuka ponselnya dan melihat jika ada pesan dari Peter,.sang sahabat untuknya.Dokter Ridwan : "Hei, Bro. Gue baru saja selesai melakukan pemeriksaan kepada pasien-pasien rawat inap. Memangnya ada apa, Bro?"Peter : "Gue butuh bantuan Lo, sekarang. Bisa kah, Lo datang ke sini sebentar? Gue dan istri lagi berada di rumah orang tuanya. Kami menginap di sini."

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status