Share

6. Sekar kabur

Author: Muninggar88
last update Last Updated: 2024-01-13 07:08:28

"Mas, Bu ...! Mbak Sekar gak ada!" Aku yang baru saja keluar dari dalam kamar dan berniat untuk mengecek keberadaan dari istriku ternyata dikagetkan terlebih dahulu oleh teriakan Jihan. Aku buru-buru menuju belakang rumah. Teras yang biasanya kami pergunakan untuk tempat jemur cucian dan tempat laundry.

"Mas, mbak Sekar gak ada." Melihat kedatanganku adik semata wayangku langsung menghampiri aku dengan raut penuh kekhawatiran. Bukan hanya Jihan. Aku tentu saja dibuat khawatir dengan kabar yang disampaikan oleh adikku ini.

"Gak ada bagaimana? Apa kamu sudah cari seluruh tempat?" tanyaku dengan nada panik. Aku meninggalkan Jihan dan mencari-cari Sekar di sekitar rumah.

Bisa gawat kalau Sekar benar jika dia memang kabur. Selain kekhawatiran ia menceriakan apa yang selama ini sudah aku dan keluargaku perbuat kepadanya pada orang lain. Juga ketakutan akan kehilangan tambang uang yang selama ini memberikan kenyamanan dalam hidupku dan juga keluargaku tanpa kekurangan satu apapun dan pastinya aku juga tidak perlu bersusah paya dan bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup kami sehari-hari.

"Ada apa pagi-pagi sudah ribut saja." Ibu menyusul. Ia baru saja keluar dari pintu dapur.

"Mbak Sekar kabur, Bu." Jihan menjawab pertanyaan ibu.

"Kabur bagaimana maksud kamu?" Bukan hanya aku dan Jihan yang dibuat panik. Kini ibuku sendiri juga mulai menampakkan kepanikannya.

"Kalian cari yang benar. Pokoknya jangan sampai perempuan itu lepas dan kabur. Ibu tidak mau kita hidup susah seperti dulu lagi." Suara ibuku syarat akan sebuah kekalutan.

Mendengar perintah ibu. Aku dan Jihan lekas berpencar untuk mencari keberadaan Sekar.

Aku yakin kalaupun ia nekat kabur pasti belum jauh dari rumah ini.

Sementara ibu dan Jihan mencari disekitar rumah. Aku sengaja keluar untuk mencari keberadaan Sekar di luar sana. Jam masih pagi. Mana mungkin Sekar nekat berangkat kerja sepagi ini.

Hampir dua kali aku mengitari kawasan cluster tempat beberapa tahun ini kami tinggali, sayangnya tanda-tanda akan keberadaan dari istriku itu tidak juga aku temukan. Aku hampir dibuat frustasi karena ulah Sekar. Apa mungkin dia marah karena kejadian kemarin? Aku melakukan itu juga karena ingin memberikan pelajaran pada dia lumrahnya seorang suami pada istrinya. Harusnya ia berpikir untuk tidak mengulangi kecerobohannya itu bukannya bersikap seperti anak kecil yang merajuk dan main kabur begitu saja. Ataukah ini seperti yang pernah dikatakan oleh Ki Ageng jika pengaruh guna-guna bisa hilang begitu saja kalau saja aku sampai telat datang untuk melakukan ritual perpanjangan pengaruh dari guna-guna itu. Tapi ini juga tidak mungkin karena aku masih ingat kalau ki Ageng meminta agar aku kembali datang tiga bulan terhitung dari kapan aku terakhir datang ke tempatnya dan itu masih satu Minggu lagi.

Niatku hari ini datang ke tempat Ki Ageng terpaksa harus aku urungkan untuk mencari keberadaan Sekar terlebih dahulu.

Ki Ageng, kalau bukan karena cintaku ditolak oleh Sekar mungkin aku tidak akan pernah kenal dengan orang pintar itu. Tapi entah bagaimana ceritanya ibuku bisa kenal dengan perempuan dengan tampilan kumuh dan juga badannya yahh sangat bau seperti tidak pernah mandi bertahun-tahun.

Aku dibawa ibu ke sebuah desa di salah satu kota di Jawa Timur karena sebelum pindah ke kota ini karena untuk menghilangkan jejak dari keluarga Sekar. Aku dan Sekar sama-sama berasal dari kota S.

Sekar adalah putri dari juragan besi tua yang cukup terkenal dan usahanya itu adalah usaha turun temurun yang bisa dilihat seberapa kaya keluarga dari mertuaku itu. Sayangnya mereka manusia rakus dah juga tamak. Mereka terlalu sombong dan memandang rendah orang lain yahh tidak setara dengan mereka. Maka jangan salahkan jika putri kesayangan mereka yang harus menanggung semua akibatnya.

Atas s saran dari ibuku. Aku dan beliau segera pergi ke tempat itu setelah kejadian penghinaan atas keluargaku oleh orang tua Sekar. Kedatanganku dan juga ibuku adalah dengan niat baik namun bukannya sambutan hangat seperti yang kami harapkan. Keluarga kaya itu justru menolak mentah-mentah lamaranku atas putri mereka.

Masa depan dan juga karir putrinya mereka jadikan alasan untuk penolakan saat itu. Maka jangan salahkan aku jika cara halus yang akhirnya aku dan keluargaku tempuh untuk mendapatkan Sekar.

Jika sebelumnya adalah landasan cinta sebagai dasar aku menginginkan Sekar. Maka semuanya berubah usai penghinaan itu terjadi. Aku tepat menginginkan Sekar sebagai pelampiasan atas rasa sakit keluargaku yang harus menanggung malu. Malu karena kami terlanjur menyebar kabar jika aku adalah calon suami sekaligus salah satu ahli waris dari usaha besi tua milik haji Syakur.

Berkat bantuan ki Ageng akhirnya aku bisa mendapatkan Sekar. Aku sengaja membuat Sekar menjadi pemberontak kepada orang tuanya. Aku dan ibuku berhasil mempengaruhi Sekar dan akhirnya aku bisa mendapatkan dia seutuhnya setelah berhasil membawanya kawin lari.

**

"Gimana, Jim, Sekar sudah ketemu?" Ibuku sudah menungguku di depan pintu lantas ia menanyakan keberadaan Sekar.

Aku menggeleng ke arahnya dan nampak mimik muka ibuku berubah merah padam antara kesal dan juga bercampur dengan kekhawatiran.

"Bagaimana kalau istrimu itu benar-benar kabur? Apa kamu sudah hubungi nomer si Sekar?"

Aku hampir lupa. Iya, Sekar punya ponsel dan semoga saja ia pergi beserta dengan ponsel miliknya. "Iya, Bu. Jimmy coba hubungin Sekar dulu. Semoga saja ia pergi dengan membawa ponsel miliknya.

Aku bergegas masuk dan diikuti oleh ibuku.

Segera aku masuk ke dalam kamar. Aku mencari benda pipi bergambar Apple digigit yang baru aku beli dua bulan lalu. Iya, ketika itu adalah hari ulang tahunku dan aku meminta dengan sedikit mengancam Sekar untuk membelikan ponsel untuk untukku. Aku tidak tahu dan juga tidak mau tahu bagaimana cara dia mendapatkan uang, secara ATM miliknya ada di tanganku.

Tut!

Tut!

Tut!

"Si*l!" umpat ku.

"Kenapa, Mas?" mimik wajah ibu dan adikku menampakkan kecemasan.

"Gak bisa. Nomer Sekar gak aktif."

"Dasar perempuan kurang ajar! Awas saja kalau sampai dia ketemu. Gak bakalan ibu kasih ampun itu anak!" Emosi ibuku meledak-ledak.

"Mas, Bu bagaimana kalau mbak Sekar sampai lapor ke polisi? Bukannya kemarin kalian sedikit keterlaluan menghajar Mbak Sekar? Bisa saja kan dia kabur karena sakit hati."

"Tutup mulut kamu, Jihan!" sentak ibuku pada adikku. Iya, seperti ada benarnya ucapan adik perempuanku ini.

"Kamu jangan bikin ibu tambah takut."

"Jim, cepat kamu cari dia di kantornya. Kalau perlu kamu cari sampai ke dalam dan seret dia biar tahu rasa. Ancam istrimu itu kalau dia tidak pulang jangan harap bisa ketemu lagi sama si Yusuf."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SEBUNGKUS MIE INSTAN    29. Akhir dari kisah Jimmy

    Beberapa tahun kemudian."Mas, kamu nggak narik hari ini?" Maya menghampiri Jimmy, pria yang sudah dua tahun ini menikahinya."Aku nariknya siangan saja, May," jawab Jimmy yang masih memeluk bantalnya. "Mas kamu jangan malas-malasan, Mas. Aku bentar lagi juga mau lahiran." Maya masih terus membujuk suaminya untuk bekerja. Seperti biasa, Jimmy terkadang menjadi pria yang bertanggung jawab tak jarang juga ia menjadi pria pemalas yang menyebalkan.Awal cerita pertemuan Jimmy dan Maya, keduanya di pertemukan di sebuah warung makan pinggir jalan yang mana warung tersebut adalah milik Maya.Maya merupakan seorang janda dengan dua orang anak yang ditinggal mati oleh suaminya.Semenjak kepergian Bu Wati sudah tidak ada lagi yang mengurusi urusan makanan Jimmy. Karena hanya tinggal seorang diri. Jimmy lebih memilih membeli makanan matang dan langsung menyantapnya."Iya bawel. Aku masih ngantuk. Sudah sana kamu urusi warung kamu jangan malah kamu tinggal-tinggal." Jimmy justru mengusir istriny

  • SEBUNGKUS MIE INSTAN    28. Penyesalan

    Bu Wati terus meratapi kepergian dari putrinya tersebut. Hingga waktu begitu cepat berlalu.Enam bulan sudah Bu Wati menjalani hari-harinya di lembaga pemasyarakatan dan bertepatan pula dengan empat puluh hari kepergian sang putri akhirnya ia dibebaskan dan bisa menghirup udara bebas.Bu Wati bingung harus kemana. Untuk menemui Jimmy pun ia hanya diberikan waktu yang terbatas. Bu Wati melihat kejanggalan pada putranya itu. Jimmy nampak seperti kehilangan semangat hidupnya. Tubuh putra sulungnya itu nampak lebih kurus dengan rambut yang dicukur plontos."Jihan, kenapa kamu ninggalin ibu," desis Bu Wati sambil mengelus baru nisan bertuliskan nama putrinya di atas sana. Jihan sengaja dimakan di pemakaman umum.Wanita paruh baya itu terus menghapus air matanya yang mengalir di atas pipinya.Bu Wati masih berpikir mencari tempat singgah untuk dirinya karena jika harus menunggu dan berharap pada Jimmy ia harus masih menunggu lama. Sedangkan dia juga harus berjuang untuk bertahan hidup.Ber

  • SEBUNGKUS MIE INSTAN    27. Musibah

    "Mata kamu gak lihat!" bentak Bu Wati sambil melotot ke arah piring yang sudah tergeletak di atas lantai dan kesal karena makanan jatah untuknya jatuh berserakan."Makanya jalan yang hati-hati. Sudah tua sih, jadi susah gerak cepat. Di sini di tuntut serba cekatan bukannya lemot, Nek!" cibir perempuan yang sudah sengaja menyenggol Bu Wati."Nek ... nek ... kamu kira aku nenek kamu!""Aku juga ogah punya nenek mirip Mak lampir.""Bu, ayo jangan cari ribut. Ini makannya sama aku saja. Nanti malah kita tambah susah kalau ibu terus melawan." Jihan berusaha memberikan pengertian pada ibunya agar mereka lebih untuk memilih mengalah dari pada memperpanjang urusan."Ibu kesal. Masa iya mereka itu yang sengaja nyenggol tangan ibu buat piring ibu itu jatuh." Bu Wati kesal dan belum bisa terima. Jihan masih terus berusaha membujuk ibunya agar memilih untuk menghindari para pembuat onar. Jihan menarik ibunya untuk menepi agar berjarak dengan mereka-mereka yang sengaja ingin membuat rusuh.**"He

  • SEBUNGKUS MIE INSTAN    26. Hukuman

    Atas segala yang sudah dilakukan itu Jimmy dan keluarganya, kini mereka telah mendapatkan hukuman dari pengadilan. Hakim telah menjatuhi vonis kasus KDRT, tindakan kurang menyenangkan dalam hal melakukan guna-guna pada Sekar yang membuatnya berada di luar kesadaran, juga atas tuduhan tindaka penculikan anak. Jimmy mendapatkan hukuman kurang lebih lima belas tahun kurungan penjara. Sementara Bu Wati dan juga Jihan hanya mendapatkan hukuman ringan yakni kurungan penjara selama enam bulan."Tidak! Kami tidak bisa terima!" jerit histeris Bu Wati setelah mendengar putusan dari hakim. "Sekar! Ini semua karena kamu! Aku sumpahi hidupmu tidak akan bahagia! Keluarga mu akan hancur dan bangkrut agar kalian bisa merasakan hidup menderita!" sumpah serapah Bu Wati teriakkan sebelum dirinya dibawa oleh dua polisi perempuan yang bertugas."Kamu yang kejam dan kamu yang tidak punya perasaan. Sumpah ibu tidak akan pernah berlaku kecuali semua berbalik pada keluarga ibu sendiri." Sekar sama sekali ti

  • SEBUNGKUS MIE INSTAN    25. Memancing emosi

    Polisi akhirnya berhasil masuk ke dalam rumah namun nihil, mereka tidak mendapati keberadaan Yusuf, bayi dua tahun tersebut berada di rumah itu."Kosong. Tidak ada bayi ataupun anak kecil yang dimaksud." Ucapan dari salah satu polisi yang baru saja selesai memeriksa ke dalam rumah tersebut membuat Bu Wati dan juga Jimmy saling menatap. "Bagaimana bisa? Sudah dicari ke seluruh ruangan?" "Sudah, Ndan. Tapi memang tidak ada. Kosong.""Pak pasti dibawa lari salah satu dari mereka," sahut Sekar yang tiba-tiba saja sudah datang bersama dengan kakak dan juga Abi-nya."Masih ada satu lagi anggota mereka. Perempuan usianya dua puluhan," lanjut Sekar memberikan keterangan."Baik. Kami akan segera melakukan pencarian dan pengejaran." Rona kekhawatiran nampak di wajah Bu Wati dan juga Jimmy."Sekar apa-apaan kamu?" sentak Jimmy yang masih dalam pengawasan polisi."Kamu yang apa-apaan. Kamu tega menculik darah daging kamu hanya untuk kamu tukar dengan uang! Dasar kalian mata duitan. Mau hidup se

  • SEBUNGKUS MIE INSTAN    24. Jihan berulah

    "Sekar kamu mau kemana?" tanya Bu Siti, Uminya Sekar yang melihat putrinya terburu-buru untuk segera keluar rumah. "Umi, pak Totok baru saja ngabarin kalau si Ida pingsang di tengah jalan," terang Sekar dengan rona penuh kekhawatiran."Terus si Yusuf-nya bagaimana? Ida kan tadi keluar sambil ngasuh si Yusuf?" Bu Siti tidak kalah khawatirnya dengan sang putri."Pak Totok masih cari Yusuf di bantu beberapa warga, Mi. Mas Adam dan Abi juga sudah meluncur ke jalan setelah dikabari juga sama pak Totok.""Umi mau ikut kamu Sekar. Umi juga kepingin lihat kondisinya si Ida."***"Apa kamu gak ketahuan, Jim?" Bu Wati segera mengambil alih Yusuf yang tertidur dalam gendongan Jimmy."Gak ada, Bu. Pas tadi suasana lagi sepi. Gak sia-sia Jimmy pulang-pergi ke sana buat bisa baca situasi.""Untung saja, Jim. Ibu dari tadi sudah khawatir banget sama kamu. Mana sekarang kamu gak bisa dihubungi." Ponsel keluaran terbaru milik Jimmy sengaja ia jual untuk bisa menyambung hidup. Untuk kembali lagi ke ko

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status