Share

SEBUNGKUS MIE INSTAN
SEBUNGKUS MIE INSTAN
Penulis: Muninggar88

1. Tabiat

SEBUNGKUS MIE INSTAN. 1

Karena dibutakan cinta hidupku jadi menderita. Hari-hariku diwarnai dengan pilu dan nestapa. Penyesalanku karena mengabaikan perkataan orang tua. Malu yang akhirnya aku rasa. Cinta yang dijanjikan nyatanya neraka yang kudapatkan.

Aku dicintai hanya untuk dimanfaatkan. Dendam adalah alasan kenapa ia enggan untuk melepaskan aku.

Semakin aku tersiksa. Semakin ia bahagia.

Aku bertahan hanya demi menyelamatkan putraku yang dijadikan oleh suamiku sebagai senjata untuk menaklukkan aku.

**

"Sekar mana sarapanku!" suara melengking terdengar menyebut nama ini. Iya, suara itu adalah suara suamiku, mas Jimmy pria yang sudah menghalalkan aku selama lima tahun ini.

"Iya, Mas sebentar. Aku masih goreng telur." jawabku sedikit berteriak.

Rutinitas pagi sebagai seorang istri aku jalani dan mencoba untuk melakukan dan memberikan yang tebaik untuk keluargaku.

Seperti sekarang ini. Saat aku diburu oleh waktu antara pekerjaan rumah dan juga pekerjaan di kantor. Iya, tugasku ganda. Tidak hanya sebagai seorang ibu rumah tangga yang harus mengurus rumah, tetapi aku juga lah yang menjadi kepala rumah tangga.

Aku bangun sedikit lebih telat karena ada pekerjaan yang harus aku selesaikan semalaman suntuk dan harus diserahkan untuk presentasi hari ini juga.

Aku kewalahan tapi tidak ada orang yang bisa aku mintai tolong.

"Awas! Goreng telurnya tiga saja. Kemarin ibu beli satu kilo. Awas kalau sampai telur yang ada di lemari pendingin berkurang lebih. Ibu sudah beliin kamu mie instan rebus ada di lemari piring bagian atas." Aku tersentak karena tiba-tiba saja mas Jimmy sudah berada di sampingku.

Iya, suamiku itu sedang mengontrol istrinya. Dia takut jika aku tidak mengikuti perintahnya. Takut aku sebagai perempuan ini bersikap boros.

Harus aku yang takut. Tapi ini terbalik. Ingin melawan tapi entah kenapa aku tidak bisa seolah ada yang mencegahku untuk melawan perintah dan juga keinginan dari suamiku ini.

Aku Sekar Arum 29 tahun. Seorang istri dan sekaligus ibu dari satu orang anak. Aku merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Aku terlahir dari keluarga berkecukupan hingga tidak pernah selama umur hidupku aku merasakan kekurangan. Tapi semua itu harus aku tinggalkan demi mengejar cintaku pada mas Jimmy, suamiku.

**

"Nanti aku jemput pulangnya. Sudah kamu cepat masuk. Nanti telat bisa-bisa kamu kena potong gaji. Rugi aku." Tugas suamiku setiap hari adalah mengantar dan menjemput aku di tempat kerja. Mobil yang aku beli sedari aku belum menikah dengannya kini telah berpindah tangan menjadi milik dan atas namanya. Mobil lamaku sengaja aku jual untuk membeli mobil baru dengan keluaran terbaru pula. Meskipun kredit yang terpenting aku bisa menuruti keinginan suami dan juga ibu mertuaku.

"Sekar!" panggilnya sedikit keras karena aku sudah melangkah sedikit jauh dari mobil yang tadi aku tumpangi.

"Iya, Mas." Aku sedikit berlari mendekati mobil yang didalamnya ada suamiku.

"Hari ini kamu gajian akhir tahun kan? Dapat bonus juga kan? Awas saja kalau sampai aku cek jumlahnya masih sama seperti bulan kemarin." ancamnya.

Selama berkerja uang gajiku seluruhnya dipegang oleh suamiku. Bahkan ATM milikku pun ada di tangannya. Aku yang bekerja aku juga yang merengek kepadanya jika menginginkan sesuatu.

Aku yang bertugas mencari uang. Tetapi justru aku yang mirip seperti pengemis karena selaku meminta-minta pada suamiku terlebih dahulu dan tidak semuda itu aku mendapatkan hak yang selayaknya menjadi milikku.

"Bagaimana ceritanya. ATM ku kan, Mas yang pegang. Aku mana tahu. Mas kan bisa cek sendiri. Sudah aku sudah hampir telat." Aku segera berlari untuk segera masuk ke dalam gedung bertingkat tempatku selama hampir tuju tahun ini mencari nafkah.

"Kar, kamu kok betah hidup sama keluarga monster. Sudahlah benalu tidak tahu diri pula." Kedatanganku disambut oleh Ani rekan satu kantor dan juga tetangga di cluster tempat aku mengontrak rumah.

"Ya, bagaimana lagi. Aku gak bisa lepas dari mereka gitu aja. Entah ada yang aneh sama diriku sendiri, An. Aku itu gak bisa melawan mereka. Bukan karena takut. Tapi memang gak bisa saja."

"Jangan-jangan kamu itu sengaja diguna-guna sama suami kamu," celetuk Ani begitu saja.

Aku menoleh ke arahnya. "Kamu jangan ngawur. Mana ada jaman sekarang pakaian ilmu-ilmu kaya gitu. Ngaco kamu, An.

Aku duluan ya, sudah ditunggu diruang rapat." Usai berpamitan pada Ani. Aku segera meninggalkannya dan sedikit berlari kecil agar cepat sampai di ruang rapat.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status