Beranda / Romansa / SEKRETARIS CUPU KESAYANGAN CEO TAMPAN / ARGA TAK BISA JAUH DARI SEPTA

Share

ARGA TAK BISA JAUH DARI SEPTA

last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-02 16:54:58

"Septa, terima kasih untuk hari ini. Tetaplah bersamaku! Tugas utamamu di kantor, di luar itu ada uang khusus. Semua rincian udah aku email ke kamu. Pelajari! Kalo ada yang kurang jelas, bisa hubungi nomor teleponku,” ucap Arga lalu dibukanya sebuah aplikasi di ponsel.

Tak lama kemudian terdengar suara pemberitahuan pesan di ponsel Septa. Wanita berkepang ini pun kaget saat melihat jumlah nominal yang tertera di layar ponsel.

“Ya ampun, Pak! Banyak banget? Saya masih dua hari bekerja, kok udah dapat gaji?” tanya Septa keheranan dan Arga hanya membalas dengan senyuman. 

“Pak?” 

“Itu untukmu, Sayang!”

Tiba-tiba Arga mendaratkan kecupan di kening Septa dan seketika memanas seluruh permukaan kulit wajah sang sekretaris baru ini.

Bos panggil Sayang? Gak salah?

Saat otak Septa sibuk memikirkan hal barusan, tangan pria di sampingnya telah meraih jemari dan mengecupnya.

“Temani aku, Sekretarisku!” 

Septa seketika menoleh kaget tanpa sadar mata keduanya beradu dan membuat Septa seketika berpaling karena malu. Arga bukannya melepas tangan Septa bahkan mengecup punggung tangan sang sekretaris untuk kedua kalinya. Perasaan sang gadis polos semakin dibuat melayang.

Baginya semua bagai mimpi, dapat lolos diterima kerja di antara para pelamar yang seluruhnya berpenampilan foto model. Apalagi sekarang bos tampan berucap sayang. Hatinya berdebar-debar bagai naik rolling coaster.

“Septa?” bisik Arga lembut di telinga gadis bersweater merah yang sedang asik menikmati belaian ilusi.

“Oh, ya, ya, Pak. Ad-ada apa?”

Arga tertawa melihat ekspresi Septa yang salah tingkah. Septa yang mendengar tawa pria bermata elang ini segera  tersadar.

“Maaf, Pak,”ucapnya gugup sembari tertunduk malu.

“Gapapa, asal kamu selalu di dekatku. Semua bisa teratasi. Terima kasih, Sayang! Kamu gadis yang kucari selama ini,” ucap Arga sembari mengemudikan mobil ke arah rumah sang sekretaris.

Lima belas menit berlalu. Mereka telah sampai di depan rumah Septa. Tampak di teras, Dion dan mamanya telah menunggu kedatangan mereka. Arga mengikuti Septa turun dari mobil. Keduanya menenteng beberapa kantong belanjaan memasuki halaman rumah lalu menuju teras.

“Selamat malam, Tante, Dion!”

Arga menyalami Bu Rita dan Dion secara bergantian.

“Selamat Malam. Silakan duduk, Nak!” Bu Rita mempersilakan si tamu.

“Maaf, sekadar oleh-oleh,” ucap pria gondrong ini sembari meletakkan kantong belanja yang ia bawa di atas meja.

“Kok repot-repot, Nak. Terima kasih banyak. Permisi, saya masuk dulu.” Bu Rita berlalu.

“Saya bawa masuk ya, Pak?” tanya Septa yang kemudian dibalas anggukan oleh Arga. Septa pun kemudian masuk dengan membawa kantong-kantong tersebut 

“Wah, ceritanya ini kerja apa lancong?” tanya Dion menggoda Arga.

“Dua-duanya, Bro. Kebetulan tadi di sepanjang jalan ada toko oleh-oleh, mampir bentar beli.” 

Tak lama kemudian Septa dan Bu Rita keluar dengan membawa dua cangkir teh hangat dan sepiring martabak telur lalu diletakkan satu persatu di atas meja. 

“Silakan, Pak! 

Kemudian Septa dan Bu Rita duduk berdampingan.

“Maaf, boleh numpang toilet sebentar?”

Terlihat muka Arga pucat pasi sembari menahan perut dengan kedua tangan.

“Mari saya antar, Pak,” jawab Dion sembari bangkit diikuti Arga. Kedua pria tersebut lalu masuk ke rumah.

“Mama lihat muka Nak Arga pucat banget, Sayang,” ucap Bu Rita terlihat cemas.

“Iya, Ma. Padahal tadi dalam perjalanan tak apa-apa,” timpal Septa.

Tak lama kemudian terdengar Dion berteriak dari dalam. Septa dan mamanya segera berlari menghampiri. Saat kedua wanita ini datang, Dion mengangkat tubuh Arga ke dalam kamar.

“Sayang, tolong ambil kayu putih!” perintah Bu Rita.

Septa segera bergegas mencari kayu putih di dalam kotak obat yang terletak di ruang tengah. Saat telah mendapatkannya, segera diulurkannya obat tersebut kepada abangnya.

Dion kemudian mengusap beberapa bagian tubuh Arga dengan kayu putih dan mengusapkan sedikit di hidung. Ketiganya tampak cemas melihat keadaan Arga.

Dion lalu mengajak Bu Rita keluar untuk berbicara empat mata. Wanita separuh baya ini pun mengikuti langkah si sulung keluar kamar. Saat Septa ikut beranjak, Dion melarangnya. Septa diminta menjaga Arga, khawatir tiba-tiba sang bos bangun.

“Ada apa sih?” tanya Bu Rita keheranan.

“Hanya sedikit curiga aja, waktu Dion angkat barusan. Bos ngingau, jangan pergi! Di sini aja!”

“Lalu, apa hubungannya?” tanya sang mama semakin bingung.

“Mama gak liat? Gimana Bos Arga liatin Septa? Kayaknya bos punya phobia. Dion pernah baca soal itu. Makanya Dion suruh Septa nungguin,” ucap Dion sungguh-sungguh.

Setelah memberi penjelasan secukupnya pada sang mama lalu mereka masuk kembali ke kamar. Mereka melihat Arga sudah siuman dan sedang memegang tangan Septa. Bu Rita akhirnya paham dengan penjelasan Dion barusan. Rupanya bos muda terlihat jauh lebih tenang saat berada dekat Septa.

Akhirnya atas saran Dion sesuai buku yang ia baca, Septa membuat teh dicampur madu untuk Arga. Malam itu Arga menginap di rumah keluarga sederhana tersebut. Dion terpaksa pindah tidur di sofa ruang tamu. Sepanjang malam badan Arga menggigil dengan suhu tubuh tinggi. Akhirnya pagi harinya dengan mobil yang dikemudikan Dion, Arga diantar ke rumah sakit dan harus menjalani rawat inap. 

Arga yang demam hanya mau dijagain oleh Septa. Bu Rita dan Dion menunggu di luar ruangan. Saat Dion akan menghubungi pihak keluarga Arga melarangnya. Akhirnya malam itu, bertiga secara bergiliran menjaga bos muda. Arga merasa bahagia berada di antara keluarga Bu Rita yang bersahaja dan ramah.

Septa yang paling sering mendampingi Arga di dalam ruangan karena hanya di dekat sang gadis, Arga bisa lebih tenang. Siang hari, saatnya Dion berangkat kerja dan Bu Rita harus menjaga kiosnya di pasar. Akhirnya, hanya Septa yang jadi penunggu sang bos sembari mengerjakan tugas kantor dengan arahan dari Arga.

“Maaf, ya! Training kerja terpaksa di rumah sakit,” ucap Arga lirih sembari menahan perutnya yang masih terasa perih.

“Gak apa-apa, Pak. Yang penting Bapak sehat,” jawab Septa sembari merapikan semua berkas.

Hari ini Septa telah lumayan mengerti dengan tugas utamanya sebagai sekretaris Arga termasuk menyediakan minuman khusus dan obat untuk sang bos. Arga berterus terang jika saat keluar kota lupa membawa obat dan akhirnya kejadian pingsan di rumah Septa.

"Septa, kepalaku ...."

Arga tiba-tiba tak sadarkan diri kembali. Septa jadi panik.

"Pak Arga! Pak ...!

Wanita berkepang ini lalu segera memencet bel  untuk memanggil perawat. Tak seberapa lama, dua orang perawat telah datang untuk memeriksa keadaan Arga. Kedua perawat mengatakan akan melanjutkan pemeriksaan saat kunjungan dokter sejam lagi.

"Siumannya masih lama, Sus?"

"Enggak. Cuma kecapekan saja. Kami akan kembali bersama dokter. Selamat pagi."

"Selamat pagi, Suster. Makasih."

•••¤•°•¤•••

Septa hampir selesai menikmati sarapan saat tiba-tiba ekor matanya melihat penampakan sosok Arga melewati kantin. Gadis ini segera menyelesaikan usapan terakhir lalu membayar makanan. Langkahnya kini mencari keberadaan sosok yang dilihat barusan.

Itukan Pak Arga. Kenapa duduk di taman?

Septa segera mendekat ke arah sosok pria tersebut. Setelah mendekat ke pria tersebut, betapa kagetnya Septa.

"Pak kenapa mimisan gini?" tanya Septa cemas lalu mengambil sebungkus tisu dari dalam tas. Ia mengusap darah yang belepotan di hidung dan bibir Arga lalu menyumpal lubang hidung sang bos dengan tisu.

"Septa, jangan pergi!"

Arga memeluk tubuh Septa erat-erat--membuat gadis itu membelalakan mata.

"P--Pak?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • SEKRETARIS CUPU KESAYANGAN CEO TAMPAN    SAATNYA BAHAGIA UNTUK SEPTA

    Ting! Terdengar notif pesan diterima.[Oke. Aku siapkan semua. Kamu siap-siap di depan. Hitungan menit saja, kita bisa pergi dari sana.][Terima kasih, Bang.]Pesan terkirim dan Septa buru-buru menghapus semua percakapan. Clear. Sebuah senyum manis menghias bibir Septa. Hatinya bisa sedikit tentram sekarang. Dia tidak tahu rencana apa yang telah disusun oleh Ardan.Namun, dia butuh segera keluar dari kantor polisi ini. Perilaku bar-bar wartawan membuatnya semakin tertekan. Yang dia butuhkan sekarang adalah segera bisa keluar dari sini. Otak dan hatinya ingin segera disegarkan dan hanya dia yang tahu caranya.Satu jam kemudian Ardan mengajak Septa untuk keluar menuju lobby kantor. Tentu saja, wanita ini menolaknya mentah-mentah karena belum ada kabar dari Ronald. Ardan yang melihat Septa dalam keadaan ragu-ragu, akhirnya memegang kedua bahu wanita tercinta."Kamu akan lihat gimana caranya agar para wartawan bisa pergi dari sini,"ucap Ardan dengan menatap Septa."Maksudnya apa?"tanya S

  • SEKRETARIS CUPU KESAYANGAN CEO TAMPAN    SEPTA PUNYA CARA KHUSUS

    Ardan berusaha untuk menahan diri. Bagaimanapun, dirinya harus bersikap bijak dalam menghadapi wartawan. Dia paham taktik para pencari berita dengan cara menyulut emosi narasumber. Pada saat narasinya semakin emosi dalam meladeni pertanyaan wartawan dan biasanya dia tanpa sadar akan mengeluarkan kata-kata yang tidak perlu dipublikasikan. Di saat itulah para pencari berita mereka semua ucapan yang terlontar dari mulut narasumber. Ucapan dalam keadaan marah tersebut akhirnya tertuang pada ketikan mereka. Begitu berita jadi viral dibicarakan dalam masyarakat, otomatis kelanjutan beritanya akan terus dicari-cari. Hal ini mendongkrak penjualan bagi lapak atau platform penyedia layanan informasi online maupun offline. Para wartawan dapat keuntungan bonus dan juga promosi jabatan. Narasumber yang baru sadar akan kekhilafannya akan segera memberikan ultimatum terhadap para wartawan bahkan sibuk membuat siaran pers untuk klarifikasi. Tindakan itu bahkan menjadikan berita semakin dicari dan

  • SEKRETARIS CUPU KESAYANGAN CEO TAMPAN    ADA MAKSUD TERSEMBUNYI

    Septa lalu melirik pada sebuah nakas di sebelah ranjang. Hmm, siapa yang taruh meja minimalis ini?Kamar Septa dan isinya selalu berwarna putih dan tidak pernah ada warna-warna monokrom seperti ini. Apalagi keberadaan sebuah meja kecil berbahan rotan. Tiba-tiba perhatiannya teralihkan ke arah ke pinggang.Ada beban berat yang membebani area tersebut sejak dirinya bangun. Itu ternyata berasal dari lengan cokelat yang membelitnya. Kepala wanita berparas ayu ini langsung menoleh ke sebelahnya. Ada seorang lelaki sedang tidur lelap.Whaatt? Apa-apaan ini?!Lengan kuat eksotis. Lelaki asing dengan bagian atas tanpa penutup. Tarikan napas teratur. Septa seketika tercekat. Dia pun jadi berpikir yang tidak-tidak. Wanita ini sibuk memutar memori otak. Akhirnya satu kesimpulan diambil ....Septa tundukkan kepala lalu mengintip tubuhnya di balik selimut. Dia langsung syok antara kenyataan atau halusinasi.Kepalaku pengar. Apa yang aku minum tadi? Jadi setengah mimpi begini, keluhnya dalam hati.

  • SEKRETARIS CUPU KESAYANGAN CEO TAMPAN    ADA SEPUPU AMANDA

    "Syukurlah. Kasian Manda gak tau apa-apa soal mafia, jadi korban.""Tyson sampai hari ini belum bisa dipantau," ungkap Ardan. "Dia ini terkenal kejam dan licik dibandingkan Tuan Edzard dan William. Diduga dia ada di balik pengambilan organ dalam para pasien rumah sakit.""Padahal kurang sebulan lagi, Manda dan Tyson menikah. Kenyataannya kini, mereka jadi terlibat urusan mafia tiada berujung," ucap Septa penuh sesal. "Aku punya ide biar bisa tangkap Tyson.""Apa itu?"tanya Ardan penasaran."Kita suruh orang lain untuk jaga Manda. Tyson itu sebenarnya cinta banget sama Manda. Dia lakuin ini pasti karena sakit hati, Manda akan dinikahi Tuan Edzard."Ardan menaikkan kedua alis. Pria ini sedang berpikir sejenak lalu bertanya,"Maksudnya gimana?""Amanda dijaga orang lain, biar Tyson merasa aman untuk mendekatinya. Kita pantau mereka dari kejauhan dan tentu saja ada dokter serta perawat yang bisa kita ajak bekerja sama.""Bagus ide kamu, Sayang. Kita realisasikan," balas Ardan dan langsung

  • SEKRETARIS CUPU KESAYANGAN CEO TAMPAN    DERITA AMANDA

    "Ah, akhirnya, semua aman. Saatnya kita pulang," ucap Ardan sambil meluruskan badan. Septa memijat pelan punggung kekasihnya. "Nanti di rumah aku pijatin sekujur badan.""Septa, perutku sakit sekali. Ada yang kosong di bagian perut kiri. Di situ timbul rasa sakit,"keluh Amanda dengan mendesis kesakitan."Jangan-jangan, ...." Ucapan Ardan tidak dilanjutkan karena keburu ada panggilan telepon."Halo, ada apa?"tanya Ardan kepada seseorang di ujung telepon."Pak, ada info, dokter yang menangani Nona Amanda adalah bagian dari komplotan pasar gelap.""Kamu kata siapa?""Ada seorang pria tua bikin laporan. Anaknya setelah operasi besar. Ginjalnya hilang satu.""Oke, terima kasih. Terjunkan tim untuk pantau target.""Baik, Pak."Hubungan telepon berakhir dan tentu saja dalam tatapan tajam kedua mata Septa. Ardan paham bahwa wanita tersebut ingin penjelasan. Pria ini segera merangkul bahu Septa. "Kita harus ke rumah sakit terpercaya untuk memeriksa organ dalam Nona Amanda.""Hei, apa yang ter

  • SEKRETARIS CUPU KESAYANGAN CEO TAMPAN    TUAN EDZARD DITEROR?

    Tuan Edzard berusaha mengusir sengatan aneh yang hendak menggerakkan tangannya. Namun gagal, tangannya bahkan dengan lancang meraba puncak dada Amanda sembari bibir kasarnya mengecup ceruk leher si wanita lembut.Pria ini memainkan lidahnya sejenak dan kian intens meremas buah dada yang terasa penuh pada tangan besarnya. Detik berikutnya, pria ini melumat bagian itu lalu mengisap puncak kecoklatannya dan memberikan beberapa gigitan manja di sana."Tuan, jangan!"Permainan pelan itu kian memabukkan begitu pun Amanda tanpa sadar mendesah pelan saat Tuan Edzard menyibak baju Amanda pelan dan menenggelamkan wajahnya lebih dalam lagi.Door!Pyaarr!Tuan Edzard langsung merangkul Amanda lalu mengajak bersembunyi di balik sofa. Pria usia senja ini berbisik kepada Amanda. "Kamu masuk kamar dengan hati-hati. Saya akan lindungi kamu.""Baik, Tuan,"balas Amanda yang langsung mengikuti saran Tuan Edzard. Wanita ini masuk kamar yang berada di balik rumah tamu. Saat masuk kamar, telinga Amanda mas

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status