Share

5. Negosiasi

Meilana  bingung. Andika juga. Mungkin kini ia harus membujuknya dengan cara lain dan menawarkan sesuatu.

"Maaf, mungkin anda dipihak lemah kalau tidak mau bekerjasama. Aku berjanji akan membantu anda."

"Itu anakku." Meilana bersikeras. Andika kehilangan kesabaran.

"Kakak anda mengirimkan copy akte kelahiran, nama ibunya Meilani," tiba tiba saja Andika membuka rahasia itu.

Mata Meilana membesar karena terkejut. Perasaannya mulai goyah ketika lelaki itu ternyata tahu banyak. Sesuatu yang tidak diduganya sama sekali.

"Anda menganggap itu bukan anakku," ia bertanya dan mengulangi dengan suara sedikit keras.

"Engkau Meilana, kamu adiknya. Mungkin engkau mirip, tapi kamu bukan ibunya," jawaban  Andika mengecilkan hatinya membuat dia galau.

Peluh memercik di dahi Meilana. Ketika kebohongannya terungkap, apakah dia akan kehilangan Adrian Syaputra, anak yang sudah dianggap anak kandungnya.?

"Kamu bisa saja mengadopsinya. Tapi tidak sah, kalau tidak ada surat suratnya?"

“Ia saya mengadopsi. Saya saudara perempuan ibunya, saya bisa mengadopsi dia - tentu saja dia anak saya."  Jawaban Meiliana mulai melemah namun ia masih punya kekuatan yang takan mudah dipatahkan.

Andika sepenuhnya  menghormati wanita muda ini.

Bagaimanapun,  tidak mudah baginya -  dengan seorang anak dalam pelukannya, dan hidup dalam kebutuhan dan pekerjaan yang tidak menjanjikan untuk hidup layak.

Tidak banyak yang berani melakukan ini, sudah 7 tahun ayahnya melepaskan tanggung jawab sampai kematian Jayadi Sanjaya .

Meski demikian, ia perlu menemukan cara untuk meyakinkan Meilana bahwa putra Jayadi Sanjaya tidak dapat tumbuh dalam kondisi yang tidak berkecukupan. Ini benar-benar tidak terbayangkan.

Segera setelah kakeknya mengetahui keberadaannya, dia pasti akan mendesak agar putra dari anaknya  yang tercinta dibawa untuk berkumpul kembali dengan keluarga Sanjaya.

Andika harus membuat gadis yang keras kepala ini berhenti menolaknya. 

Dia tidak ingin menggunakannya sekarang, tetapi dia harus melaporkan  untuk kakeknya, Tuan Sanjaya. Tentu juga kepada ayahnya Tuan Sutanta.

"Saya yakin keluarga Sanjaya akan menuntut rasa terima kasih atas kepedulian anda terhadap cucunya dan atas kelonggaran Anda terhadap keinginan kuatnya agar putra Jayadi  Sanjaya tumbuh dalam keluarga ayahnya. "

Andika lalu menawarkan suatu hal.

"Anda tidak perlu khawatir lagi. Anda akan dijamin stabilitas keuangan selama sisa hidup Anda."

Tidak ada yang gemetar di wajahnya. Apakah dia mendengar apa yang dia katakan? Kepedulian terhadap anak itu dinilai dengan uang. 

"Jadi, kamu ingin membeli anak itu dariku?" Meilana bertanya  dengan agak suara tertahan.

Andika  mengerutkan keningnya .

"Tentu saja tidak!"

“Tetapi anda menawarkan saya uang agar saya dapat memberikannya kepada Anda."

Andika tidak mengerti. Mengapa dia harus menampilkan semuanya dengan cara yang menurut wanita itu kurang menarik.

"Yang saya maksud adalah," dia memulai lagi.

"Bahwa kakeknya akan membayar jika kamu mengizinkanmu membawa anak itu ke keluarga ayahnya," potongnya.

Penjelasannya itu makin membuat Meilana marah.

" Tidak! " Kata Meilana lebih jelas lagi. Meilana setengah berteriak. 

Andika terdengar kesal.

"Dengarkan aku."

Meilana sampai berdiri dari tempat duduknya.

"Beraninya kamu? Beraninya anda  duduk di sini dan berkata bahwa anda bisa membeli anak itu dariku? "

"Berani-beraninya anda datang ke sini dan menawariku uang sehingga aku bisa memberikan putra dari saudara perempuanku yang sudah meninggal?"

Meilana menarik napas dalam-dalam, amarah membanjiri dirinya.

“Saya bersumpah kepada saudara perempuan saya di ranjang kematiannya bahwa saya tidak akan pernah meninggalkan anaknya!"

"Bahwa saya tidak akan pernah memberikannya kepada siapa pun! Bahwa dsya akan selalu menjaga dan mencintainya. "

Karena dia sendiri tidak bisa melakukannya! Karena dia sedang sekarat, dan dia tahu tidak akan dapat melihat bagaimana putranya akan tumbuh, dia mempercayakannya padaku ..."

Meilana  mengepalkan tinjunya - seolah dia siap bertarung melawan seluruh dunia untuk  anak kecil itu!

Hening sesaat. Keheningan mutlak. Kemudian dipatahkan oleh pembicaraan yang berlarut-larut.

Andika memperhatikan, Meilana

Wanita yang memiliki  anak keluarga Sanjaya. Anak  itu dapat mengubah segalanya!

Dia sebagai utusan dari sang kakek tuan Sanjaya bisa membawa anak itu ke Jakarta sebagai pewaris sah keturunan Sanjaya. 

Putra itu akan menjadi berkah pertemuan dengan kakeknya.

"Kita akan bertemu lagi, saya berharap datang kerumah anda dan melihat anak itu, masih memerlukan jalan yang panjang sebelum anak itu dapat diakui sebagai cucu dari keluarga Sanjaya. Saya akan melaporkan lebih dahulu kepada kakeknya. "

***

Meilana bangkit dan mulai berjalan ke pintu keluar kantornya. Jam kantor sudah berakhir.

Ia ingin bertemu putranya Andri Syaputra. Tak seorangpun tahu dikota itu bahwa anak itu adalah anak kakaknya dan lelaki asing yang datang itu tiba tiba mengungkapkan rahasianya.

Ia sebenarnya belum pernah menikah. Masih seorang gadis.

Status itu menjadi kelemahan bagi dirinya, tapi ia rela  karena dia ingin memelihara anak kakaknya dan telah menitipkan anak itu tiga tahun lalu menjelang kematiannya.

Betapa inginnya dia  berjumpa putra itu pada waktu ini setelah pertemuan dengan lelaki yang menyebut dirinya Andika.

Dirumah, Meilana menjemput anak itu dari seorang tetangga yang menjaga dan membantunya menjaga anak itu.

"Mami , mami," anaknya meluru kepadanya ketika ia pulang kantor.

"Ayo, mami ingin melihat pelajaran kamu tadi sekolah."

Putranya memperlihatkannya  hasil pelajarannya disekolah dan Meilana memperhatikan sejenak dan memuji putranya ketika pelajaran menunjukan nilai yang baik.

"Apakah tadi nakal dengan tante?"

"Tidak, Andri baik sama tante, tapi tak bisa jajan.."

"Tak bisa jajan iya, uangnya kalau ada disimpan saja, jangan dihabiskan di sekolah."

"Tapi Mami, uangnya cuma dikit."

"Besok mami tambah."

" Benar mami'? "

" Iya," jawab maminya .

Anak itu lucu dengan mata bundar bulat. Bersekolah di SD kelas dua.

Anak itu sangat senang ibunya sudah pulang. Bermain pulang sekolah, Andri kecil merasa kesepian. Ditinggal bersama tetangga yang mendapat sedikit uang karena membantu Meilana.

Semua orang tahu, Meilana punya anak dan tak ada yang tahu itu bukan ibu kandungnya.

Meilana selalu punya masalah. Dengan anak kesayangan tanpa ayah. Tidaklah lengkap. Ada dalam dirinya yang kurang, tapi tidak ingin menambahnya.

Menikah bukan pilihan yang baik, tapi sekarang dia punya pacar. Tepatnya bukan pacar. Tapi seorang pria yang mengejar mengejarnya. Lelaki teman sekantornya dari Singapura.

Tak terhitung banyak pria  yang mengejarnya, tapi ini lain dan berharap ada kesetiaan.

Ia ingat peristiwa itu. Kakaknya pulang dengan sebuah beban dipundaknya. Ia memaksa lelaki yang menghamilinya itu menikahinya untuk mendapat status agar anaknya punya ayah.

Namun itu cuma status.  Setelah itu lelaki itu menghilang.

Meilani kakaknya kuliah tidak jauh dari desanya. Singapura yang megah cuma sepenggalan waktu dari kepulauan Riau. Hanya dalam hitungan jam dari Bintan.

Menjadi student di  University  sambil bekerja di Singapura dilakukan kakaknya itu.

Bekerja dimana saja untuk membiayai hidup . Itulah kakaknya Meilani yang tangguh .

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status