Share

3

Author: Anik Safitri
last update Last Updated: 2024-05-08 17:17:12

Aku masih menangis sesenggukan di samping tubuh emak yang terbaring lemas. Kini aku berada dalam ruangan dimana infus dan oksigen terpasang. Bau khas obat menguar. Emak dilarikan ke rumah sakit.

"Pak, seharusnya ibu menghindari respon kaget. Ini bisa mengancam nyawa beliau. Pasalnya kaget yang dialami ibu dapat membuat aliran darah berhenti dan dapat mengakibatkan terhentinya aliran oksigen ke seluruh tubuh," jelas seorang dokter kepada Kang Sabar dan Toni.

"Ma afin Narti ya mak," .Aku masih menangis sambil memegang tangan emak.

"Bukan salah mbak. Mbak Narti jangan menangis.". Dewi, istri Toni berusaha menenangkanku. Memang dia dan Toni baik kepadaku juga keluargaku.

Asalamualaikum.

Tiba tiba ada yang mengucap salam dari luar. Suara yang familiar bagiku. Suara Bang Usman, suamiku.

Aku langsung menghambur ke pelukanya.

" Emak bang," isak ku sambil terus menangis.

" Sabar ya neng berdo'a agar emak cepat sembuh." ucap Bang Usman mengelus kepalaku. Sama seperti emak saay menenangkanku.

Toni dan Dewi menghampiri Bang Usman untuk menyalaminya karena tidak sempat bertemu saat di rumah emak.

"Usman, ajari istri mu itu bersikap. Jangan sok cari muka. Akibatnya seperti ini kan sekarang," Mbak Lastri mencerca suamiku begitu saja.

"Diam kamu Lastri ," bentak Kang Sabar.

"Tapi yang aku katakan memang betul bang. Gara gara Narti emak jadi sakit," Mbak Lastri menyerangku begitu saja.

Memang kakak iparku tidak suka dengan aku. Karena mungkin Kang Sabar selalu memperhatikan ku. Kadang pula diam diam, Kang Sabar memberi uang jajan untuk Yuli.

"Sudah mbak, Kasihan emak," Toni menengahi.

Lama kami terdiam dalam pikiran masing masing. Kalau memang aku penyebab emak sakit, lebih baik aku dirumah tak bertemu saudara saudara kandungku daripada membuat emak seperti ini.

"Narti, Leli, Nisa, Toni ikut Abang keluar," Tiba tiba Kang Sabar memecah suasana.

Kami lima bersaudara keluar kamar mengikuti kakak tertua yang aku anggap pengganti almarhum bapak. Kami berjalan melewati lorong rumah sakit yang kanan kiri penuh dengan kamar pasien. Sesekali ku dengar isakan tangis keluarga maupun suara rintihan menahan sakit.

Kang Sabar terus berjalan melewati pintu utama rumah sakit. Kami berjalan beriringan tanpa ada kata. Teringat masa kecil kami berlima saat ketauan emak mandi di sungai. Selalu berjalan beriringan seperti saat ini. Bedanya dulu selalu dihiasi tangisan Leli, Nisa atau omelan Kang Sabar yang kesal adik adiknya tidak mau diajak pulang. Alhasil menjadikan Kang Sabar sebagai sasaran amarah emak. Tetapi berbeda dengan sekarang kami berjalan dengan pikiran masing masing yang kalut. Entah Kang Sabar mau membawa kami kemana.

Sampai di bawah pohon yang rindang Kang Sabar dulduk di gazebo. Tempat ini terbilang nyaman untuk membuang pikiran yang tak menentu seperti saat ini.

" Kalian adik adik akang. Saudara sekandung. Kita lahir dari wanita yang sama. Dibesarkan oleh orang tua yang sama. Kenapa kita selalu iri satu sama lain?". Tampak ku lihat Kang Sabar menitikan air mata.

" Ma afkan Narti ya kang, Kalau Narti penyebab semuanya," aku mengangguk

" Jangan minta ma af aja mbak. Tapi buktikan kalau mbak Narti bisa berubah," ucap Leli.

" Leli, bisa kau tahan mulutmu itu. Harusnya kau sadar, ksmulsh penyebab ini semua," Kang Sabar penuh amarah. Bahkan ia melayangkan tanganya untuk menampar Leli. Tapi diurungkan niatnya dengan tangan tetap terkepal di bawah.

" Kenapa tidak jadi nampar kang ? Ayo tampar. Memang semuanya sama saja hanya sayang pada mbak Narti. Kang Sabar, Toni pun juga begitu. Bahkan Almarhum bapak dan emak sedari kecil selalu membela mbak Narti. Apa istimewanya dia?". Leli berkata dengan bercucuran air mata. Aku tidak tega melihat adik ku menangis. Apalagi itu karena aku.

"Kang, mohon ma af aku lancang. Kalau memang aku lah penyebab semua ini, tidak apa apa aku yang pergi. Kita tidak tetap saudara. Tapi sudahlah kita tidak usah bertemu. Narti ikhlas. Narti mengalah agar adik adik juga tidak bertengkar,"

Aku melangkah pergi. Tak kuhiraukan suara Kang Sabar dan Toni memanggilku bersahut sahutan. Sakit sekali berpisah dengan saudara sekandung. Tapi lebih sakit jika aku penyebab semuanya menjadi kacau. Mungkin dengan aku menjauh, tidak akan ada lagi pertengkaran yang akan menghiasi pertemuan keluarga. Semoga emak disana juga mengerti.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SAUDARA MISKIN   74

    Lima belas tahun kemudian..." Fandi, perkenalkan ini Fania. Anak dari rekan bisnis, ibu," kata ibu seraya memperkenalkan seorang wanita cantik, berkulit putih, tinggi semampai.Fandi hanya membalas uluran tanganya. Disertai senyum yang sedikit dipaksakan.Sudah puluhan kali mungkin, ibu mengenalkan Fandi pada wanita yang bisa di bilang cantik untuk ukuranya, tetapi sama sekali tidak ada satupun yang bisa mengetuk pintu hatinya." Ibu, sudah jangan terus menerus membawa wanita di hadapanku. Umurku juga sudah semakin tua. Aku muak," keluh Fandi pada ibunya." Ibu hanya ingin anak ibu punya pendamping itu saja. Ibu ingin ada yang menemani masa tua mu. Tidak seperti ibu yang kesepian." Ada Yumna bu. Dia kelak yang menemani ku,"Bu Maya menghembuskan nafas dengan kasar. Membuang pandangan ke luar jendela. Sedikitpun ia tidak dapat menyelami pikiran putranya itu." Kamu sadar kan Fandi. Yumna diasuh oleh Narti. Jadi kemungkinan besar ia juga akan dekat dengan ibunya. Untuk merebut hak asu

  • SAUDARA MISKIN   73

    POV USMAN ARI FANDIAku tak menyangka bahwa langkahku berbakti pada surga ku benar benar menggores hati separuh jiwaku. Bukan segera mengharap kepergian Tina. Tetapi ku kira setelah kepergian Tina, semua akan berjalan kembali normal. Namun nyatanya Narti memiliki hati yang kokoh. Pernah suatu waktu dia berkata bahwa dia bukanya tidak menuruti suami. Tetapi dia lebih takut bahwa suaminya tak mampu berbuat adil.Ya aku harus akui. Karena dialah cinta sejatiku. Bahkan kebersamaan dengan Tina yang kata oramg memiliki kecantikan bak bidadari pun namun nyatanya cinta ini tetap tidak mau berbagi." Aku telah berhijrah. Aku telah berubah. Tidakah sedikit saja engkau mengatakan sayang padaku, bang ?" tanya Tina suatu malam." Kalau kamu berhijrah demi manusia, itu salah Tin,"" Permata indah memang tidak dilihat dari harta dan kecantikan raga. Tetapi dari keikhlasan dan ketulusan seorang wanita. Dan itu bagimu hanya ada pada Mbak Narti,"" Ma afkan aku Tin. Tapi memang itulah kenyataanya. Seki

  • SAUDARA MISKIN   72

    " Aku sama sekali tidak tahu, neng. Jangan menuduh sembarangan tanpa bukti. Nanti bisa jadi fitnah." kata Bang Usman." Aku telusuri riwayat siapa saja yang mengunjungi Yuli. Ada nama Tante Mira. Apa salah jika saya bertanya ?"Bang Usman menyuruh asisten rumah tangga untuk memanggilkan Tante Mira. Dan selalu dengan wajah yang angkuh ia melangkah. Tatapan sinis tak pernah lepas dari pandanganya saat menatapku." Mau apa lagi kamu kesini ?" tanyanya ketus." Saya kesini bertanya secara baik baik. Apa Bu Mira mendoktrin Yuli agar membenci saya ?"" Bisa dijaga mulut kamu itu ? Jangan asal tuduh," " Saya bertanya bukan menuduh,". Aku berusaha menenangkan diri agar tidak larut dalam emosi." Sama saja,"" Ma af Bu Mira. Saya telusuri riwayat siapa saja yang mengunjungi Yuli. Terakhir tertera nama anda. Maka dari itu saya bertanya. Letak salahnya dimana ?"Bu Mira melengos menatap arah lain. Aku yakin ada yang tidak beres dengan nya. Dari bahasa tubuhnya. Dari mimik wajahnya." Kenapa Bu

  • SAUDARA MISKIN   71

    " Ma afkan aku, Nis,". Leli langsung menjatuhkan diri di hadapan Nisa.Nisa diam mematung. Dia melirik ke arahku seolah penuh tanda tanya. Aku hanya mengangguk." Siapa ?" tanya Nisa seraya mengangkat Leli dari kaki nya. Dengan malu sekaligus takut, Leli memberanikan diri mendongakan wajahnya. Ku lihat wajah Nisa memerah tanganya mengepak. Aku pegang tangan itu. Aku takut Nisa berbuat nekat. " Kenapa setelah semuanya hancur baru berujar ma af ?" " Aku bertaubat Nis. Ma afkan aku,"" Andai ma af mbak berguna,"jawab Nisa singkat. Seraya meninggalkan Leli yang masih diam mematung di tempatnya.Aku terhenyak dengan perkataan Nisa. Sakit itu terlalu dalam." Nis, coba kamu fikirkan. Leli sudah menuai karmanya. Tolong ma afkan dia Nis. Kasihan dia,"" Mbak, mau dia menuai karma,mau dia mati pun tidak bisa menggantikan apa yang sudah hilang kan,"" Nis,mbak tau. Mbak juga belum pernah berada di posisimu. Tetapi kita sama nis.Sama sama pernah di khianati dalam ikatan suci pernikahan. Tetapi

  • SAUDARA MISKIN   70

    " Leli," panggilku. Tidak salah dia Leli. Aku mengenalinya walaupun dengan penampilan yang berbanding terbalik dengan yang terakhir aku temui tempo hari.Wanita yang ku panggil hanya melengos masuk kedalam lagi dengan menelangkupkan tangan ke wajah. Seolah enggan menemui ku. Karena rasa penasaran yang tinggi, ku kejar dia. Kalau memang dia bukan Leli, kenapa harus lari.Ku buka tirai tanpa pintu itu dengan hati hati. Kepala ku menyembul kedalam. Wanita itu menangis di ujung ranjang yang reyot. Bahunya terguncang. Aku duduk di sampingnya. Ku pegang pelan ujung tanganya." Benar. Ini Leli adik mbak ?" tanya ku sehalus mungkin.Dia histeris. Berdiri dengan berlinangan air mata." Mau apa mbak kesini ? Mau menghinaku sekaligus mengusirku ? Hancurkan aku sekalian mbak," ucapnya pilu.Ku genggam tanganya. Ku dudukan lagi dia di sisiku. Tanganya masih bergetar. Tangisnya belum reda." Lel, mau seperti apapun aku ini adalah kakakmu. Setiap orang pasti punya salah dan masa lalu,"Serta merta L

  • SAUDARA MISKIN   69

    " Sombong kamu Narti. Berapa sih uang mu dari hasil kerjamu menjadi babu di negara orang ? Paling tidak sampai setahun juga sudah habis," hina Tante Mira." Itu urusan saya Tante. Mau berapapun, setelah ini saya akan rebut hak asuh anak anak dari kalian,"" Apa bisa kamu menghidupi anak mu dengan layak hah ?" Seorang anak tidak perlu orang tua yang kaya. Tapi orang tua yang bahagia. Permisi,"Aku berpamit ke kamar Yuli. Putri ku tergolek lemah di ranjang. Badan kurusnya semakin membuat hatiku menjadi miris. Kupegang tanganya. Ku ciumi berulang ulang. Tak henti hentinya aku meminta ma af karena telah meninggalkanya.Mata itu terbuka perlahan." Bu, Yuli tidak tahan. Tolong belikan Yuli bu," ucapnya memelas. Tetapi air mataku semakin tumpah ruah. Permintaan yang tidak mungkin akan aku turuti." Yuli lawan ya nak. Itu haram. Yuli harus bisa," " Hanya dengan itu Yuli tenang bu. Tolong," kata Yuli bergetar.Ya Tuhan apa yang selama ini dialami Yuli. Hingga dia mengharapkan ketenangan. A

  • SAUDARA MISKIN   68

    "Stop. Yuli tidak akan ikut siapa siapa,". Yuli akhirnya membuka suara setelah orang tuanya terlibat debat tak berujung. Tetapi jawabanya membuat hatiku mendesir. Apakah dia benci kepada ke egoisan orang tua nya ini. " Yuli punya istana sendiri," lanjutnya. Aku menyipitkan mata. Menautkan alis. Bertemu tatap dengan Nisa. Nisa mengisyaratkan terjadi sesuatu yang tidak beres dengan Yuli. Yuli melangkah pergi meninggalkan kami. Dengan refleks aku mengejar nya. Tetapi naas tangan Tante Mira berhasil menahanku." Mau kemana kamu ? Ini bukan rumah kamu. Tolong bersikap sopan."Ku hempaskan tangan Tante Mira yang mencengkram erat tanganku. Ini adalah reflek seorang ibu yang merasa bahwa putri kandungnya bermasalah. " Kang, tidakah kamu merasa aneh dengan Yuli ?"" Tidak ada yang aneh. Justru Yuli menikmati kehidupan ini,"Aku hanya menggeleng kepala dengan pemikiranya saat ini. Apa dia hanya disibukan dengan pekerjaan tanpa memperhatikan anaknya." Ma af ya semunaya. Ini cuma pendapat s

  • SAUDARA MISKIN   67

    Yuli mana Nis ?"" Emm ma afkan saya mbak," Nisa menunduk. Raut mukanya berubah menjadi gelisah. " Yuli kenapa Nis ?"" Yuli dibawa Kang Usman mbak. Aku sudah mempertahankanya. Tapi mereka mengancam menjebloskan ke penjara tentang penculikan. Bagaimanapun bapak mereka masih ada mbak. Ma afkan aku mbak. Aku gagal menjaga mereka,". Nisa bersujud di kaki ku.Aku menangis. Bukan untuk menyalahkan Nisa. Tapi aku muak dengan perlakuan keluarga Kang Usman. Padahal dulu jelas jelas Yuli yang bersikeras ikut denganku. Dan Tante Mira mengatakan bahwa anak anak ku tidak ada disitu. Bahkan mengataiku tak becus menjaga anak anak. Betapa munafiknya mereka." Bangunlsh, Nis. Kamu tidak bersalah,"" Tapi aku gagal menjaga amanat dari Mbak Narti,"" Setiap kesulitan pasti ada ada jalan keluar yang menyertai Nis. Nanti kita bicarakan ya," kataku mengajaknya untuk masuk.Rumah Nisa tergolong mewah. Furniture nya menambah asri dan cantiknya rumah ini. Ruman dengan gaya eropa pasti membuat bangga pemilik

  • SAUDARA MISKIN   66

    " Mbak boleh pinjam uang mu Nis ? Mbak ingin mengadu nasib di luar negeri. Mbak janji akan menggantinya,"Sebenarnya aku malu sekaligus takut dikira mengincar hasil penjualan rumah Nisa. Juga aku bingung bagaimana bicaranya untuk menitipkan anak anak ku pada Nisa.Nisa terdiam. Aku benar benar takut ia tersinggung. Lalu sejurus kemudian ia justru tersenyum." Tidak usah pinjam mbak. Ini adalah hak mba Narti. Dulu kami menjual rumah emak tanpa memberi hak yang seharusnya mbak Narti peroleh. Ini uang mbak Narti yang pernah Nisa pakai,"Air mataku luruh seketika. Keadaan yang mengguncang jiwa raga serta psikis Nisa nyatanya benar benar membuatnya berubah haluan. Membuatnya benar benar berubah ke arah yang lebih baik." Terimakasih banyak ya Nisa," ucapku terharu." Kenapa harus pergi keluar negeri mbak ? Apa tidak ada jalan keluar yang lain ? Kasian anak anak mbak. Apalagi Yumna masih kecil,"" Kalau aku terus terusan disini, entah kapan bisa membuat bahagia mereka. Aku tidak mau kehidup

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status