Di dalam kesendirian ku ini aku terkadang tak bersemangat untuk melanjutkan hidupku. Karena aku merasa tak ada lagi yang menyayangi ku seperti ibu yang sangat tulus menyayangi ku seperti anaknya sendiri.
Aku memang sangat terpuruk, tapi aku juga bingung sampai kapan aku harus mempertahankan keterpurukan ku ini.
Aku tak merasa bangga dengan semua yang ku dapatkan dari ibu. Semua yang ku miliki sekarang tetap bukan milikku meski ibu sudah mewariskannya semua kepadaku, tapi tetap saja itu bukan milikku.
Aku merindukanmu Bu. Air mataku tak henti-hentinya mengalir deras membasahi kedua pipiku yang sudah tembem ini.
Pendidikan yang kumiliki pun tak setinggi pendidikan di perguruan tinggi. Aku baru saja lulus dari bangku SMA dan setelah itu ibu pergi meninggalkan ku selama-lamanya.
Ibu Memeng meninggalkan warisan atas namaku dan meninggalkan biaya pendidikan untuk masuk di perguruan tinggi. Tapi aku masih tak dapat untuk bangkit bersemangat lagi untuk meneruskan langkahku ke depan. Bayang-bayang ibu masih terus membuatku sangat rindu dengan pelukan tulusnya ketika aku dalam kesendirian.
Ibu sangat mengerti apa yang aku butuhkan dan apa yang aku inginkan inginkan.
Ibu begitu tulus menyayangi ku. Entah mengapa aku belum bisa menerima Kenyataan yang aku hadapi saat ini.
Aku selalu duduk di teras kamar ibu sambil menatap langi hingga malam tiba dan berharap ibu datang memelukku walau hanya sekejap saja.
*****
Langit sudah mulai gelap, dan akupun beranjak masuk kedalam untuk menyiapkan makan malam. Ibu selalu berpesan aku harus makan tepat pada waktunya agar aku tak sakit.
Aku selalu menjalankan apa yang menjadi nasehat ibu kepadaku. Dan aku tak ingin melanggarnya. Aku bisa hidup sampai saat ini, itu semua berkat ibu yang merawat dan membesarkanku dengan penuh kasih sayang.
Saat aku makan malam, aku mengingat ibu selalu menyuapi ku dan menyuruhku makan makanan yang penuh gizi. Semua selalu di atur oleh ibuku. Namun kini tak ada lagi yang mengaturnya, aku harus bisa belajar mandiri untuk kebaikan diriku sendiri.
Aku harus bisa membuat ibu bangga padaku meski ia tak bersamaku lagi. Tapi aku yakin dia selalu ada melihatku walau aku tak melihatnya.
Seketika air mataku kembali menetes mengingat semua kenangan di meja makan ini bersama ibu. Aku masih tak tau aku harus bagaimana. Aku ingin bangkit tapi terkadang aku sangat sulit untuk bangkit. Hatiku masih amat sedih dan belum bisa menerima kenyataan ini.
Setelah aku menyelesaikan makan malam ku sambil menangis, aku membereskan nya lalu beranjak masuk ke dalam kamar untuk beristirahat.
Di dalam kamar aku teringat kembali kenangan bersama ibu. Saat ibu masih ada, ibu selalu menemaniku hingga aku tertidur pulas dan tak lupa mencium keningku. Namun kini aku harus menerima kenyataan yang amat pedih ini.
Mungkin aku terlalu manja padanya dan iapun sangat memanjakan ku dengan penuh kasih sayang.
Bagaimana aku bisa bangkit jika aku masih di hantui oleh kenangan manis ibu. Aku harus bagaimana menghadapi semua kenyataan ini. Hatikuterlalu lemah dan rapuh saat ini.
Dulu aku hatiku sakit dan rapuh karena aku di perlakukan seperti sampah oleh keluarga ku sendiri. Tapi sekarang hatiku sakit dan rapuh karena kehilangan malaikat seperti ibu, walaupun ia hanya ibu angkat ku tapi ia memperlakukan ku seperti bukan seorang anak angkat. Baginya aku adalah anak yang seperti ia lahirkan sendiri.
Perlahan mataku terpejam sambil memutar musik klasik favorit ku, hingga aku tertidur pulas dalam balutan selimut kesayangan ibu.
Saat itu aku bermimpi ibu datang kepadaku dan memberikan ku semangat untuk tetap harus bangkit mengejar impianku yang selama ini terpendam. Aku harus menjadi seorang gadis yang memiliki pegangan dan seorang gadis sukses yang harga diri dan derajatnya tinggi. Jika keluarga ku dulu telah membuang ku seperti sampah maka aku harus membuktikan nya jika yang anak yang mereka anggap sampah kini telah menjadi manusi yang sukses dan berpendidikan tinggi.
Ibu tidak ingin aku larut dalam keterpurukan karena ibu telah meninggal kan ku seorang diri untuk selamanya. Dan kata ibu aku tak perlu khawatir karena ibu selalu bersamaku.
Aku tiba-tiba terbangun dari mimpiku dan menangis tersedu-sedu. Benar kata ibu aku tak boleh seperti ini terus menerus. Aku harus bangkit dari keterpurukan ku. Aku harus bisa menunjukkan dan membuktikan pada keluarga yang telah membuang ku bahwa aku yang mereka anggap sampah bisa bernilai dan berguna di mata orang lain.
Aku menangis sekencang-kencangnya untuk mengeluarkan semua beban yang mengganjal di dalam hatiku agar aku bisa lega dan siap menghadapi kenyataan hidup yang sebenarnya sudah ada di hadapanku.
Jika aku di anggap sampah oleh keluarga ku minimal aku tak boleh mengecewakan seorang ibu yang selama ini telah membesarkan ku dengan penuh kasih sayang. Aku harus membuatnya bangga padaku karena kasih sayang yang telah ia berikan padaku dengan tulus.
Tidak semua orang bisa seberuntung aku. Bahkan aku merasa aku adalah orang yang paling beruntung di antara mereka yang beruntung.
Yah, aku harus bangkit dari keterpurukan ku selama ini. Aku tak boleh mearatapi semuanya, aku harus bangkit. Karena hidup bukan untuk di ratapi tapi di jalani. Dan semua ini karena seorang ibu yang telah memberikan ku kasih sayang tanpa ada henti-hentinya dengan sebuah ketulusan di dalam hatinya yang paling dalam.
Ketika esok aku terbangun, aku harus lebih bersemangat lagi untuk menghadapi kenyataan kehidupan ini, aku harus menerobos angin yang akan menerpaku untuk membuat ku terjatuh. Aku harus lebih kuat dan tegar menghadapi semua kenyataan ini.
Karena jika bukan sekarang aku memulai kehidupan ku yang baru kapan lagi. Waktu tak mungkin menungguku, aku harus mengejar waktu agar aku tak melawat kan sedikit pun waktu dengan sia-sia.
Aku beranjak dari tempat tidur untuk membasuh wajahku dan minum segelas air putih lalu aku melanjutkan tidurku. Aku tak ingin melewatkan pagi yang mengantarkan sang mentari untuk menyapaku dengan harapan baru, semangat baru dan kehidupan baru. Aku harus berjuang di atas kaki ku sendiri tanpa menengok ke belakang.
Hal itu yang memang di inginkan oleh ibuku. Aku harus menjadi wanita tegar dan siap menghadapi berbagai macam rintangan dalam kehidupan. Nasehat ibuku selalu ku pegang teguh untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari siapapun.
Aku tak boleh rapuh hanya karena ke egoisan hatiku. Aku tak boleh goyah hanya karena alasan tak sanggup. Aku harus sanggup dan bisa menghadapi semua kenyataan ini meski pahit sekalipun, aku harus tetap berdiri tegar di atas kaki sendiri demi ibu yang selalu tulus menyayangi ku.
Hari ini aku berencana untuk mencari sebuah lowongan pekerjaan di salah satu situs internet. Selang beberapa saat aku mencari lowongan kerja, akhirnya aku mendapatkan nya. Aku mencoba untuk membuat persyaratan yang telah di tentukan oleh perusahaan tersebut dan kemudian mengantarkannya. Saat hendak di interview, dari kejauhan aku melihat sosok lelaki yang sangat mirip dengan ayahku. Aku melihat ayah yang sedang bergandengan tangan dengan seorang wanita muda. Aku memutuskan untuk menghampiri nya dan bertanya mana ibu. Tapi, berhubung aku telah di panggil oleh resepsionis untuk di interview maka kesempatan untuk berkomunikasi setelah sekian lama dengan ayah gagal. Sepertinya ada sesuatu besar yang telah terjadi antara ayah dan ibu. Ah sudahlah, aku harus konsen dengan interview ku yang pertama kali, aku tidak boleh membebankan pikiranku dengan hal lain. Bukankah mereka te
Sudah lama aku menunggu hasil dari interviewku tapi belum juga ada kabar sama sekali. Mungkin aku harus melanjutkan studiku saja di perguruan tinggi dan mungkin jurusan yang cocok buatku adalah psikologi. Entah mengapa aku sangat suka tentang psikologi manusia. Mungkin jurusan ini berguna untkku kedepannya.Aku harus menyusun segala keperluanku untuk mendaftarkan diri di perguruan tinggi, semoga saja aku dapat diterima.Sebelumnya aku harus cari tau tentang universitas yang akan masuki untuk mengetahui apakah aku dapat nyaman di universitas tersebut atau tidak, karena menurutku kenyamanan adalah hal yang penting agar aku betah untuk belajar di tempat itu.*****Malam ini senja kembali menyapaku penuh hangat, seolah senja itu akan memberiku kabar yang membuat aku senang atau malah sebaliknya. Tapi aku harap senja itu memngantarkan kabar baik untukku walau hanya sekali saja.Aku me
Beberapa hari kemudian aku mulai jalan untuk mengurus pendidikanku untuk masuk di salah satu universitas. Dan aku hanya bisa berusaha agar bisa di terima di universitas tersebut sambil aku menunggu hasil dari interview, kali aja aku dapat di terima dari perusahaan tersebut untuk bekerja. Lumayan aku bisa membiayai kuliahku sendiri tanpa memakai tabungan yang telah ibu siapkan untukku, agar kelak aku bisa menggunakannya untuk hal yang berguna. ***** Hari ini cuaca di siang hari lumayan terik, membuat tenggorokanku sedikit kering. Setelah mengurus segala kelengkapan berkas kuliahku, aku menyempatkan waktu mampir di sebuah kedai sederhana untuk memuaskan dahaga hausku yang menggorogoti tenggorokan ku sejak tadi. Ketika aku berada di kedai tersebut aku belum menyadari ada sesuatu yang aneh namun setelah pesanan minumanku tiba, betapa terkejutnya aku ketika yang mengantarkan pesanan minumanku tersebut adalah salah satu
Hari ini tepat seminggu aku bekerja di perusahaan ini sebagai resepsionis. Dan kabar dari universitas itu belum ada sama sekali. Mungkin sudah jalannya aku harus bekerja dulu untuk mengumpulkan hasil demi masa depanku sesuai dengan niat awalku.Aku sangat menikmati hari- hariku bekerja di perusahaan ini. Dan sejauh ini aku tak menemukan ada kendala sama sekali. Aku begitu bersemangat mengerjakan pekerjaanku, meski begitu sebenarnya ada sedikit yang menggangguku. Dan hal itu adalah wanita yang kulihat bersama ayah tempo hari saat pertama kali aku ke perusahaan ini untuk mengantar lamaran kerja. Wanita itu sekantor denganku, dan yang membedakan adalah sebuah jabatan. Ia adalah sekretaris bos di perusahaan ini. Akupun tak ingin memperkenalkan diri atau menceritakan semuanya tentang keluargaku padanya dan akupun tak ingin ia mengetahuinya bahwa aku adalah anak lelaki yang ia temani untuk berkencan.Di kantor tempatku bekerja aku benar- benar foc
Tak terasa aku bekerja sudah sebulan di perusahaan tersebut. Wanita simpanan ayah yang yang bekerja sebagai sekretaris bos di kantor sudah mulai menunjukan sikap aslinya yang mulai menyebalkan. Dan aku tetap tidak memperdulikannya. Ia berusaha membuatku jengkel karena ia selalu mencari sela dalam diriku untuk berbicara dengan dekat, tapi aku tak pernah memberikannya peluang karena aku tau siapa dia sebenarnya.Beberapa rekan kerjaku memang berusaha mendekatiku untuk berteman denganku tapi entah mengapa aku tak sembarang ingin mempercayai seseorang untuk berteman denganku. Aku rasa tidak nyaman saja meski aku sudah mencobanya berkali- kali tapi rasa ketidaknyamanan itu selalu datang lebih awal dari pada kenyamanan. Terlebih lagi rekan kerja lawan jenisku. Mereka tak ku beri peluang sama sekali sebab aku memang tak berfokus pada hal lain. Aku sudah enjoy dengan kesendirianku, intinya aku di perusahaan ini hanya untuk bekerja bukan untuk berfokus pada hal lain.
Malam yang kelam membuatku kembali merenungkan apa yang pernah telah terjadi kepadaku, seolah hatiku ingin melakukan sesuatu yang sangat besar dan membuat mereka yang telah membuangku akan terkejut dengan sesuatu besar itu.Aku masih memikirkan tindakan atau langkah apa yang akan aku lakukan untuk membalas seluruh kepedihan sejak mereka membuangku kejalanan.Mungkin suatu saat aku akan belajar tentang strategi apa yang akan aku lakukan, mungkin mulai dari mempelajari psikolog seseorang agar aku dengan muda mempermainkan psikologi mereka. Jika secara fisik mungkin akan bentrok karena karakter mereka semua sama yaitu sama- sama keras yang tak berfaedah. Jadi mungkin secara psikologi mereka yang akan aku serang, karena menurutku akan lebih menyakitkan jika mereka merasakan kepedihan yang amat pedih jika hati yang paling terdalam mereka yang aku serang.Target utamaku adalah ayah dan mama, kemudian selanjutnya adalah kedua k
Hari demi hari kulalui dengan hal- hal yang menurutku mungkin memang monoton. Aku harus mengubah ritme hidupku, aku tak boleh seperti ini. Dalam kehidupanku paling tidak ada sedikit perubahan yang ku lakukan. Tapi aku memulainya dari mana! Meski awalnya aku bingung, tapi aku berusaha belajar dari hal- hal kecil. Memang sulit tapi sudah seperti itulah yang harus aku lakukan agar hidupku sedikit lebih berwarna.*****Tekanan demi tekanan yang aku dapatkan di lingkungan pekerjaanku, tidak hanya pada teman- teman kantor tapi tekanan pada pekerjaan dan salah satunya adalah bosku sendiri. Ia berusaha mencari- cari kesalahan di dalam pekerjaanku. Meski aku mengerjakan semua pekerjaanku dengan baik, tapi selalu saja diantara teman- teman kantorku tersebut berkonspirasi agar pekerjaan yang akan ku setor pada bos perusahaan berantakan. Tapi untung saja aku selalu mendapatkan bukti bahwa itu adalah salah satu ulah orang kantor yang memang berkonspirasi
Hari-hari aku menjalani hidupku dengan sendiri. Hingga suatu saat aku bertemu dengan orang yang membuatku benar- benar nyaman. Nyaman ketika aku bertatapan dengannya, nyaman ketika aku mendengar suaranya. Tapi aku tetap dengan pendirianku bahwa aku tak butuh siapapun dalam hidupku saat ini, karena aku sudah terbiasa dengan kesendirianku sejak ibu pergi meninggalkanku untuk selama- lamanya.Orang itu berusaha mendekatiku, tapi tetap saja aku berusaha pada pendirianku meski ia berusaha semaksimal mungkin. Bagaimana caranya aku dapat melunturkan pendirian yang selama ini aku tananmkan pada diriku hanya karena lelaki yang mungkin ia membuatku nyaman hanya sesaat saja.Aku bekerja dengan begitu keras, sehingga aku tak memperdulikan lagi tekanan demi tekanan di dalam kantorku. Bahka sekretaris simpanan ayahpun berusaha untuk mengambil perhatian pria yang telah membuatku nyaman.Pria itu adalah seorang manager baru di kantorku,