Share

5. Siksaan untuk Sekar

Sakit yang mendera sekujur tubuh bercampur menjadi satu. Bahkan sekedar menghirup udara untuk bernapas pun aku sangat kesulitan. Pengelihatan ku mulai gelap entah ini pertanda aku sudah berada di dunia lain ataukah masih berada di dunia ini.

Untuk bisa sekedar mengingat sang pencipta bahkan aku kesulitan. Lupa apa yang dulu sudah menjadi kebiasaan.

Tubuhku seperti mati rasa. Namun aku bisa sedikit merasakan jika tubuhku ini terasa ditarik dan benar saja beberapa detik kemudian aku merasakan dingin di sekujur tubuhku. Iya rasa dingin yang membuat aku seketika terlonjak dan kembali ke kesadaran semua ternyata aku sudah berada di kamar mandi. Aku sengaja diseret ke dalam kamar mandi dan tanpa belas kasihannya ternyata pelaku penyeretan itu adalah suamiku sendiri. Laki-laki yang seharusnya memberikan perlindungan dan memberikan kenyamanan pada pasangannya justru makhluk itulah yang menciptakan neraka dan ketakutan pada pasangannya.

"Siram saja biar tahu rasa perempuan s**l ini. Mau pura-pura biar lepas dari tanggung jawab!" sayup-sayup telinga ini masih mendengar umpatan dari mulut ibu mertuaku.

"Sakit, Mas," rintih ku. Sekali lagi ia menarik kuat rambutku.

Hap!

Hap!

"Tol ... ong!" Aku berusaha berteriak namun suaraku tertahan.

Hap!

Hap!

Selang beberapa detik kepalaku sudah masuk ke dalam bak mandi.

Tanganku coba meronta untuk mencari pegangan agar bisa menahan.

Aku hampir kehabisan napas karena tenaga mas Jimmy sangat kuat.

"Ingat! Sampai sekali lagi kamu melakukan kesalahan, kamu mengecewakan aku dan ibuku maka bukan tidak mungkin aku bisa melakukan yang lebih dari ini!" ancam suamiku dan sekali lagi ia mendorong kuat tubuhku hingga membentur dinding kamar mandi.

"Jangan kasih makan! Biar tahu rasa. Suruh istrimu ini tidur di belakang jangan biarkan dia masuk." Sudut mataku perih hingga mataku tidak bisa terbuka sepenuhnya, namun aku masih sedikit bisa melihat cahaya dan terlihat langkah ibu mertuaku yang mulai tinggalkan aku yang kesakitan dan kedinginan ini.

"Cepat berdiri kamu!" sentak suamiku sambil sedikit mendorong tubuhku dengan kakinya.

Aku gelagapan tanganku meraba-raba mencoba mencari pegangan. Beberapa saat kemudian aku kembali tersungkur karena tubuh yang tidak seimbang juga karena kondisi lantai yang licin.

"Buruan! Aku juga mau tidur. Bukan cuma ngurusi kamu!" Lagi-lagi ia menghardik ku.

Semakin ia menghardik semakin aku tahu siapa pria yang sudah aku pilih dan rela meninggalkan orang tua, keluarga yang menyayangi ku serta kemewahan hidup yang aku dapatkan dari orang tuaku.

**

"Aku berjanji, aku akan selalu ada untuk kamu."

"Tapi, maaf, Mas. Sekar gak bisa. Selama ini Sekar menganggap jika hubungan kita tidak lebih dari seorang penumpang dan pengemudi." Karena tidak menyakiti hati orang lain dan aku juga tidak mau mengorbankan perasaanku karena memang aku tidak pernah ada rasa dengan dirinya.

Iya, ma Jimmy tidak lagi seorang pengemudi online yang sudah menjadi langganan ku setelah sebuah kecelakaan kecil yang membuatku sedikit merasa ada trauma untuk membawa kendaraan sendiri. Jarang memang karena biasanya ada supir pribadi yang mengantar kemana pun aku mau, terlebih karena aku juga pernah kenal dia sebelumnya. Iya, kami adalah teman satu sekolah saat sekolah dasar. Ketika mas Jimmy duduk di kelas 6 sementara aku adalah adik kelasnya yakni duduk di kelas 3.

"Tapi aku cinta sama kamu Sekar. Aku sudah telanjur menganggap selama ini kamu juga merasakan apa yang aku rasakan."

"Tapi, maaf, Mas. Sekar memang benar-benar tidak ada rasa sama mas Jimmy selama ini. Selain itu juga, Sekar masih ingin melanjutkan pendidikan Sekar demi mewujudkan cita-cita Sekar." Aku berusaha untuk tidak menyakitinya dan juga memberikannya pengertian dengan hati-hati. Karena jujur saja aku benar-benar tidak mempunya perasaan lebih kepadanya.

Semenjak kejadian suamiku menyatakan perasaannya kepadaku, namun hasilnya tidak sesuai dengan apa yang ia inginkan. Sejak saat itu ia tidak pernah lagi menampakkan diri di hadapanku.

Hingga suatu ketika, aku baru saja selesai menyelesaikan S2 ku di negeri orang karena aku mendapatkan beasiswa. Tiba-tiba saja satu hari setelah kedatanganku ke tanah kelahiranku. Mas Jimmy tiba-tiba saja datang bersama dengan ibunya dan mengutarakan niatnya untuk meminang ku. Tapi sayangnya lagi-lagi keinginan mas Jimmy dan juga ibunya ditolak langsung oleh kedua orang tuaku. Selain karena keluarga kami yang tidak sekufu juga karena keinginan kedua orang tuaku yang menginginkan agar anak-anak mereka bisa menikmati masa mudanya dan juga menerapkan ilmu yang didapat untuk mendapatkan pengalaman pekerjaan juga pengalaman hidup.

**

"Perempuan itu jangan sampai lepas, Jim. Biar dia rasakan sakit hati kita karena ulah dia dan juga keluarganya. Untung saja kita ada kenalan orang pintar yang bisa bantu kita buat kamu bisa dapatin itu perempuan. Kalau kamu tidak bisa menjadi salah satu pewaris dari keluarga H. Syakur. Maka, putrinya itu yang harus kita jadikan dan manfaatkan sebagai mesin ATM kita."

"Mas, jangan lupa. Waktunya berbahagia lagi kamu harus balik ke rumah Ki Ageng. Kamu cari alasan gimana kek sama istrimu itu. Dari pada nanti terlambat yang berakibat hilangnya pengaruh guna-guna itu, kan malah tambah berabe. Kita sendiri nanti yang rugi. Kita bisa kehilangan tambang uang kita. Selama ini kita bisa hidup enak tanpa bersusah payah karena perempuan b**oh yang sok kaya dan berpendidikan itu. Biar tahu rasa dia dijadiin sapi perah sama keluarga kita."

"Iya, aku juga gak lupa. Besok habis pulang ngantar Sekar kerja saja aku berangkatnya. Kalian juga hati-hati ngurus si Yusuf jangan sampai anak itu lepas dari tangan kita."

Aku mengepalkan kedua tanganku. Apa aku tidak salah dengar dengan apa yang baru saja keluarga ja****m ini bicarakan. Apa maksud mereka? Jadi selama ini aku hanya dimanfaatkan sebagai alat pelampiasan dendam mereka. Dan apa yang terjadi pada diriku dan juga yang pernah dan sering disampaikan oleh Ani adalah benar adanya. Aku sedang tidak baik-baik saja.

Aku masih ingat ucapan Ani. Aku harus bisa melepaskan diri dari keluarga terkutuk ini. Aku harus kuat dan aku harus bisa mengambil putraku dari tangan mereka. Aku harus segera lepas dari pengaruh ja***am keluarga ini. Aku harus kuat. Aku harus bisa segera keluar dari tempat ini.

Untung saja aku masih bisa mendengar apa yang sedang mereka bicarakan. Aku bermaksud mencari alas untuk tidur di belakang. Dsn ketika aku melewati kamar yang ditempati oleh ibu mertua akhirnya aku bisa mendengar dengan jelas rahasia busuk mereka di belakangku.

"Yusuf, maafkan Mama, nak. Mama janji setelah Mama bebas dari tempat terkutuk ini Mama juga akan segera menjemputmu," bisik ku untuk menguatkan hati ini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status