SAUDARA MISKIN

SAUDARA MISKIN

By:  Anik Safitri  Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
35Chapters
594views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Narti, seorang anak ke dua dari lima bersaudara. Hidup paling miskin diantara keempat saudaranya. Perhatian ibunya membuat saudara mereka menjadi iri. Kejahatan demi kejahatan ditunjukan saudaranya. Hingga sebuah nasib yang tidak disangka mengubah hidupnya. Hidupnya berubah 180 derajat. Lalu apakah serta Merta ia sepenuhnya hidup bahagia juga? Tidak. karena cobaan bertubi tubi kembali mendatanginya.

View More
SAUDARA MISKIN Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
35 Chapters
1
'Emak,"Tampak dari kejauhan Yuli berlari menenteng kantong plastik berwarna hitam. Ia tampak kegirangan. Tak perduli pematang sawah yang kecil menyulitkan langkahnya. Tubuhnya oleng ke kanan kiri menjaga keseimbangan. Dengan gembiranya ia menyerahkan bungkusan itu kepadaku. Isinya daging ayam mentah."Masya Allah dari siapa Yul ?"Aku terkaget. Wajarlah, ayam adalah makanan yang jarang kami makan. Mungkin setahun dua kali. Itupun pemberian orang." Dari nenek,mak. Nanti dimasak ayam kecap ya mak," Yuli sangat senang. Dibenaknya mungkin dia membayangkan sedang menyantap ayam kecap.Namaku Narti. Aku anak kedua dari lima bersaudara. Dari kelima saudaraku, hidupkulah yang ekonominya paling sulit. Suamiku Bang Usman hanyalah buruh serabutan yang penghasilanya tak menentu. Tetapi syukur alhamdulillah kami tak pernah kelaparan walau dengan lauk seadanya. Kadang kalau benar benar tidak punya uang, garamlah yang menghiasi nasi kami.Abangku yang pertama adalah Kang Sabar. Beliau seorang guru
Read more
2
Saat mentari masih enggan keluar dari peraduanya. Saat dimana sebagian orang masih terbuai mimpi indahnya, masih dengan hangat di peluk selimut dan gulingnya, aku menggandeng Yuli menuju rumah emak. Kelihatanya Yuli tampak senang akan bertemu sepupu nya dari kota. Tapi tidak denganku, aku senang bertemu adik ku dan keluarganya, tapi entah akan adakah pertengkaran lagi dari Leli dan Nisa.Pagi buta seperti ini, emak sudah bangun mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut kedatangan putra bungsunya."Narti, bantu emak buat gulai ayam ya. Yuli juga bantu nenek kupas bumbu ya," Memang aku yang selalu disuruh emak memasak untuk tamu maupun acara lainya. Kata emak masakanku enak. Emak kadang menyelipkan uang di sakuku. Kadang juga memberi beras atau lauk."Narti, masak yang banyak ya. Nanti keluarga Abangmu dan adik adikmu juga ikut berkumpul. Jangan lupa kau ajak Usman,"titah emak."Iya mak,"Mungkin untuk sebagian orang, berkumpul bersama saudara adalah hal yang menyenangkan nan dirin
Read more
3
Aku masih menangis sesenggukan di samping tubuh emak yang terbaring lemas. Kini aku berada dalam ruangan dimana infus dan oksigen terpasang. Bau khas obat menguar. Emak dilarikan ke rumah sakit."Pak, seharusnya ibu menghindari respon kaget. Ini bisa mengancam nyawa beliau. Pasalnya kaget yang dialami ibu dapat membuat aliran darah berhenti dan dapat mengakibatkan terhentinya aliran oksigen ke seluruh tubuh," jelas seorang dokter kepada Kang Sabar dan Toni."Ma afin Narti ya mak," .Aku masih menangis sambil memegang tangan emak."Bukan salah mbak. Mbak Narti jangan menangis.". Dewi, istri Toni berusaha menenangkanku. Memang dia dan Toni baik kepadaku juga keluargaku.Asalamualaikum. Tiba tiba ada yang mengucap salam dari luar. Suara yang familiar bagiku. Suara Bang Usman, suamiku.Aku langsung menghambur ke pelukanya." Emak bang," isak ku sambil terus menangis." Sabar ya neng berdo'a agar emak cepat sembuh." ucap Bang Usman mengelus kepalaku. Sama seperti emak saay menenangkanku.T
Read more
4
Aku termangu di rumah memikirkan keadaan emak disana. Tak ku hiraukan Yuli dan Bang Usman membujuk ku untuk makan. Ya Tuhan anpuni aku membuat emak menjadi seperti ini."Asalamualaikum,". Terdengar suara salam dari luar. Bang Usman membukakanya. Melihatku yang tidak bersemangat."Wa'alaikumsalam. Toni, Dewi mari masuk. Ma af keadaan rumahnya seperti ini," Bang Usman mempersilahkan."Ahh tidak apa apa kang Usman. Rumah kita yang abadi bukan di dunia kan" ucap Dewi dengan tersenyum.Aku hanya sedikit tersenyum. Aku tidak marah. Tapi aku sedih dengan keadaan emak." Ton, bagaimana keadaan emak ?" tanyaku." Kedatangan Toni kemari yang pertama ingin meminta ma af, mbak. Mungkin karena kepulangan Toni semua menjadi kacau seperti ini. Yang kedua, Toni ingin menjemput mbak Narti. Emak sudah siuman. Sudah boleh pulang. Tetapi emak ingin bertemu dengan mbak Narti,"Aku membuang pandangan ke luar jendela. Melihat desir angin memainkan padi yang mulai menguning." Engkau tidak salah Ton. Rumah a
Read more
5
Aku terdiam di depan mushola rumah sakit. Bagaimana aku bisa mendapat uang dua juta dalam waktu yang singkat. Aku mengadu ke Kang Usman pun, dia pasti juga tidak punya. Semua penghasilanya diserahkan ke aku. Kalau aku pinjam ke bank ataupun koperasi, aku tidak punya jaminan apa apa. Memang rumah dan sawah adalah punya ku. Tapi aku belum mampu untuk membuat sertifikat. Aku juga belum tentu bisa membayar cicilanya. Penghasilan suamiku tidak menentu. Cukup untuk makan saja sudah alhamdulillah. Tuhan tolonglah aku. Aku yakin di balik kesulitan pasti ada kemudahan.Aku berjalan gontai melewati lorong rumah sakit. Berfikir keras. Ma afkan keadaan Narti mak. Belum bisa membantu emak.Dari kejauhan ku lihat Toni berada di depan pintu kamar emak. Ia sedang berbicara di telepon. Sebelum dia masuk lagi ke kamar emak lagi, ada baiknya aku mengutarakan niatku."Toni, tunggu," teriak kuToni menoleh seraya tersenyum. Ku langkahkan kaki dengan cepat"Ton, mbak boleh minta bantuanmu ?"" Bilang saja
Read more
6
Sebenarnya emak lumayan sehat, bisa beraktifitas seperti biasa. Tetapi kejadian tempo hari membekas menjadi trauma. Sebagai anak, aku pun tidak mau emak kenapa kenapa.Rasanya ingin setiap hari aku berkunjung ke rumah emak. Tetapi jika giliran mbak Lastri berserta adik adik ku, aku takut memicu pertengkaran lagi. Setiap orang tentu tidak ingin hidup seperti kondisi ku saat ini. Tetapi semua sudah digariskan oleh Nya. Aku yakin Allah mampu menyelesaikan semua masalah ku tanpa harus aku tau bagaimana caranya.*** Hari ini adalah giliranku ke rumah emak. Aku rindu sekali. Rasanya ingin aku berlama lama disana. Terlihat emak sudah duduk di teras. Emak terlihat sangat sehat. Semoga tetap seperti ini ya mak.Ku cium punggung tanganya dengan takzim." Yuli, kamu temani nenek ya, emak mau bersih bersih dulu," perintahku kepada Yuli " Apa nggak Yuli bantu mak biar cepat selesei. Biar bercanda bareng bareng sama nenek,"Ku usap lembut kepala Yuli. Anak yang baik dengan pemikiran cerdas. "
Read more
7
Aku dilanda kebingungan. Dalam persimpangan dilema. Seharusnya aku bicara ini dengan Kang Sabar selaku kakak tertua. Tetapi mengingat sifat mbak Lastri, niat ku ingin ku urungkan. Seorang ibu mampu merawat lima orang anak. Tetapi lima orang anak belum tentu bisa merawat satu ibu.Emak hanya terus menerus menangis. Tentu emak sedih dengan perlakuan anak dan menantunya." Rasa rasa nya emak ingin segera menyusul bapakmu, Nar."" Emak istigfar mak. Masih ada Narti yang mau merawat emak.". Aku kaget emak berkata seperti itu. Beban itu mungkin begitu berat."Ma afkan emak, Nar. Dulu kamu ikut bekerja keras bersama emak dan bapak demi adik adikmu. Kini engkau harus repot lagi,"" Emak, mereka tetap saudara ku. Mau kita jungkir balik memaksanya, jika orang lain itu tidak mau berubah, maka dia juga tidak akan berubah. Kita do'akan saja ya mak,"Membawa emak ke rumah ku pun, aku tetap harus ijin Kang Sabar. Emak juga belum tentu mau. Rumah ini terlalu banyak kenangan dengan Almarhum bapak. Sak
Read more
8
LASTRIIIIKang Sabar berteriak murka. Ya Allah, jangan sampai kedatanganku memicu pertengkaran lagi. Aku takut Tuhan.Mbak Lastri lari tergopoh gopoh dari belakang. Mungkin ia sedang memasak. Terlihat ia lupa menaruh spatula. Menentengnya hingga di depan Kang Sabar." Ada apa kang ?"" Kenapa kamu tidak kerumah emak lagi?"Alih alih menjawab pertanyaan suaminya, Mbak Lastri malah menoleh ke arahku. Dia mengacungkan spatulanya padaku." Dasar adik tidak tau diri. Beraninya kamu mengadu domba aku dengan suamiku,"" Demi Allah demi Rasulullah, aku tidak ada niat mengadu mbak Lastri dengan Kang Sabar. Aku hanya menanyakan mbak. Kalau mbak pun tidak mau mengurus emak, biar aku yang urus. Aku ikhlas mbak,"" Ya sudah urus emak mu sana sendiri,"Kang Sabar melayangkan tangan di udara. Dapat aku tangkap signal tangan itu akan menampar mbak Lastri. Serta merta langsung ku tahan ku tarik tangan Kang Sabar untuk turun." Kang istigfar. Bagaimanapun perlakuan istri, akang tidak boleh bermain kasa
Read more
9
Bang Usman dan emak menarik tangan ku agar duduk kembali. Tetapi mata ini tetap menatap tajam ke arah Leli. Tak ku sangka Leli tega berkata seperti itu kepada emak." Neng tenang neng. Amarah tidak akan menyelesaikan masalah," Bang Usman menasihati.Ku lihat emak menangis terisak di sampingku. Kang Sabar hanya duduk bersender kursi. Terlihat kebingungan dari raut wajahnya." Akang selaku kakak tertua. Sebagai pengganti Almarhum bapak, rasa rasanya gagal memimpin kalian. Entah bagaimana pertanggungjawaban akang di akhirat kelak," Kang Sabar angkat bicara.Aku telah berusaha melawan kata hati. Mungkin ini saatnya berdamai dan menerima apa yang terjadi. Karena memang ada beberapa yang tak bisa dipaksakan, melainkan hanya bisa direlakan dan di ikhlaskan." Kang, Narti disini memang orang kecil tapi Narti sayang sama emak. Perdebatan ini tidak ada titik temu jika tidak ada salah satu pihak yang mau mengalah. Bagaimana kalau Narti yang setiap hari merawat emak, tapi Narti tidak tinggal disi
Read more
10
Aku mengerti dia minta ku sejumlah uang tersebut, karena Sobri membenciku. Aku berjalan gontai. Belum tentu hari ini Bang Usman dapat uang dua ratus ribu. Paling banyak Bang Usman membawa uang tiga puluh ribu. Aku tidak merutuk keadaan. Aku hanya ingin Yuli tetap sekolah. Dengan ilmu, aku yakin Yuli bisa mengubah dunianya. Tapi darimana aku mendapatkan uang itu.Pinjam saudara juga tidak mungkin. Bisa bisa aku jadi bulan bulanan mereka." Narti,".Aku menoleh ke arah sumber suara. Suara seorang wanita yang sedang menyapu teras. Wanita ayu dengan lesung pipi yang ketara dengan sedikit riasan diwajahnya yang terlihat natural, ia terlihat sangat cantik. Dia Asih. Teman baik ku saat sekolah dulu." Mampir sini, Nar. Kita sudah lama tidak ngobrol,". Asih melambaiku.Sebenarnya aku juga rindu denganya. Kami punya banyak kesamaaan jadi selalu nyambung jika berbicara. Aku berbelok ke rumah Asih. Rumah dengan nuansa pink yang terlihat mewah." Kamu darimana, Nar ? Kok terlihat lesu ?" tanya Asi
Read more
DMCA.com Protection Status