ホーム / Romansa / SATU ATAP DENGAN CEO JUTEK / BAB. 6 Perbincangan Serius

共有

BAB. 6 Perbincangan Serius

last update 最終更新日: 2025-09-29 12:03:58

"Hei! Apa yang telah Anda lakukan dengan mobil saya?" hardik Peter menggelegar bagaikan petir di siang bolong. Mata elang Peter

menatap tajam ke arah gadis itu.

"Maaf Tuan, saya sedang buru-buru, dan sedang tidak fokus saat ini, saya akan mengganti semua kerugian Anda, Tuan." Ujarnya sambil menangis lalu menyerahkan kartu namanya kepada Peter lalu kembali masuk ke dalam mobil dan berlalu dari situ. 

"Hei ... apa yang sedang Anda lakukan, Nona? Saya tidak butuh butuh kartu nama Anda!" Namun terlambat sang gadis telah pergi dari jalanan itu.

Peter malah asyik menatap kepergian mobilnya. Sang pria seakan terhipnotis dengan gadis itu. Dia kembali sadar saat salah satu pengendara di belakang mobilnya mulai membunyikan klakson karena lampu lalu lintas sudah berganti warna menjadi warna hijau.

"Tuan! Ayo segera jalankan mobil Anda!" teriak orang itu.

Peter menatap tajam ke arahnya lalu mulai masuk ke dalam mobilnya. Dia pun mulai bertanya-tanya dalam hatinya,

"Siapakah gadis itu sebenarnya? Berani-beraninya dia pergi sebelum aku selesai bicara!" geramnya, lalu memasukkan kartu nama wanita itu ke dalam saku jasnya. Lalu kembali melajukan mobilnya menuju ke apartemennya.

Sesampai di apartemen, Peter segera menelpon sang asisten, Leon untuk membawa mobilnya yang rusak itu ke bengkel. 

Ternyata Peter sengaja tidak mempermasalahkan mobilnya yang rusak karena pelakunya adalah perempuan. Mahluk yang paling dia harus hindari saat ini.

Di Kediaman Prins,

Farah akhirnya sampai di rumahnya. Dia lalu berteriak. 

"Mami! Opa dan Oma dimana, Mi?" tanyanya dengan raut wajah khawatir.

Lalu tiba-tiba dari arah ruang keluarga terdengar suara sang kalek,

"Cucu Opa! Kamu sudah pulang, Farah? seru Opa Tom lalu merentangkan tangannya menyambut kedatangan cucu perempuannya.

"Opa!" lirih Farah lalu menghambur masuk ke dalam pelukan kakeknya.

"Opa, kata Mami, 0pa dan Oma sedang sedang sakit? Tapi aku lihat, ini Opa sehat-sehat saja." seru Farah senang.

Mereka pun melangkah menuju ke ruang keluarga dimana Oma Tania sedang menunggu mereka.

"Oma Desi? Oma sakit apa? ucapnya sambil memeluk neneknya yang terlihat sedikit lemas itu.

"Oma langsung sembuh saat melihatmu, cucuku," sahut sang nenek.

"Oma dan Opa baru pulang berobat di rumah sakit, Farah." Mami Dira menjelaskan kepada putrinya.

Lalu tiba-tiba Papi Zack muncul,

"Farah, Kamu sudah pulang?" tutur sang ayah senang melihat anak gadisnya.

"Sudah, Pi. Baru saja." jawabnya sopan. Lalu memberi salam kepada ayahnya.

"Lho, Farah. Kamu tidak mau memeluk papi? Masa hanya Opa dan Oma saja yang ingin kamu peluk?" tukas Tuan Zack kepada anak gadisnya.

"He-he-he, Papi. Tumben minta peluk dari aku," sahut Farah namun dia tetap memeluk sang ayah.

Tuan Zack lalu membalas memeluk putrinya dengan perasaan sedih.

"Sebentar lagi, kamu akan menjadi istri orang, Farah. Itu artinya kamu akan tinggal jauh dari Papi." gumamnya sedih dalam hati.

"Farah, ada baiknya kamu ganti baju dulu deh. Setelah itu kita akan makan siang bersama. Papi, Mami dan juga Oma dan Opa akan ngobrol denganmu." Kali ini Nyonya Dira yang angkat bicara.

"Baiklah, Mi. Aku ganti baju dulu." ujarnya lalu melangkah menuju ke dalam kamarnya.

Saat Farah telah masuk kamar, Opa Tom dan Oma Desi langsung menatap tajam ke arah anaknya, Tuan Zack.

"Zack, tolong jelaskan kepada Ayah dan Bunda kenapa kamu tidak setuju jika Farah akan dijodohkan dan menikah dengan anak dari Keluarga Jacob?" 

"Saya tidak suka melihat ayahnya Peter!" jawab Tuan Theo dengan nada tegas.

"Hah? Kenapa kamu membenci ayahnya. Ayo jelaskan, Ayah mau dengar apa alasanmu tidak menyukai ayahnya Peter?" ujar Opa Tom tak kalah tajamnya kepada anaknya, Tuan Zack.

"Yang namanya Si Theo Jacob itu, sangat sombong, Ayah! Sok berkuasa!" ujar Tuan Zack tak suka.

"Lho Zack bukannya dulu kamu dan Theo adalah teman akrab saat kalian masih kuliah dulu? Kenapa sekarang saat kalian sudah tua malah bertengkar seperti itu?" tanya Opa Tom lagi.

"Ya, karena dia sok belagu! Makanya aku tidak menyukainya!" tukas Papi Zack.

"Perkataanmu sungguh tak beralasan, Zack! Pokoknya Ayah tegaskan sekarang, jika Keluarga Besar Prins akan menerima lamaran perjodohan dari Keluarga Jacob. Dan awas saja kamu mempengaruhi Farah untuk menentang perjodohan ini! Ayah tidak akan segan-segan membekukan perusahaanmu! Putrimu dan juga istrimu, akan tinggal bersama Ayah dan Bunda. Kamu akan hidup sendiri dan menjadi gelandangan!" ancam Opa Tom yang dibalas anggukan oleh Oma Desi.

"Apa-apaan sih, Ayah!" kesal Tuan Zack. Tentu saja dia tidak mau hal itu sampai terjadi. Apalagi ayahnya telah mengangkat akan membekukan perusahaanya dan memisahkannya dengan anak dan istrinya. 

"Makanya, jika kamu tidak mau itu terjadi. Menurutlah kepada istrimu dan jangan membantah!" Kali ini Oma Desi yang angkat bicara dengan tegas.

Sementara Nyonya Dira terlihat tersenyum penuh kemenangan karena ayah dan ibu mertuanya yang terus membelanya. Dia tersenyum mengejek kepada suaminya yang saat ini sedang terpojok.

Tak berapa lama setelah itu,

Farah keluar dari kamar setelah berganti pakaian. Dia pun langsung menuju ke ruang makan.

Di meja makan telah duduk kedua orang tuanya dan juga kakek dan neneknya.

"Farah, sini kamu duduk di samping Opa," tutur Opa Tom kepada cucunya.

"Iya, Opa." ucap Farah lalu duduk di sebelah kakek dan neneknya.

Mereka pun makan siang dalam diam.

"Oma dan Opa, yang banyak makannya, ya?" tutur Farah kepada keduanya.

"Iya, Farah." jawab keduanya serentak.

Setelah selesai makan seluruh anggota keluarga  berkumpul di ruang keluarga karena ada yang ingin disampaikan oleh Opa Tom.

"Farah, bagaimana dengan kuliahmu. Apakah lancar?" tanya Oma Desi memulai pembicaraan.

"Kuliah ku lancar kok, Oma. Jika tidak ada halangan, aku akan di wisuda bulan depan," jawabnya sopan.

"Wah tidak terasa, sebentar lagi cucu Opa akan menamatkan kuliah dan menjadi seorang sarjana. Jangan lupa, jika nanti kamu wisuda, kasi tahu kami. Agar Oma dan Opa bisa datang di acara wisudamu, nanti." sergah Opa Tom.

"Iya ... Oma, Opa. Pasti aku akan memberitahukan kepada Oma dan Opa kapan aku akan di wisuda. Aku juga ingin Oma dan Opa hadir saat aku di wisuda," ucap Farah sambil tersenyum. 

Kedatangan Oma Desi dan Opa Tom di rumahnya, sedikit banyak membuat Farah melupakan apa yang telah dilakukan oleh Reza kepadanya.

Lalu Opa Tom memulai pembicaraan serius tentang perjodohan. Sementara Tuan Zack hanya bisa pasrah karena takut dengan ancaman Ayahnya.

"Farah ..." ucap sang kakek.

"Iya, Opa. Ada apa?"

"Opa mau ngobrol sesuatu kepadamu."

"Boleh Opa. Jika boleh tahu Opa mau ngomongin tentang apa?" tanyanya sopan.

"Ini menyangkut masa depanmu, Farah." sergah Oma Desi.

"Apa itu, Oma?" tanyanya lagi karena penasaran.

"Opa yang akan mengatakan semuanya sebagai perwakilan keluarga," tutur Oma Desi sambil memberi isyarat kepada suaminya untuk melanjutkan obrolan serius itu.

"Begini, Farah. Beberapa hari lalu keluarga dari sahabat Oma dan Opa ingin melamarmu menjadi menantu keluarga mereka." ujar sang mami.

"Ma ... maksud Mami, aku dijodohkan?" tanya Farah kaget.

"Iya, Farah. Oma dan Opa kenal baik dengan calon keluarga besan kita. Oma dan Opa harap kamu tidak menolaknya." ujar Opa Tom dingin.

"Ta ... tapi, aku kan baru selesai kuliah, Opa." lirihnya mencoba untuk protes.

"Justru karena kamu sudah lulus kuliah, Oma dan Opa ingin melihatmu menikah, Farah. Opa ingin sekali menggendong cicit darimu," ucap Opa Tom sedih.

"Oma juga tidak tahu sampai kapan umur Oma dan Opa. Kamu sangat berharap kamu tidak menolak perjodohan ini," seru sang nenek sambil mulai menitikkan air mata.

Farah segera menghampiri kakek dan neneknya nya lalu berkata,

"Oma, Opa kok ngomongnya begitu, sih. Aku nggak suka mendengarnya," lirihnya sambil mulai memeluk kakek dan neneknya secara bergantian.

"Oma hanya berkata jujur, cucuku," serunya lagi.

"Benar apa yang dikatakan Oma, Farah."

"Tapi ... Oma, Opa. Tidak ada satu manusia pun yang tau kapan ajal menjemput," tukas Farah sedih. Tiba-tiba kebimbangan melandanya.

"Apakah aku menerima saja perjodohan itu? Agar Oma dan Opa bisa semakin sehat?" gumamnya dalam hati.

Tuan Zack yang mendengar semuanya hendak membuka suara namun dengan cepat, istrinya menatap tajam ke arahnya. Mengisyaratkan agar dia tutup mulut dan tidak berbicara.

Setelah memilah-milah dengan berbagai pertimbangan dalam hatinya, akhirnya Farah pun mulai angkat bicara,

"Oma, Opa ... aku akan menerima perjodohan itu asalkan Oma dan Opa berjanji kepadaku untuk selalu sehat dan tidak sakit-sakitan lagi." harap farah kepada kedua kakek dan neneknya.

"Benarkah yang kamu katakan itu, Farah?" tanya kakek dan neneknya bergantian, dengan wajah berbinar. Karena mereka berpikir tadinya, jika cucunya akan menolak perjodohan itu. 

"Iya ... Oma, Opa. Tapi Oma dan Opa jangan lupa dengan apa yang aku katakan tadi," serunya mengingatkan kakek dan neneknya.

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • SATU ATAP DENGAN CEO JUTEK    BAB. 62 Kelaparan Tengah Malam

    Akhirnya setelah berjuang lama di dalam kamar mandi, Peter pun berhasil menjinakkan alat tempur miliknya yang tadi sedang sangat mengamuk.Hatinya pun sangat lega. Dia segera mengguyur tubuhnya di bawah kucuran air shower di tengah malam itu.Setelah selesai mandi dan berpakaian. Peter pun kembali masuk ke dalam kamar. Dia melihat istrinya sudah berbaring di atas tempat tidur dengan membelakanginya.Sementara Farah yang berpura-pura sedang tidur, seketika merasa takut dan gelisah saat mendengar pintu kamar mandi mulai terbuka.Dia takut, Peter kembali menerkamnya. Untuk itu Farah pun pura-pura untuk tidur.Peter masuk ke dalam kamar, lalu duduk di kursi yang ada di kamar itu, dia melihat sebotol air mineral yang tadi dirinya minta kepada istrinya.Peter segera meraih sebotol air mineral tersebut, membuka tutupnya lalu meminumnya tanpa sisa setetes pun. Dia benar-benar sangat haus setelah kegiatan panasnya tadi di dalam kamar mandi. Hampir satu jam lamanya, Peter akhirnya dapat menjina

  • SATU ATAP DENGAN CEO JUTEK    BAB. 61 Hasrat Membara

    Farah ingin memakai baju yang baru untuknya karena sudah selesai mandi. Namun apa yang terjadi, dia malah lupa membawa baju ganti ke dalam kamar mandi."Aduh, aku kok bisa lupa sih dengan baju gantinya?" gumamnya dalam hati."Pasti karena aku tidak fokus tadinya!" kesalnya dalam hati.Mau tidak mau, Farah pun keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai kimono mandi di atas lutut miliknya.Farah masih belum sadar jika ada Peter di kamar itu. Dengan santainya dia berjalan mengitari kamarnya dengan hanya memakai kimono seksi itu.Bahkan dengan santainya, Farah menanggalkan kimono mandi itu. Sehingga dirinya benar-benar telanjang bulat tanpa sehelai benang pun di tubuhnya.Peter yang melihat pantulan tubuh telanjang istrinya di depan cermin yang berada di atas meja. Seketika terbelalak matanya, melihat pemandangan indah itu.Peter terlihat menelan ludahnya berkali-kali. Alat tempurnya tiba-tiba bangun dari tidur panjangnya.Senjata pamungkasnya sedang berdiri tegak saat ini. Ingin seger

  • SATU ATAP DENGAN CEO JUTEK    BAB. 60 Hawa Panas

    "Aku tidak lapar, Mas." serunya lalu, menjauhkan mulutnya dari sate tersebut.Padahal Peter tahu betul, Farah menelan ludahnya berkali-kali, saat dirinya menyodorkan sate itu di depannya"Ayo makan, jika tidak sampai pagi kita akan tetap berada di sini. Jadi kamu tinggal pilih, mau tidur di sini. Atau di rumah," tutur Peter sambil kembali menyodorkan sate itu di hadapan istrinya.Mau tidak mau, Farah terpaksa memakan sate itu."Nah, gitu dong. Kamu makan dulu. Kali ini, aku yang akan menyuapimu." Farah mengangguk pelan.Dengan penuh kesabaran, Peter menyuapi Farah sate Madura tersebut, secara perlahan.Namun disaat sedang makan pun. Farah tetap meneteskan air matanya. Pieter menjadi bingung sendiri karenanya.Tanpa diminta oleh Farah, Peter mengeluarkan sapu tangannya dari saku celananya. Lalu mengusap air mata sang istri yang mengalir di kedua pipinya."Kamu fokus makan dulu, jangan memikirkan hal lainnya." "A ... aku sudah kenyang, Mas." ucapnya lemah."Beneran kamu sudah kenyang?"

  • SATU ATAP DENGAN CEO JUTEK    BAB. 59 Nongkrong Di Senayan

    "Jadi Opa menginginkan cucu dari kalian?" tanya sang papi, masih dengan suara pelan. "Iya, Papi. Hal itu yang membuatku sedih. Sepertinya aku ... aku belum bisa mewujudkan keinginan Opa itu, dalam waktu dekat ini. Aku dan Mas Peter tiba-tiba saja menikah. Perasaan cinta itu masih belum ada untuknya," serunya sambil menangis.Karena tak tahan mendengar anak gadisnya menangis. Papi Zack segera meraih tubuh Farah dan membawanya ke dalam pelukannya."Farah, itu kan hanya sebuah keinginan dari Opa. Kamu tidak perlu menjadikannya sebagai beban. Kamu harus menjalani hari-hari mu dengan baik dan bahagia. Kamu harus tetap semangat. Apa pun itu, Papi akan selalu mendukungmu." Tuan Zack mulai mengendurkan pelukannya dari sang anak. Lalu kembali berkata."Bagi Papi, kamu tetaplah putri kecil Papi, yang paling Papi sayangi. Jadi kamu harus tetap mekar dan ceria seperti sedia kala. Jangan terpengaruh dengan apapun pendapat orang kepadamu. Anggaplah keinginan Opa sebagai tabungan mu di masa depan.

  • SATU ATAP DENGAN CEO JUTEK    BAB. 58 Keduanya Berjanji

    Setelah lama berdiam diri, Farah pun mulai berkata,"Semua butuh proses, Opa. Aku dan Mas Peter juga baru kenal dan kami langsung menikah. Aku belum tahu bagaimana karakter dan sifatnya.""Tapi pernikahan kalian, sudah tergolong telah cukup lama berlangsung, Farah." sahut sang kakek."Iya, Opa. Tapi kan semuanya tidak secepat itu bisa terjadi." Opa Tom terdiam. Ternyata harapannya agar Farah dan Peter segera memberinya seorang cicit sungguh sangat jauh dari yang dirinya pikirkan."Ma ... maaf, Opa. Jika jawabanku tidak sesuai dengan keinginan Opa. Tapi, aku akan berusaha untuk menjadi istri yang baik untuk Mas Peter dan mengabdi sebagai istrinya," ucap Farah, dari dalam hatinya."Pengabdian yang seperti apa yang kamu maksud?" sindir, Opa Tom.Lagi-lagi, Farah diam dan tak dapat bicara.Tak berapa lama, Peter masuk ke ruang perawatan Opa Tom."Opa, kamu sudah kembali?" tanya, sang kakek."Sudah, Opa. Ada beberapa obat yang harus Opa minum sekarang. Aku akan menyediakannya," serunya, l

  • SATU ATAP DENGAN CEO JUTEK    BAB. 57 Opa Tom Sakit

    Ada rasa lega di hati Opa Tom mendengar perkataan Peter."Syukurlah kalau itu adalah prinsipmu selama ini. Opa menjadi lega mendengarnya," tutur sang Opa lagi."Keluarlah, Opa mau beristirahat dulu," ucapnya kepada Peter.Namun Peter tidak mau keluar dari kamar sang kakek. Dia memilih untuk mengirimkan pesan kepada sahabatnya, dokter Ridwan.Peter : "Bro, apakah Lo sedang santai saat, ini?"Di sebuah rumah sakit, Dokter Ridwan yang baru saja selesai melakukan visite kepada para pasiennya, saat ini baru saja sampai di kantornya. Disaat dirinya ingin duduk, tiba-tiba ponselnya bergetar pertanda ada pesan masuk.Dokter Ridwan segera membuka ponselnya dan melihat jika ada pesan dari Peter,.sang sahabat untuknya.Dokter Ridwan : "Hei, Bro. Gue baru saja selesai melakukan pemeriksaan kepada pasien-pasien rawat inap. Memangnya ada apa, Bro?"Peter : "Gue butuh bantuan Lo, sekarang. Bisa kah, Lo datang ke sini sebentar? Gue dan istri lagi berada di rumah orang tuanya. Kami menginap di sini."

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status