ホーム / Romansa / SATU ATAP DENGAN CEO JUTEK / BAB. 7 Terpaksa Setuju

共有

BAB. 7 Terpaksa Setuju

last update 最終更新日: 2025-09-29 12:04:37

"Oma dan Opa sangat bahagia, mendengarnya, Farah. Kamu setuju dengan perjodohan ini. Opa berjanji akan lebih menjaga kesehatan Opa demi kamu, cucu Opa." Farah pun kembali memeluk sang kakek.

"Oma juga janji akan selalu sehat demi kamu, Farah!" Oma Desi juga ikut angkat bicara.

Farah juga bergantian memeluk sang nenek. Seraya berkata,

"Terima kasih ... Opa, Oma. Aku sangat senang mendengarnya."

"Oh ya, Farah. Keluarga Jacob dan putra mereka akan datang berkunjung ke rumah kita akhir Minggu ,ini. Apakah kamu ke kampus hari itu?" tanya sang mami.

"Sepertinya jadwalku kosong, Mi." jawab Farahi lemas berusaha menutupi kesedihannya di depan keluarganya terutama di depan kakek dan neneknya.

Mendengar persetujuan dari putrinya, dengan cepat Nyonya Dira menelpon sahabatnya, Nyoya Neira untuk mengabarkan jika Farah menerima perjodohan itu.

Nyonya Neira ;

"Halo Jeng. Ada apa meneleponku?"

Nyonya Dira :

"Jeng, ada kabar gembira!"

Nyonya Neira :

"Kabar gembira apa, Jeng."

Nyonya Dira :

"Farah menerima dijodohkan dengan Nak Peter!"

Nyonya Neira

"Oh ya? Ini kabar yang sangat baik, Jeng. Baiklah saya akan memberitahukannya kepada keluarga besar."

Setelah berkata begitu, Nyonya Neira mematikan panggilan itu lalu mulai menelpon ibu mertuanya, Oma Tania yang tinggal di Kanada.

Oma Tania :

"Halo Neira, ada apa kamu menelpon?"

Nyonya Neira :

"Oma, aku baru dapat kabar dari Jeng Dira."

Oma Tania :

"Kabar gembira apa itu? Kok Oma jadi penasaran?"

Nyonya Neira :

"Itu lho Oma mengenai perjodohan Peter dengan cucunya Oma Desi."

Oma Tania :

"Ah iya, Oma jadi ingat! Bagaimana hasilnya, Neira?"

Nyonya Neira :

"Hasilnya tentu saja memuaskan, Oma. Tadi, baru saja aku dapat kabar dari Jeng Dira jika anaknya, Farah. Setuju dijodohkan dengan Peter, Oma."

Oma Tania :

"Wah ... ini kabar baik! Syukurlah jika cucunya Tania juga setuju. Bagaimana dengan Peter?"

Nyonya Neira :

"Itulah Oma, kami masih belum membicarakannya kepada Peter. Oma kan tahu sendiri bagaiman keras kepalanya anak itu.

Oma Tania :

"Baiklah, kalau begitu. Oma, Opa dan Stella akan mempercepat kepulangan kami ke Indonesia."

Nyonya Neira :

"Terima kasih Oma, salam untuk Opa Kenzo dan Stella."

Dengan hati yang berbinar-binar, Nyonya Neira keluar dari kamar dan mengabarkan kepada suaminya kabar bahagia itu.

"Mami, kok senyum-senyum seperti itu? Apakah kamu lagi dapat promo diskon tas branded, kah?"

"Apaan-apaan sih kamu, Papi! Ya bukanlah! Tapi lebih dari itu! Lebih menghebohkan" seru Nyonya Neira.

"Terus kenapa dong, Mami senyum-senyum begitu? Ada kabar gembira apa?" tanya Tuan Theo.

"Begini lho, Papi. Anaknya Jeng Dira setuju dijodohkan dengan Peterl!" ucap Nyonya Neira senang.

"Apa? Ini tidak boleh terjadi!" Tuan Theo benar-benar kaget dengan perkataan istrinya. Tiba-tiba muncul ide busuk dari pikirannya untuk menggagalkan perjodohan itu.

Namun seakan tahu rencana suaminya. Nyonya Neira pun berkata lagi,

"Papi jangan macam-macam ya! Oma Tania, Opa Kenzo dan Stella akan datang ke Indonesia secepatnya. Jangan pernah Papi berpikir untuk membatalkan keputusan ini." seru sang istri lalu kembali ke kamar dan menguncinya dari dalam.

Melihat istrinya yang kembali mengunci pintu kamar dari dalam, Tuan Theo pun mulai mengetuk pintu kamar mereka.

"Mami, kok pintu kamarnya di kunci dari dalam sih?" tanya sang suami.

"Itu hukuman buat Papi! Karena tidak mendukung Peter dijodohkan dengan cucu Oma Desi!" teriak sang istri dari dalam kamar.

"Mami, tapi bukan begini juga caranya. Tolong buka pintunya. Papi mengantuk, nih," ujarnya lagi.

"Kita bisa membicarakannya baik-baik, Mami." rayu Tuan Theo.

"Sana ... Papi tidur sama guling saja!" ujarnya lalu membuka pintu dan melempar bantal dan guling ke luar kamar lalu kembali menutup pintu kamar dengan cepat.

"Tega banget sih, Mami!" tutur Tuan Theo kepada istrinya dari luar kamar.

"Mami akan tetap tega, jika Papi masih menentang perjodohan antara Peter dan Farah!" ujarnya lagi.

"Mami, Papi bukannya menentang perjodohan antara Peter dan Farahi. Hanya saja Papi tidak suka dengan Tuan Zack yang sangat belagu itu!" kesalnya tiba-tiba.

" Itu sama saja, Papi nggak setuju!" tegas Nyonya Neira lalu mematikan lampu kamar, yang artinya dia mau tidur dan tidak peduli lagi dengan ocehan sang suami.

Tuan Theo yang tahu, jika sia-sia sudah merayu istrinya, segera mengambil bantal dan guling yang ada di lantai lalu membawanya masuk ke dalam kamar tamu yang bersebelahan dengan kamar dirinya dan sang istri.

"Kalau keadaannya seperti ini terus, bisa-bisa aku nggak dapat jatah dalam waktu lama! Apakah aku harus mendukung saja perjodohan itu?" gerutu Tuan Theo dalam hatinya.

Sementara itu, disebuah apartemen.

Peter terlihat sedang mengadili Leon, orang kepercayaannya.

"Cepat katakan, apa rencana mereka!" hardiknya penuh amarah.

Leon masih terdiam, dia ingat betul janjinya Kepada Tuan dan Nyonya Jacob agar merahasiakan semuanya kepada Peter. Namun apa daya, Leon lebih memilih loyal kepada atasannya di kantor yaitu Peter Jacob.

"Maaf Tuan muda. Sejujurnya saya tahu semua tentang rencana Tuan dan Nyoya Besar kepada Anda. Hanya saja saat ini, saya seperti berada di posisi terhimpit dan terjepit. Saya takut jujur. Karena Tuan besar telah mengancam akan memecat saya jika saya akan memberitahukannya kepada Anda." seru Leon panjang lebar.

"Terus, apa Lo takut dengan ancaman mereka?" tanya Peter menusuk ke arah sang asisten, Leon.

"Tidak sama sekali Tuan muda, saya lebih takut kepada Anda." tutunya.

"Makanya, Lo buruan jujur! Jika Lo tidak mau berkata dengan benar, gue akan hajar Lo sampai babak belur!" Kekesalan Marcel kepada asistennya semakin menjadi-jadi karena sepertinya Leon sengaja mempermainkannya.

"Ba ... baik, Tuan muda." Lalu Leon pun mulai menceritakan jika kedua orang tua Peter yang berkeinginan ingin menjodohkannya dengan seorang perempuan.

"Sial! Jadi itu rencana mereka?" umpatnya dalam hati.

"Aku harus membuat perjodohan itu, batal!" seru Peter tajam.

"Leon!" panggilnya kepada orang kepercayaannya itu.

"Iya, Tuan muda." jawab Leon.

"Tolong kosongkan jadwal meeting besok, saya ada acara reuni yang mungkin akan saya hadiri dan itu berlangsung seharian. Jadi kamu yang akan gantikan saya menghandle semua pekerjaan kantor untuk esok hari." yegasnya kepada asistennya.

"Siap, Tuan muda." jawab Leon lantang.

"Lo bisa pulang! Gue mau tidur!" ujarnya setengah mengusir asistennya itu.

Setelah tahu jika asistennya itu sudah keluar dari apartemennya. Peter lalu menelpon sahabatnya, dokter .

Dokter Ridwan :

"Halo, Btlrol. Ngapain sih Lo nelpon malam-malam gini? Gue, ngantuk tahu!"

Peter :

"Hei! Lo itu seorang dokter seharusnya, Lo fast respon jika ada pasien yang sedang nelpon Lo!"

Dokter Ridwan :

"Woi, Peter Jacob! Memangnya Lo sakit apa sampai nelpon gue malam-malam gini? Asal Lo tahu, gue baru pulang, dari tadi banyak pasien yang di hipnoterapi di rumah sakit. Gue butuh istirahat malam ini."

Peter ;

"He-he-he, gue nggak sakit sih, Bro. Gue cuma mau bilang, jika jadwal gue untuk hipnoterapi dipercepat saja. Besok pagi. Okay? Gue nggak butuh penolakan. Gue cuma mau ngomong itu saja. Sampai ketemu besok di rumah sakit dan selamat beristirahat!"

Tanpa mendengarkan jawaban dari Ridwan, Peter segera

mematikan panggilan itu.

"Gila tuh Si Peter, dia pikir jika mau hipnoterapi seenaknya saja? Banyak prosedur yang harus diikuti!" Walaupun begitu, Ridwan menelpon pihak rumah sakit untuk melakukan persiapan hipnoterapi kepada sahabatnya, Peter yang sedang galau karena cinta itu.

Sementara di apartemennya, Peter tidak bisa tidur. Dia terus memikirkan bagaimana dengan hipnoterapinya, besok.

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • SATU ATAP DENGAN CEO JUTEK    BAB. 62 Kelaparan Tengah Malam

    Akhirnya setelah berjuang lama di dalam kamar mandi, Peter pun berhasil menjinakkan alat tempur miliknya yang tadi sedang sangat mengamuk.Hatinya pun sangat lega. Dia segera mengguyur tubuhnya di bawah kucuran air shower di tengah malam itu.Setelah selesai mandi dan berpakaian. Peter pun kembali masuk ke dalam kamar. Dia melihat istrinya sudah berbaring di atas tempat tidur dengan membelakanginya.Sementara Farah yang berpura-pura sedang tidur, seketika merasa takut dan gelisah saat mendengar pintu kamar mandi mulai terbuka.Dia takut, Peter kembali menerkamnya. Untuk itu Farah pun pura-pura untuk tidur.Peter masuk ke dalam kamar, lalu duduk di kursi yang ada di kamar itu, dia melihat sebotol air mineral yang tadi dirinya minta kepada istrinya.Peter segera meraih sebotol air mineral tersebut, membuka tutupnya lalu meminumnya tanpa sisa setetes pun. Dia benar-benar sangat haus setelah kegiatan panasnya tadi di dalam kamar mandi. Hampir satu jam lamanya, Peter akhirnya dapat menjina

  • SATU ATAP DENGAN CEO JUTEK    BAB. 61 Hasrat Membara

    Farah ingin memakai baju yang baru untuknya karena sudah selesai mandi. Namun apa yang terjadi, dia malah lupa membawa baju ganti ke dalam kamar mandi."Aduh, aku kok bisa lupa sih dengan baju gantinya?" gumamnya dalam hati."Pasti karena aku tidak fokus tadinya!" kesalnya dalam hati.Mau tidak mau, Farah pun keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai kimono mandi di atas lutut miliknya.Farah masih belum sadar jika ada Peter di kamar itu. Dengan santainya dia berjalan mengitari kamarnya dengan hanya memakai kimono seksi itu.Bahkan dengan santainya, Farah menanggalkan kimono mandi itu. Sehingga dirinya benar-benar telanjang bulat tanpa sehelai benang pun di tubuhnya.Peter yang melihat pantulan tubuh telanjang istrinya di depan cermin yang berada di atas meja. Seketika terbelalak matanya, melihat pemandangan indah itu.Peter terlihat menelan ludahnya berkali-kali. Alat tempurnya tiba-tiba bangun dari tidur panjangnya.Senjata pamungkasnya sedang berdiri tegak saat ini. Ingin seger

  • SATU ATAP DENGAN CEO JUTEK    BAB. 60 Hawa Panas

    "Aku tidak lapar, Mas." serunya lalu, menjauhkan mulutnya dari sate tersebut.Padahal Peter tahu betul, Farah menelan ludahnya berkali-kali, saat dirinya menyodorkan sate itu di depannya"Ayo makan, jika tidak sampai pagi kita akan tetap berada di sini. Jadi kamu tinggal pilih, mau tidur di sini. Atau di rumah," tutur Peter sambil kembali menyodorkan sate itu di hadapan istrinya.Mau tidak mau, Farah terpaksa memakan sate itu."Nah, gitu dong. Kamu makan dulu. Kali ini, aku yang akan menyuapimu." Farah mengangguk pelan.Dengan penuh kesabaran, Peter menyuapi Farah sate Madura tersebut, secara perlahan.Namun disaat sedang makan pun. Farah tetap meneteskan air matanya. Pieter menjadi bingung sendiri karenanya.Tanpa diminta oleh Farah, Peter mengeluarkan sapu tangannya dari saku celananya. Lalu mengusap air mata sang istri yang mengalir di kedua pipinya."Kamu fokus makan dulu, jangan memikirkan hal lainnya." "A ... aku sudah kenyang, Mas." ucapnya lemah."Beneran kamu sudah kenyang?"

  • SATU ATAP DENGAN CEO JUTEK    BAB. 59 Nongkrong Di Senayan

    "Jadi Opa menginginkan cucu dari kalian?" tanya sang papi, masih dengan suara pelan. "Iya, Papi. Hal itu yang membuatku sedih. Sepertinya aku ... aku belum bisa mewujudkan keinginan Opa itu, dalam waktu dekat ini. Aku dan Mas Peter tiba-tiba saja menikah. Perasaan cinta itu masih belum ada untuknya," serunya sambil menangis.Karena tak tahan mendengar anak gadisnya menangis. Papi Zack segera meraih tubuh Farah dan membawanya ke dalam pelukannya."Farah, itu kan hanya sebuah keinginan dari Opa. Kamu tidak perlu menjadikannya sebagai beban. Kamu harus menjalani hari-hari mu dengan baik dan bahagia. Kamu harus tetap semangat. Apa pun itu, Papi akan selalu mendukungmu." Tuan Zack mulai mengendurkan pelukannya dari sang anak. Lalu kembali berkata."Bagi Papi, kamu tetaplah putri kecil Papi, yang paling Papi sayangi. Jadi kamu harus tetap mekar dan ceria seperti sedia kala. Jangan terpengaruh dengan apapun pendapat orang kepadamu. Anggaplah keinginan Opa sebagai tabungan mu di masa depan.

  • SATU ATAP DENGAN CEO JUTEK    BAB. 58 Keduanya Berjanji

    Setelah lama berdiam diri, Farah pun mulai berkata,"Semua butuh proses, Opa. Aku dan Mas Peter juga baru kenal dan kami langsung menikah. Aku belum tahu bagaimana karakter dan sifatnya.""Tapi pernikahan kalian, sudah tergolong telah cukup lama berlangsung, Farah." sahut sang kakek."Iya, Opa. Tapi kan semuanya tidak secepat itu bisa terjadi." Opa Tom terdiam. Ternyata harapannya agar Farah dan Peter segera memberinya seorang cicit sungguh sangat jauh dari yang dirinya pikirkan."Ma ... maaf, Opa. Jika jawabanku tidak sesuai dengan keinginan Opa. Tapi, aku akan berusaha untuk menjadi istri yang baik untuk Mas Peter dan mengabdi sebagai istrinya," ucap Farah, dari dalam hatinya."Pengabdian yang seperti apa yang kamu maksud?" sindir, Opa Tom.Lagi-lagi, Farah diam dan tak dapat bicara.Tak berapa lama, Peter masuk ke ruang perawatan Opa Tom."Opa, kamu sudah kembali?" tanya, sang kakek."Sudah, Opa. Ada beberapa obat yang harus Opa minum sekarang. Aku akan menyediakannya," serunya, l

  • SATU ATAP DENGAN CEO JUTEK    BAB. 57 Opa Tom Sakit

    Ada rasa lega di hati Opa Tom mendengar perkataan Peter."Syukurlah kalau itu adalah prinsipmu selama ini. Opa menjadi lega mendengarnya," tutur sang Opa lagi."Keluarlah, Opa mau beristirahat dulu," ucapnya kepada Peter.Namun Peter tidak mau keluar dari kamar sang kakek. Dia memilih untuk mengirimkan pesan kepada sahabatnya, dokter Ridwan.Peter : "Bro, apakah Lo sedang santai saat, ini?"Di sebuah rumah sakit, Dokter Ridwan yang baru saja selesai melakukan visite kepada para pasiennya, saat ini baru saja sampai di kantornya. Disaat dirinya ingin duduk, tiba-tiba ponselnya bergetar pertanda ada pesan masuk.Dokter Ridwan segera membuka ponselnya dan melihat jika ada pesan dari Peter,.sang sahabat untuknya.Dokter Ridwan : "Hei, Bro. Gue baru saja selesai melakukan pemeriksaan kepada pasien-pasien rawat inap. Memangnya ada apa, Bro?"Peter : "Gue butuh bantuan Lo, sekarang. Bisa kah, Lo datang ke sini sebentar? Gue dan istri lagi berada di rumah orang tuanya. Kami menginap di sini."

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status