Share

4-KELUAR

Arggghh!

Aku merenyit kesakitan ketika pecahan-pecahan kaca itu aku injak, wajahku tak kuasa menahan rasa sakit ketika aku berlari ke arah kamar Ayu pada saat itu.

Aku panik, benar-benar panik, aku tidak memperdulikan kakiku yang kini berlumuran darah segar yang menetes ke lantai.

Suasana benar-benar terasa mencekam ketika aku berlari ke arah kamar, jarak yang seharusnya dekat pun terasa jauh, apalagi ditambah dengan rasa sesak yang aku rasakan, seperti sedang menembus beberapa orang yang saling berdesakan di ruangan yang kecil ini.

Aku berusaha sekuat tenaga untuk cepat sampai ke arah kamar, meskipun aku harus berjibaku dengan rasa sakit dan sesak yang aku rasakan sekarang.

Namun,

Ketika aku beberapa langkah lagi sampai ke depan kamar. Di balik sebuah tirai kamar yang terbuka, aku melihat seseorang yang sedang berdiri tegak dan memandang ke arahku.

Lampu kamar yang terang membuatnya seperti bayangan yang berdiri di pintu kamar dengan tirai yang tersibak.

Aku sontak berhenti, aku tak kuasa menahan rasa percayaku atas apa yang aku lihat pada saat itu. Karena, itu adalah Ayu, Ayu yang awalnya tertidur pulas setelah kepalanya aku elus kini berdiri dengan tatapan yang berbeda.

Sebuah sorot mata kebencian yang tidak mungkin diperlihatkan oleh anak seumuran Ayu kepada orang tuanya, sorot mata yang tajam, yang penuh akan aura hitam yang membuatku sedikit bergidik ketakutan.

Ingin sekali aku melangkahkan kakiku kembali dan mendekatinya pada saat itu. Namun anehnya, tubuhku terasa kaku. Ada tekanan yang besar yang membuatku tidak bisa bergerak.

Bahkan,

“…….”

Aku tidak bisa mengeluarkan suaraku sama sekali, beberapa kali aku membuka mulutku ketika memanggil namanya, namun tidak ada suara yang keluar.

Aku hanya bisa terdiam disana, melihat Ayu dengan tatapan yang menakutkan ke arahku pada saat itu.

Dia menatapku agak lama, dan aku tidak bisa berbuat apa-apa disana.

Hingga,

Tap, tap,

Ayu tiba-tiba memalingkan pandangannya dariku, dan berjalan secara perlahan keluar dari kamar.

Suasana benar-benar berubah ketika Ayu berjalan sekarang, dia seperti sedang digerakan oleh sesuatu yang tidak terlihat yang memaksanya untuk berjalan. Karena aku mendengar dengan jelas suara langkah kakinya yang kaku, bahkan terkesan dipaksakan sehingga menimbulkan bunyi tulang yang saling beradu di dalam tubuh Ayu.

‘Arghhhh kenapa aku tidak bisa menggerakan tubuhku pada saat ini?’

‘Aku yakin, itu pasti Satria yang masuk ke dalam tubuh Ayu, tapi kenapa, kenapa dia membawa tubuh Ayu berjalan keluar kamar?’ Pikirku.

Aku berusaha menggoyang-goyangkan tubuhku secara paksa, pikiran dan tubuhku mendadak tidak sinkron satu sama lain, aku memaksakan tubuhku agar bisa segera bergerak menyusul Ayu yang sedang berjalan ke arah dapur sekarang. Karena aku takut, akan ada sesuatu kepada Ayu apabila aku membiarkannya.

‘Ayolah, bergeraklah!’

‘Argggggghhhh!’

Butuh waktu agar aku bisa bergerak kembali, dengan rasa sesak di dada yang semakin terasa, juga rasa perih yang aku rasakan sekarang. Aku akhirnya bisa bergerak dan kembali melangkahkan kakiku untuk mendekati Ayu yang pada saat ini sudah hampir memasuki dapur.

“Ayuuuu, mau kemana Ayuuu?” kataku yang kini berteriak dan bisa mengeluarkan suara kembali.

Apa yang aku teriakan tampaknya tidak bisa membuat langkah Ayu terhenti, dia terus melangkah secara perlahan ke arah dapur. Entah apa yang dia akan perbuat kepada tubuh Ayu yang mungil itu, aku takut dia akan melakukan hal yang berbahaya sehingga membuat tubuh Ayu terluka.

Aku terus berlari mengejar Ayu, bahkan aku sempat memegang pundaknya dan berusaha menahannya agar dirinya tidak berjalan lagi pada saat itu.

Namun,

Tepat ketika aku memegang pundaknya, aku melihat dengan seksama, kepala Ayu yang tiba-tiba berputar dan menoleh ke arahku.

Aku menggelengkan kepala ketika aku melihatnya, karena kepalanya berputar sebanyak seratus delapan puluh derajat ke arahku, yang disertai dengan suara tulang leher yang saling beradu satu sama lain.

Wajah mungilnya kini berubah menjadi wajah yang menyeramkan, sorot matanya yang berubah menjadi sorot mata yang melotot tajam ke arahku. Senyumannya yang tiba-tiba berubah menyeringai, sehingga menambah kesan seram ketika aku melihatnya.

Wajah Ayu tampak tersenyum jahat kepadaku. Bahkan setelah dia memalingkan wajahnya, secara tiba-tiba dia berkata kepadaku dengan nada yang menakutkan, sebuah suara laki-laki yang menyatakan bahwa aku tidak boleh ikut campur dalam urusan ini.

“Kamu tidak boleh ikut campur Minah, ini adalah urusan aku dengan Ayu!”

Ayu berkata seperti itu dengan tekanan yang sangat gelap, seperti ada asap hitam yang menyelimuti tubuh Ayu yang membuatku tertekan.

Apalagi, dia menepis tanganku di pundaknya dengan sangat kuat oleh salah satu tangannya yang mungil itu

Bahkan, ketika dia mengangkat tangannya yang menepis tanganku. Aku yang berdiri disana tiba-tiba terhempas dengan sangat kuat, seperti ada sesuatu tekanan yang menghempaskanku sehingga tubuhku yang sedang berdiri ini tiba-tiba melayang dan menabrak dinding yang ada disana.

Braakkk

Arggghhh

Aku merintih kesakitan, rasa sakit di punggung akibat menabrak dinding kayu membuat tanganku reflek memegang punggungku pada saat itu. Dan pada saat yang bersamaan, kepala Ayu yang awalnya melihatku ke belakang kini kembali seperti semula, bahkan dia berjalan kembali ke arah dapur secara perlahan dan tidak memperdulikanku yang ada disana.

Aku benar-benar tersiksa sekarang, rasa sakit oleh pecahan kaca masih terasa olehku, dada yang terasa sesak, juga rasa sakit di punggung membuatku sangat menderita.

Namun, entah mengapa aku seperti tidak ingin membiarkan Ayu diambil alih oleh Satria sekarang. Aku tidak mau Ayu mati dengan cara seperti itu, dia masih kecil, dia yang seharusnya bisa menjalani hidup lebih panjang kini harus menderita karena teror yang dilakukan oleh ayahnya sendiri.

Aku sudah berjanji untuk melindunginya setelah Satria meninggal.

Aku juga sebagai ibu tidak akan membiarkan Ayu bernasib seperti itu, sehingga aku yang merasa kesakitan ini kembali bangkit dan kembali mengejar Ayu ke arah dapur, yang dimana disana ada pintu belakang yang langsung mengarah ke arah kebun.

Benar saja, ketika aku melangkahkan kakiku dengan rasa sakit yang aku rasakan sekarang, aku mendengar sebuah pintu belakang yang terbuka dari arah dapur. Dan sepertinya, Ayu akan dibawa keluar sekarang oleh Satria yang kini masuk ke dalam tubuhnya Ayu.

Aku langsung mempercepat langkahku, meskipun beberapa kali aku harus berjinjit karena aku merasakan perih ketika aku berlari dengan kaki yang masih berdarah.

Namun,

Lagi-lagi…

Sepertinya Satria tidak mau aku mengejar Ayu sekarang, dia tidak ingin aku ikut campur dalam urusan mereka.

Karena

Ketika aku sampai ke dapur, langkahku kembali terhenti ketika aku melihat benda-benda dapur tiba-tiba melayang disana.

Panci, katel, teko, gelas, piring, talenan, bahkan pisau dan perkakas-perkakas untuk keperluan berkebun pun melayang tak tentu arah dan saling menabrak satu sama lain di udara.

Hawa dingin yang tiba-tiba muncul dari arah pintu dapur yang terbuka membuat suasana semakin mengerikan dan menakutkan.

Samar-samar aku melihat Ayu tetap melangkahkan kaki kecilnya ke arah kebun yang gelap gulita, namun aku kini tidak bisa semena-mena melangkah karena kondisi dapur yang kini penuh dengan benda melayang yang sengaja menghalangiku untuk bergerak.

Apalagi, di saat itulah, aku kembali mendengar sebuah suara, suara dari Satria yang tampak marah karena aku tetap mengejar Ayu meskipun tubuhku sudah terhempas dan menabrak dinding.

“Sudah ku bilang…”

“KAMU TIDAK BOLEH IKUT CAMPUR!”

Seeeet

Semua benda-benda yang ada di dapur tiba-tiba melayang ke arahku pada saat itu, aku yang awalnya berdiri pun langsung refleks berjongkok dengan kedua tangan yang menutupi kepalaku agar benda-benda itu tidak membuatku terluka.

Bruaaaaak

Prang, Prang, Prang,

Situasinya benar-benar kacau sekarang, gelas-gelas juga piring pecah ketika menabrak dinding yang ada di dekatku, teko dan katel serta peralatan masak saling bertabrakan satu sama lain.

Bahkan, pisaupun terlihat menancap ke dinding ketika semua benda yang melayang itu mendekatiku dengan sangat cepat.

Hingga akhirnya, tak lama benda-benda yang melayang itu berjatuhan dan berserakan di sekitarku pada saat itu. Dan pada saat yang bersamaan, Ayu terus berjalan tanpa alas kaki di kebun belakang rumah.

Entah mau dibawa kemana Ayu pergi sekarang. Namun yang pasti apabila aku tidak menyelamatkannya pada malam ini, maka aku khawatir Ayu akan kehilangan nyawanya dengan kondisi yang mengenaskan di tengah kebun yang gelap itu.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ratih Novia Pratiwi
kok ga inget baca doa sih
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status