Usai berkata begitu, Septa bersama tim medis berangkat ke rumah sakit. Rupanya setelah meriset password, Septa berubah pikiran. Dia tidak jadi ikut tim medis. Wanita ini dengan mengendarai buggy car menuju rumah utama. Dion yang melihat perilaku Septa hanya geleng-geleng kepala.Septa masuk rumah besar dari pintu depan lalu berjalan langsung menuju dapur mencari keberadaan Bibi. Saat Septa sampai dapur, tidak ada asisten rumah tangga tersebut. Wanita muda ini lalu mencari ke lantai atas dengan cara mengendap-endap agar suara langkahnya tidak didengar oleh Bibi.Septa mendengar Bibi sedang mengobrol lewat telepon di balkon. Wanita muda ini gegas memakai kaos tangan. Kemudian, dia meneteskan sedikit cairan dari botol kecil ke telapak kaos tangan. Septa berjalan sambil berjingkat menuju ke balkon.Bibi sedang menelepon sambil menghadap depan. Dengan sigap, Septa membekap hidung dan mulut Bibi dengan kaos tangan berisi obat bius. Wanita separuh baya ini sesaat kaget oleh kehadiran Septa d
"Bokap lu masuk rumah sakit. Lu blokir nomor dia?""Ya. Gue udah kaga ada urusan sama dia lagi.""Lu, tuh, gila! Bokap lu masuk rumah sakit. Serangan jantung. Gue mau masuk, gimana caranya?""Telepon saja yang punya rumah. Itu wewenang dia. Gue sebatas tamu, kaga berani ambil keputusan.""Suruh sekuriti buka gerbang! Di depan sudah aman.""Minta izin ke Septa saja! Gue cuma numpang duduk dimari.""Tunggu, William! Jangan lu tutup dulu teleponnya. Lu kaga perlu membayar apa pun soal perawatan Om Edzard. Semua fasilitas telah diambil alih Opa," ucap Ronald berusaha menenangkan hati William.Ronald paham betul dengan sikap sepupunya itu, meskipun sekasar apa pun terhadap papanya, namun jika Tuan Edzard Abramovich jatuh sakit ataupun terluka, dia cekatan mengupayakan kesembuhan. William membenci sikap tidak tegas papanya terhadap Willie dan ibunya. Mereka dianggap pasangan manusia haram untuk diberi hidup bagi William. "Gue sudah terlampau muak berurusan dengan keluarga penuh pencitraan.
"Ah sial! Bagaimana caranya aku membuka pintu?"tanya William karena kesulitan untuk menjangkau handle pintu. Namun, ternyata pintu tidak dikunci, saat tangan terkulai wanita itu tidak sengaja menyenggol pintu. William langsung menendang pintu agar terbuka lebih lebar."Fuck you!" pekik William dengan mata yang terbelalak sempurna."William, kau datang?" tanya Tuan Edzard Abramovich dengan posisi yang sangat intim bersama dengan seorang wanita, lebih parahnya lagi mereka sedang tidak menggunakan sehelai benang pun.William langsung membopong si wanita ke luar kamar. Dia beranjak menuju kamar yang lain. Dengan perasaan campur aduk, pria ini merebahkan tubuh wanita asing tersebut."Brengsek! Sial benar nasib gue!"umpat William sembari mencari nomor kontak dokter untuk memeriksa si wanita. Setelah itu, dirinya menelepon ART untuk menyiapkan segala hal. Pria ini akan beranjak keluar kamar, tepat pada saat papanya melongok dari balik pintu."William, mari kita bicara!"ajak Tuan Edzard Abra
Hati Amanda pun lega. Dirinya segera menuju mobil lalu masuk dan mengemudikan keluar dari halaman apartemen. Namun, rupanya pada saat di pos jaga, mobil Tyson telah menghadangnya."Kita harus bicara,"ucap Tyson dari jendela mobil yang terbuka."Baik,"balas Amanda yang langsung mengikuti arah mobil Tyson bergerak.Sekitar dua kilometer kemudian, mobil Tyson menepi, akhirnya Amanda pun ikut menepi. Tyson turun lalu menghampiri mobil Amanda dan mengetuk pintunya. Wanita ini membukanya, tiba-tiba Tyson menarik lengan Amanda.Tatapan pria ini sangat mengerikan dan Amanda tidak bisa mendeskripsikan maksud tatapan tersebut. Amanda jadi gugup karenanya.“Tolong katakan yang sejujurnya, Manda!” “A-aku sudah bilang tadi, kalau aku akan membicarakan semua ini nanti, Tyson. Kenapa kamu tidak memberiku waktu untuk merenung sebentar?” keluh Amanda bernada putus asa. “Aku bukan tidak memberimu waktu atau tidak percaya padamu, tapi bukti aroma parfum woody, serta jaket yang kamu pake kemarin." Tyso
"Om, aku ....""Segera minta sekuriti untuk menyediakan rekaman CCTV semalam," potong Tuan Edzard dengan suara tegas dan berwibawa. "Baik, Om. Akan segera aku lakukan." "Mana kunci mobilnya?" Dengan cepat Ronald menyerahkan kunci mobil sport milik Tuan Edzard. Rupanya pria ini telah berpesan kepada Ronald untuk membawa mobil sport saja karena dia ingin mengemudi sendiri. "Kerjakan tugas kamu sekarang, dan kirim rekaman CCTV-nya kepadaku secepat mungkin." "Baik!" jawab Ronald sambil mengangguk patuh. Pria ini berlalu beranjak menuju ruang pantau CCTV. Di saat bersamaan, Tuan Edzard Abramovich mengemudikan mobil sport ke arah kediamannya. Sepanjang jalan pria berkebangsaan Ukraina ini mengumpat akan kebodohannya telah merusak seorang gadis.Dari kejauhan dilihatnya Amanda sedang berjalan dengan menenteng sepatu high heels ke arah berlawanan. Pria bermata biru ini pun menghentikan kendaraan roda empat saat mereka berpapasan. Amanda tidak menyadari ada mobil yang berhenti dari arah
"Tentu saja. Amanda sekretarisnya. Ini wanita yang bersama Om Edzard setelah pesta. Mereka menghabiskan malam bersama di mansion.""Mansion milik Opa yang diserahkan ke Tuan William?""Tepat. Gue lagi cari rekaman CCTV disuruh Om Edzard.""Ya, sudah. Met sibuk jadi intelijen.""Oke. Kaga mau kasih salam ke William?""Kaga usah provokasi!"Ronald tertawa terbahak-bahak atas balasan sinis Septa. "Entar gue kasih kabar kalo ada kabar insiden dengan Amanda.""Oke. Thanks, Ronald."Hubungan telepon berakhir lalu Septa mencoba menghubungi Amanda kembali. Nomor wanita itu masih saja bernada sibuk.Padahal sudah sejam berlalu, masih saja sibuk. Manda sedang menelepon siapa? Keluh Septa dalam hati.Septa tidak kurang akal, dia pun mengirim pesan singkat lewat aplikasi hijau. [Jadi gak kita meet up?]Pesan sudah terkirim, tetapi masih belum dibaca. Septa menunggu balasan pesan sambil melanjutkan mengecek laporan keuangan di laptop. Sejam telah berlalu, Septa pun telah selesai dengan pekerjaann
"Istri? Apa maksud bajingan tua itu? Bagaimana ceritanya tunangan aku bisa nikah dengan bosnya?"tanya Tyson dengan raut wajah merah padam. "Dasar pria pembual!"Tyson yang merasa curiga dengan ucapan Tuan Edzard lalu bergegas menyusul mereka."Dokter, cepat periksa istriku. Dia kesakitan!" Tuan Edzard berteriak-teriak memanggil seorang berjas putih yang baru saja keluar dari ruang praktek. Namun sayang, dokter terlanjur masuk ruang perawatan. Pria usia senja ini benar-benar khawatir saat melihat tubuh Amanda yang menggigil dan terus meringis kesakitan."Ada apa ini, Tuan Edzard?" Salah satu perawat yang sedang berjaga segera mendekati pria bermata biru tersebut untuk melihat keadaan Amanda."Apa kamu tuli? Dia sedang kesakitan. Cepat beri dia pertolongan!" bentak Tuan Edzard dengan tak sabar."Baik, Tuan. Silakan rebahkan pasien di kasur! Saya akan memanggil Dokter," ucap perawat seraya membuka pintu ruang praktek dokter umum.Tuan Edzard menurut dengan membawa Amanda masuk ke dalam r
Di waktu bersamaan, William sedang badmood dan mengucapkan sumpah serapah terhadap papanya."Dasar bandot tua gak tau diri!"teriak William kesal sambil menggebrak meja."Lu harus tahan emosi, William. Fokus ke kesehatan dulu. Amanda ini teman karib Septa. Kedua orang ini telah dijebak oleh Tyson. Mereka lakukan itu dalam keadaan kaga sadar," ujar Ronald berusaha meredam kemarahan sepupunya."Kaga sadar gimana? Bandot tua itu menikmati. Gue liat saat buka pintu.""Lu kagak kaga tahu obat-obat macam gitu. Om Edzard mau bertanggung jawab karena telah menghancurkan hidup sekretarisnya. Dia telah menikahi secara resmi Amanda dan perlu lu tahu, Tyson pula yang menembak lu kemarin. Bekerja samalah dengan Om Edzard!""Itu akal-akalan bandot tua saja. Lu kaga tau dia. Bentuk tanggung jawab bisa dengan cara lain. Kaga harus menikahinya. Gue kaga perlu dia buat atasi si Tyson,"tukas William dengan nada marah. "Lu kalo mau masih mau kerja sama gue, bikin Septa kembali ke gue. Paham!""Lu, emang b