Sakit yang mendera sekujur tubuh bercampur menjadi satu. Bahkan sekedar menghirup udara untuk bernapas pun aku sangat kesulitan. Pengelihatan ku mulai gelap entah ini pertanda aku sudah berada di dunia lain ataukah masih berada di dunia ini.
Untuk bisa sekedar mengingat sang pencipta bahkan aku kesulitan. Lupa apa yang dulu sudah menjadi kebiasaan.Tubuhku seperti mati rasa. Namun aku bisa sedikit merasakan jika tubuhku ini terasa ditarik dan benar saja beberapa detik kemudian aku merasakan dingin di sekujur tubuhku. Iya rasa dingin yang membuat aku seketika terlonjak dan kembali ke kesadaran semua ternyata aku sudah berada di kamar mandi. Aku sengaja diseret ke dalam kamar mandi dan tanpa belas kasihannya ternyata pelaku penyeretan itu adalah suamiku sendiri. Laki-laki yang seharusnya memberikan perlindungan dan memberikan kenyamanan pada pasangannya justru makhluk itulah yang menciptakan neraka dan ketakutan pada pasangannya."Siram saja biar tahu rasa perempuan s**l ini. Mau pura-pura biar lepas dari tanggung jawab!" sayup-sayup telinga ini masih mendengar umpatan dari mulut ibu mertuaku."Sakit, Mas," rintih ku. Sekali lagi ia menarik kuat rambutku.Hap!Hap!"Tol ... ong!" Aku berusaha berteriak namun suaraku tertahan.Hap!Hap!Selang beberapa detik kepalaku sudah masuk ke dalam bak mandi.Tanganku coba meronta untuk mencari pegangan agar bisa menahan.Aku hampir kehabisan napas karena tenaga mas Jimmy sangat kuat."Ingat! Sampai sekali lagi kamu melakukan kesalahan, kamu mengecewakan aku dan ibuku maka bukan tidak mungkin aku bisa melakukan yang lebih dari ini!" ancam suamiku dan sekali lagi ia mendorong kuat tubuhku hingga membentur dinding kamar mandi."Jangan kasih makan! Biar tahu rasa. Suruh istrimu ini tidur di belakang jangan biarkan dia masuk." Sudut mataku perih hingga mataku tidak bisa terbuka sepenuhnya, namun aku masih sedikit bisa melihat cahaya dan terlihat langkah ibu mertuaku yang mulai tinggalkan aku yang kesakitan dan kedinginan ini."Cepat berdiri kamu!" sentak suamiku sambil sedikit mendorong tubuhku dengan kakinya.Aku gelagapan tanganku meraba-raba mencoba mencari pegangan. Beberapa saat kemudian aku kembali tersungkur karena tubuh yang tidak seimbang juga karena kondisi lantai yang licin."Buruan! Aku juga mau tidur. Bukan cuma ngurusi kamu!" Lagi-lagi ia menghardik ku.Semakin ia menghardik semakin aku tahu siapa pria yang sudah aku pilih dan rela meninggalkan orang tua, keluarga yang menyayangi ku serta kemewahan hidup yang aku dapatkan dari orang tuaku.**"Aku berjanji, aku akan selalu ada untuk kamu.""Tapi, maaf, Mas. Sekar gak bisa. Selama ini Sekar menganggap jika hubungan kita tidak lebih dari seorang penumpang dan pengemudi." Karena tidak menyakiti hati orang lain dan aku juga tidak mau mengorbankan perasaanku karena memang aku tidak pernah ada rasa dengan dirinya.Iya, ma Jimmy tidak lagi seorang pengemudi online yang sudah menjadi langganan ku setelah sebuah kecelakaan kecil yang membuatku sedikit merasa ada trauma untuk membawa kendaraan sendiri. Jarang memang karena biasanya ada supir pribadi yang mengantar kemana pun aku mau, terlebih karena aku juga pernah kenal dia sebelumnya. Iya, kami adalah teman satu sekolah saat sekolah dasar. Ketika mas Jimmy duduk di kelas 6 sementara aku adalah adik kelasnya yakni duduk di kelas 3."Tapi aku cinta sama kamu Sekar. Aku sudah telanjur menganggap selama ini kamu juga merasakan apa yang aku rasakan.""Tapi, maaf, Mas. Sekar memang benar-benar tidak ada rasa sama mas Jimmy selama ini. Selain itu juga, Sekar masih ingin melanjutkan pendidikan Sekar demi mewujudkan cita-cita Sekar." Aku berusaha untuk tidak menyakitinya dan juga memberikannya pengertian dengan hati-hati. Karena jujur saja aku benar-benar tidak mempunya perasaan lebih kepadanya.Semenjak kejadian suamiku menyatakan perasaannya kepadaku, namun hasilnya tidak sesuai dengan apa yang ia inginkan. Sejak saat itu ia tidak pernah lagi menampakkan diri di hadapanku.Hingga suatu ketika, aku baru saja selesai menyelesaikan S2 ku di negeri orang karena aku mendapatkan beasiswa. Tiba-tiba saja satu hari setelah kedatanganku ke tanah kelahiranku. Mas Jimmy tiba-tiba saja datang bersama dengan ibunya dan mengutarakan niatnya untuk meminang ku. Tapi sayangnya lagi-lagi keinginan mas Jimmy dan juga ibunya ditolak langsung oleh kedua orang tuaku. Selain karena keluarga kami yang tidak sekufu juga karena keinginan kedua orang tuaku yang menginginkan agar anak-anak mereka bisa menikmati masa mudanya dan juga menerapkan ilmu yang didapat untuk mendapatkan pengalaman pekerjaan juga pengalaman hidup.**"Perempuan itu jangan sampai lepas, Jim. Biar dia rasakan sakit hati kita karena ulah dia dan juga keluarganya. Untung saja kita ada kenalan orang pintar yang bisa bantu kita buat kamu bisa dapatin itu perempuan. Kalau kamu tidak bisa menjadi salah satu pewaris dari keluarga H. Syakur. Maka, putrinya itu yang harus kita jadikan dan manfaatkan sebagai mesin ATM kita.""Mas, jangan lupa. Waktunya berbahagia lagi kamu harus balik ke rumah Ki Ageng. Kamu cari alasan gimana kek sama istrimu itu. Dari pada nanti terlambat yang berakibat hilangnya pengaruh guna-guna itu, kan malah tambah berabe. Kita sendiri nanti yang rugi. Kita bisa kehilangan tambang uang kita. Selama ini kita bisa hidup enak tanpa bersusah payah karena perempuan b**oh yang sok kaya dan berpendidikan itu. Biar tahu rasa dia dijadiin sapi perah sama keluarga kita.""Iya, aku juga gak lupa. Besok habis pulang ngantar Sekar kerja saja aku berangkatnya. Kalian juga hati-hati ngurus si Yusuf jangan sampai anak itu lepas dari tangan kita."Aku mengepalkan kedua tanganku. Apa aku tidak salah dengar dengan apa yang baru saja keluarga ja****m ini bicarakan. Apa maksud mereka? Jadi selama ini aku hanya dimanfaatkan sebagai alat pelampiasan dendam mereka. Dan apa yang terjadi pada diriku dan juga yang pernah dan sering disampaikan oleh Ani adalah benar adanya. Aku sedang tidak baik-baik saja.Aku masih ingat ucapan Ani. Aku harus bisa melepaskan diri dari keluarga terkutuk ini. Aku harus kuat dan aku harus bisa mengambil putraku dari tangan mereka. Aku harus segera lepas dari pengaruh ja***am keluarga ini. Aku harus kuat. Aku harus bisa segera keluar dari tempat ini.Untung saja aku masih bisa mendengar apa yang sedang mereka bicarakan. Aku bermaksud mencari alas untuk tidur di belakang. Dsn ketika aku melewati kamar yang ditempati oleh ibu mertua akhirnya aku bisa mendengar dengan jelas rahasia busuk mereka di belakangku."Yusuf, maafkan Mama, nak. Mama janji setelah Mama bebas dari tempat terkutuk ini Mama juga akan segera menjemputmu," bisik ku untuk menguatkan hati ini.Beberapa tahun kemudian."Mas, kamu nggak narik hari ini?" Maya menghampiri Jimmy, pria yang sudah dua tahun ini menikahinya."Aku nariknya siangan saja, May," jawab Jimmy yang masih memeluk bantalnya. "Mas kamu jangan malas-malasan, Mas. Aku bentar lagi juga mau lahiran." Maya masih terus membujuk suaminya untuk bekerja. Seperti biasa, Jimmy terkadang menjadi pria yang bertanggung jawab tak jarang juga ia menjadi pria pemalas yang menyebalkan.Awal cerita pertemuan Jimmy dan Maya, keduanya di pertemukan di sebuah warung makan pinggir jalan yang mana warung tersebut adalah milik Maya.Maya merupakan seorang janda dengan dua orang anak yang ditinggal mati oleh suaminya.Semenjak kepergian Bu Wati sudah tidak ada lagi yang mengurusi urusan makanan Jimmy. Karena hanya tinggal seorang diri. Jimmy lebih memilih membeli makanan matang dan langsung menyantapnya."Iya bawel. Aku masih ngantuk. Sudah sana kamu urusi warung kamu jangan malah kamu tinggal-tinggal." Jimmy justru mengusir istriny
Bu Wati terus meratapi kepergian dari putrinya tersebut. Hingga waktu begitu cepat berlalu.Enam bulan sudah Bu Wati menjalani hari-harinya di lembaga pemasyarakatan dan bertepatan pula dengan empat puluh hari kepergian sang putri akhirnya ia dibebaskan dan bisa menghirup udara bebas.Bu Wati bingung harus kemana. Untuk menemui Jimmy pun ia hanya diberikan waktu yang terbatas. Bu Wati melihat kejanggalan pada putranya itu. Jimmy nampak seperti kehilangan semangat hidupnya. Tubuh putra sulungnya itu nampak lebih kurus dengan rambut yang dicukur plontos."Jihan, kenapa kamu ninggalin ibu," desis Bu Wati sambil mengelus baru nisan bertuliskan nama putrinya di atas sana. Jihan sengaja dimakan di pemakaman umum.Wanita paruh baya itu terus menghapus air matanya yang mengalir di atas pipinya.Bu Wati masih berpikir mencari tempat singgah untuk dirinya karena jika harus menunggu dan berharap pada Jimmy ia harus masih menunggu lama. Sedangkan dia juga harus berjuang untuk bertahan hidup.Ber
"Mata kamu gak lihat!" bentak Bu Wati sambil melotot ke arah piring yang sudah tergeletak di atas lantai dan kesal karena makanan jatah untuknya jatuh berserakan."Makanya jalan yang hati-hati. Sudah tua sih, jadi susah gerak cepat. Di sini di tuntut serba cekatan bukannya lemot, Nek!" cibir perempuan yang sudah sengaja menyenggol Bu Wati."Nek ... nek ... kamu kira aku nenek kamu!""Aku juga ogah punya nenek mirip Mak lampir.""Bu, ayo jangan cari ribut. Ini makannya sama aku saja. Nanti malah kita tambah susah kalau ibu terus melawan." Jihan berusaha memberikan pengertian pada ibunya agar mereka lebih untuk memilih mengalah dari pada memperpanjang urusan."Ibu kesal. Masa iya mereka itu yang sengaja nyenggol tangan ibu buat piring ibu itu jatuh." Bu Wati kesal dan belum bisa terima. Jihan masih terus berusaha membujuk ibunya agar memilih untuk menghindari para pembuat onar. Jihan menarik ibunya untuk menepi agar berjarak dengan mereka-mereka yang sengaja ingin membuat rusuh.**"He
Atas segala yang sudah dilakukan itu Jimmy dan keluarganya, kini mereka telah mendapatkan hukuman dari pengadilan. Hakim telah menjatuhi vonis kasus KDRT, tindakan kurang menyenangkan dalam hal melakukan guna-guna pada Sekar yang membuatnya berada di luar kesadaran, juga atas tuduhan tindaka penculikan anak. Jimmy mendapatkan hukuman kurang lebih lima belas tahun kurungan penjara. Sementara Bu Wati dan juga Jihan hanya mendapatkan hukuman ringan yakni kurungan penjara selama enam bulan."Tidak! Kami tidak bisa terima!" jerit histeris Bu Wati setelah mendengar putusan dari hakim. "Sekar! Ini semua karena kamu! Aku sumpahi hidupmu tidak akan bahagia! Keluarga mu akan hancur dan bangkrut agar kalian bisa merasakan hidup menderita!" sumpah serapah Bu Wati teriakkan sebelum dirinya dibawa oleh dua polisi perempuan yang bertugas."Kamu yang kejam dan kamu yang tidak punya perasaan. Sumpah ibu tidak akan pernah berlaku kecuali semua berbalik pada keluarga ibu sendiri." Sekar sama sekali ti
Polisi akhirnya berhasil masuk ke dalam rumah namun nihil, mereka tidak mendapati keberadaan Yusuf, bayi dua tahun tersebut berada di rumah itu."Kosong. Tidak ada bayi ataupun anak kecil yang dimaksud." Ucapan dari salah satu polisi yang baru saja selesai memeriksa ke dalam rumah tersebut membuat Bu Wati dan juga Jimmy saling menatap. "Bagaimana bisa? Sudah dicari ke seluruh ruangan?" "Sudah, Ndan. Tapi memang tidak ada. Kosong.""Pak pasti dibawa lari salah satu dari mereka," sahut Sekar yang tiba-tiba saja sudah datang bersama dengan kakak dan juga Abi-nya."Masih ada satu lagi anggota mereka. Perempuan usianya dua puluhan," lanjut Sekar memberikan keterangan."Baik. Kami akan segera melakukan pencarian dan pengejaran." Rona kekhawatiran nampak di wajah Bu Wati dan juga Jimmy."Sekar apa-apaan kamu?" sentak Jimmy yang masih dalam pengawasan polisi."Kamu yang apa-apaan. Kamu tega menculik darah daging kamu hanya untuk kamu tukar dengan uang! Dasar kalian mata duitan. Mau hidup se
"Sekar kamu mau kemana?" tanya Bu Siti, Uminya Sekar yang melihat putrinya terburu-buru untuk segera keluar rumah. "Umi, pak Totok baru saja ngabarin kalau si Ida pingsang di tengah jalan," terang Sekar dengan rona penuh kekhawatiran."Terus si Yusuf-nya bagaimana? Ida kan tadi keluar sambil ngasuh si Yusuf?" Bu Siti tidak kalah khawatirnya dengan sang putri."Pak Totok masih cari Yusuf di bantu beberapa warga, Mi. Mas Adam dan Abi juga sudah meluncur ke jalan setelah dikabari juga sama pak Totok.""Umi mau ikut kamu Sekar. Umi juga kepingin lihat kondisinya si Ida."***"Apa kamu gak ketahuan, Jim?" Bu Wati segera mengambil alih Yusuf yang tertidur dalam gendongan Jimmy."Gak ada, Bu. Pas tadi suasana lagi sepi. Gak sia-sia Jimmy pulang-pergi ke sana buat bisa baca situasi.""Untung saja, Jim. Ibu dari tadi sudah khawatir banget sama kamu. Mana sekarang kamu gak bisa dihubungi." Ponsel keluaran terbaru milik Jimmy sengaja ia jual untuk bisa menyambung hidup. Untuk kembali lagi ke ko