Share

2

Penulis: Anik Safitri
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-08 17:16:54

Saat mentari masih enggan keluar dari peraduanya. Saat dimana sebagian orang masih terbuai mimpi indahnya, masih dengan hangat di peluk selimut dan gulingnya, aku menggandeng Yuli menuju rumah emak. Kelihatanya Yuli tampak senang akan bertemu sepupu nya dari kota. Tapi tidak denganku, aku senang bertemu adik ku dan keluarganya, tapi entah akan adakah pertengkaran lagi dari Leli dan Nisa.

Pagi buta seperti ini, emak sudah bangun mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut kedatangan putra  bungsunya.

"Narti, bantu emak buat gulai ayam ya. Yuli juga bantu nenek kupas bumbu ya," 

Memang aku yang selalu disuruh emak memasak untuk tamu maupun acara lainya. Kata emak masakanku enak. Emak kadang menyelipkan uang di sakuku. Kadang juga memberi beras atau lauk.

"Narti, masak yang banyak ya. Nanti keluarga Abangmu dan adik adikmu juga ikut berkumpul. Jangan lupa kau ajak Usman,"titah emak.

"Iya mak,"

Mungkin untuk sebagian orang, berkumpul bersama saudara adalah hal yang menyenangkan nan dirindukan. Tetapi tidak untuk ku. Berkumpul bersama saudara ibarat menggores luka dengan sengaja.

Kalau orang lain mengelukan dan menyayangi keponakanya, tapi tidak untuk anak ku Yuli. Keluarga ku seperti momok yang harus dijauhi. Tak jarang Yuli berdiam diri saat sepupunya tengah bermain. Strata sosisl telah mengubah cara pandang saudara ku terutama Leli dan Nisa.

"Asalamualaikum,". Terdengar suara riuh diluar rumah emak. Emak bergegas membukakan pintu. Keluarga Kang Sabar dan keluarga kedua adik ku telah datang.

"Wah, mbak Narti rajin sekali sudah ada di rumah emak," Entah kalimat pujian dari Nisa itu akankah berujung luka.

Aku hanya tersenyum.

" Mbak, mandi dulu sama Yuli. Pakai pakaian yang bagus gitu. Keluarga Toni yang datang itu keluarga terpandang," cerca Nisa lagi.

" Kebetulan kami sudah mandi, Nis. Dan baju ini baju terbaik yang kami punya," ucapku sehalus mungkin.

"Upps ma af. Kelihatan kusam begitu," ucapnya seraya pergi.

Aku terbiasa ucapan adik ku. Biarlah yang aku yakini dunia itu berputar. Harta tidak akan dibawa mati. Semua yang kita punya kelak akan dihisab. 

Emak keluar dari kamar. Sepertinya beliau mendengar percakapanku dengan Nisa.

Beliau mengelus lembut kepalaku.

" Kalau memang kamu sakit hati lawanlah, Nar. Kalau diam mu tidak dihargai, bicara lah agar mereka diam," kata emak terisak. Mungkin beliau kasihan dengan keadaanku.

"Ah emak. Biar bagaimanapun Nisa tetap adik ku mak. Narti selalu ingat pesan Alm Bapak untuk tidak bertengkar apalagi bercerai berai antar saudara kandung. Emak dan Alm Bapak juga tidak pernah mengajari Narti menyimpan dendam,". Aku hanya bisa memeluk emak.

" Kamu memang anak emak yang baik dari dulu Nar. Emak bangga sama kamu. Biarlah kehidupan dunia terkadang membuatmu menangis, semoga kelak engkau berbahagia di Jannah Nya," ucap emak. Aku hanya bisa mempererat pelukanku kepada emak.

Tinn... Tinnn...

Suara klakson mobil membuat aku melepaskan pelukanku dan emak.

"Mak, mungkin itu Toni sudah datang,"

Aku menggandeng emak menyambut putra bungsunya.

Toni dengan gagah keluar dari mobil pajero miliknya. Tampak juga istri dan kedua anak nya ikut serta. Toni menyalami emak dengan takzim begitu juga istri dan anaknya. Kemudian menyalami saudara saudara nya.

" Mbak Narti sehat ?" tanyanya kepada ku.

" Alhamdulillah sehat Ton,"

"Badanya yang sehat. Tapi dompetnya sekarat. Makanya sengaja bantu emak masak biar diberi upah," celetuk Leli.

Emak yang semula duduk tiba tiba berdiri.

" Leli jaga ucapanmu. Narti itu kakak kamu. Emak dan Alm bapakmu selalu mengajarimu untuk selalu hormat kepada yang lebih tua,". Terlihat jelas amarah emak.

" Emak jangan bela Mbak Narti terus, Nisa dan Mbak Leli juga anak emak. Apa emak lupa ?," Nisa mencoba membela Leli.

" Tidak ada ibu yang lupa dengan anak kandungnya,"

"Tetapi emak terus dan selalu membela Mbak Narti. Emak itu lebih sayang mbak Narti daripada kita,"

Saat itu kulihat jelas air mata emak menetes. Aku bangkit ingin meghapus air mata wanita yang melahirkan ku. Dan tiba tiba...

BRUKK.. Emak pingsan...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Uly Muliyani
abangnya baru dtg dri kota sdh bikin keributan...
goodnovel comment avatar
Bunda Widi
Aaaahh Narti ga mau membela diri ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • SAUDARA MISKIN   74

    Lima belas tahun kemudian..." Fandi, perkenalkan ini Fania. Anak dari rekan bisnis, ibu," kata ibu seraya memperkenalkan seorang wanita cantik, berkulit putih, tinggi semampai.Fandi hanya membalas uluran tanganya. Disertai senyum yang sedikit dipaksakan.Sudah puluhan kali mungkin, ibu mengenalkan Fandi pada wanita yang bisa di bilang cantik untuk ukuranya, tetapi sama sekali tidak ada satupun yang bisa mengetuk pintu hatinya." Ibu, sudah jangan terus menerus membawa wanita di hadapanku. Umurku juga sudah semakin tua. Aku muak," keluh Fandi pada ibunya." Ibu hanya ingin anak ibu punya pendamping itu saja. Ibu ingin ada yang menemani masa tua mu. Tidak seperti ibu yang kesepian." Ada Yumna bu. Dia kelak yang menemani ku,"Bu Maya menghembuskan nafas dengan kasar. Membuang pandangan ke luar jendela. Sedikitpun ia tidak dapat menyelami pikiran putranya itu." Kamu sadar kan Fandi. Yumna diasuh oleh Narti. Jadi kemungkinan besar ia juga akan dekat dengan ibunya. Untuk merebut hak asu

  • SAUDARA MISKIN   73

    POV USMAN ARI FANDIAku tak menyangka bahwa langkahku berbakti pada surga ku benar benar menggores hati separuh jiwaku. Bukan segera mengharap kepergian Tina. Tetapi ku kira setelah kepergian Tina, semua akan berjalan kembali normal. Namun nyatanya Narti memiliki hati yang kokoh. Pernah suatu waktu dia berkata bahwa dia bukanya tidak menuruti suami. Tetapi dia lebih takut bahwa suaminya tak mampu berbuat adil.Ya aku harus akui. Karena dialah cinta sejatiku. Bahkan kebersamaan dengan Tina yang kata oramg memiliki kecantikan bak bidadari pun namun nyatanya cinta ini tetap tidak mau berbagi." Aku telah berhijrah. Aku telah berubah. Tidakah sedikit saja engkau mengatakan sayang padaku, bang ?" tanya Tina suatu malam." Kalau kamu berhijrah demi manusia, itu salah Tin,"" Permata indah memang tidak dilihat dari harta dan kecantikan raga. Tetapi dari keikhlasan dan ketulusan seorang wanita. Dan itu bagimu hanya ada pada Mbak Narti,"" Ma afkan aku Tin. Tapi memang itulah kenyataanya. Seki

  • SAUDARA MISKIN   72

    " Aku sama sekali tidak tahu, neng. Jangan menuduh sembarangan tanpa bukti. Nanti bisa jadi fitnah." kata Bang Usman." Aku telusuri riwayat siapa saja yang mengunjungi Yuli. Ada nama Tante Mira. Apa salah jika saya bertanya ?"Bang Usman menyuruh asisten rumah tangga untuk memanggilkan Tante Mira. Dan selalu dengan wajah yang angkuh ia melangkah. Tatapan sinis tak pernah lepas dari pandanganya saat menatapku." Mau apa lagi kamu kesini ?" tanyanya ketus." Saya kesini bertanya secara baik baik. Apa Bu Mira mendoktrin Yuli agar membenci saya ?"" Bisa dijaga mulut kamu itu ? Jangan asal tuduh," " Saya bertanya bukan menuduh,". Aku berusaha menenangkan diri agar tidak larut dalam emosi." Sama saja,"" Ma af Bu Mira. Saya telusuri riwayat siapa saja yang mengunjungi Yuli. Terakhir tertera nama anda. Maka dari itu saya bertanya. Letak salahnya dimana ?"Bu Mira melengos menatap arah lain. Aku yakin ada yang tidak beres dengan nya. Dari bahasa tubuhnya. Dari mimik wajahnya." Kenapa Bu

  • SAUDARA MISKIN   71

    " Ma afkan aku, Nis,". Leli langsung menjatuhkan diri di hadapan Nisa.Nisa diam mematung. Dia melirik ke arahku seolah penuh tanda tanya. Aku hanya mengangguk." Siapa ?" tanya Nisa seraya mengangkat Leli dari kaki nya. Dengan malu sekaligus takut, Leli memberanikan diri mendongakan wajahnya. Ku lihat wajah Nisa memerah tanganya mengepak. Aku pegang tangan itu. Aku takut Nisa berbuat nekat. " Kenapa setelah semuanya hancur baru berujar ma af ?" " Aku bertaubat Nis. Ma afkan aku,"" Andai ma af mbak berguna,"jawab Nisa singkat. Seraya meninggalkan Leli yang masih diam mematung di tempatnya.Aku terhenyak dengan perkataan Nisa. Sakit itu terlalu dalam." Nis, coba kamu fikirkan. Leli sudah menuai karmanya. Tolong ma afkan dia Nis. Kasihan dia,"" Mbak, mau dia menuai karma,mau dia mati pun tidak bisa menggantikan apa yang sudah hilang kan,"" Nis,mbak tau. Mbak juga belum pernah berada di posisimu. Tetapi kita sama nis.Sama sama pernah di khianati dalam ikatan suci pernikahan. Tetapi

  • SAUDARA MISKIN   70

    " Leli," panggilku. Tidak salah dia Leli. Aku mengenalinya walaupun dengan penampilan yang berbanding terbalik dengan yang terakhir aku temui tempo hari.Wanita yang ku panggil hanya melengos masuk kedalam lagi dengan menelangkupkan tangan ke wajah. Seolah enggan menemui ku. Karena rasa penasaran yang tinggi, ku kejar dia. Kalau memang dia bukan Leli, kenapa harus lari.Ku buka tirai tanpa pintu itu dengan hati hati. Kepala ku menyembul kedalam. Wanita itu menangis di ujung ranjang yang reyot. Bahunya terguncang. Aku duduk di sampingnya. Ku pegang pelan ujung tanganya." Benar. Ini Leli adik mbak ?" tanya ku sehalus mungkin.Dia histeris. Berdiri dengan berlinangan air mata." Mau apa mbak kesini ? Mau menghinaku sekaligus mengusirku ? Hancurkan aku sekalian mbak," ucapnya pilu.Ku genggam tanganya. Ku dudukan lagi dia di sisiku. Tanganya masih bergetar. Tangisnya belum reda." Lel, mau seperti apapun aku ini adalah kakakmu. Setiap orang pasti punya salah dan masa lalu,"Serta merta L

  • SAUDARA MISKIN   69

    " Sombong kamu Narti. Berapa sih uang mu dari hasil kerjamu menjadi babu di negara orang ? Paling tidak sampai setahun juga sudah habis," hina Tante Mira." Itu urusan saya Tante. Mau berapapun, setelah ini saya akan rebut hak asuh anak anak dari kalian,"" Apa bisa kamu menghidupi anak mu dengan layak hah ?" Seorang anak tidak perlu orang tua yang kaya. Tapi orang tua yang bahagia. Permisi,"Aku berpamit ke kamar Yuli. Putri ku tergolek lemah di ranjang. Badan kurusnya semakin membuat hatiku menjadi miris. Kupegang tanganya. Ku ciumi berulang ulang. Tak henti hentinya aku meminta ma af karena telah meninggalkanya.Mata itu terbuka perlahan." Bu, Yuli tidak tahan. Tolong belikan Yuli bu," ucapnya memelas. Tetapi air mataku semakin tumpah ruah. Permintaan yang tidak mungkin akan aku turuti." Yuli lawan ya nak. Itu haram. Yuli harus bisa," " Hanya dengan itu Yuli tenang bu. Tolong," kata Yuli bergetar.Ya Tuhan apa yang selama ini dialami Yuli. Hingga dia mengharapkan ketenangan. A

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status