ホーム / Romansa / SELIR HATI / Bab 155 - Perseteruan Berlanjut

共有

Bab 155 - Perseteruan Berlanjut

作者: lucyta
last update 最終更新日: 2025-12-04 21:43:25

Ratu Ibu berdiri di depan jendela kamar ketika pintu ditutup. Raja Ayah menatap punggung itu beberapa detik sebelum akhirnya bicara.

“Kenapa kau melakukan itu di depan mereka?” tanya Raja Ayah, bukan marah tapi kecewa.

Ratu Ibu tidak langsung menoleh. Ia menghela napas, seolah menahan diri agar tidak meledak.

“Kau masih membahas mereka. Baik, karena aku sudah cukup diam selama ini,” jawabnya tanpa emosi.

“Diam?” Raja Ayah mendekat dua langkah. “Yang kau lakukan itu bukan diam. Kau menyudutkan Dias tanpa alasan yang masuk akal.”

Ratu Ibu akhirnya berbalik. Mata itu tajam, penuh bara lama yang akhirnya meletus.

“Tidak masuk akal? Kau serius bilang begitu?”

Ia menunjuk ke arah pintu. “Anak itu, Dias, sejak awal bukan pilihanku.”

Raja Ayah mengusap dahinya. “Ini bukan soal pilihan.”

“Justru itu masalahnya!” Ratu Ibu meninggikan suara. “Kau menjodohkan putraku dengan seseorang yang tidak punya latar belakang bangsawan, tidak mengerti adat istana, dan kau berharap aku menerimanya begitu saj
この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード
ロックされたチャプター

最新チャプター

  • SELIR HATI   Bab 171 - David dan Dias

    Malam itu lorong istana terasa dingin, meski angin sama sekali tidak berhembus. David menunggu Dias di ruang baca kecil dekat kamar mereka, ruangan sempit yang biasanya mereka gunakan untuk bicara berdua.Tapi malam ini, suasananya jauh dari hangat.Dias masuk dengan langkah cepat, wajahnya masih memerah sisa kemarahan sebelumnya.“Apa lagi sekarang, David?” tanya Dias dengan nada tinggi.David menahan napas sejenak sebelum bicara.“Sayang, kenapa kamu bicara seperti itu. Aku mau bicara baik-baik denganmu. Tentang Ayah.”Dias menghela napas. “Kalau mau bilang aku kurang merawat Ayah, sudah cukup ya. Aku capek.”David menatapnya lekat-lekat..“Aku cuma tanya satu hal: yang merawat Ayah selama ini, kau atau Gita?”Dias langsung menegang. “Aku. Tentu saja aku! Masa kau percaya Gita? Aku yang merawat Ayah!”“Sayang, bukan soal percaya,” David mencoba tenang, “tapi aku lihat sendiri tangan Gita merah karena sering membersihkan kamar Ayah. Aku lihat pakaiannya basah karena sup. Aku lihat dia

  • SELIR HATI   Bab 170 - David Curigai Dias

    Lorong istana malam itu sunyi. Di kamar Raja Ayah, lelaki itu baru saja terbangun, matanya sayu, kulitnya pucat, dengan napas tersengal-sengal. Ia mencoba meraih segelas air di nakas, namun tangannya gemetar.Pintu kamar berderit. Masuklah Gita, rambutnya diikat asal-asalan, pipi sedikit merah karena berlari naik turun tangga. Di tangannya ada mangkuk air hangat dan kain bersih.“Pelan-pelan, Paduka Ayah,” ucap Gita sambil menahan lengan Raja Ayah dengan hati-hati.Raja Ayah menatap wajah Gita beberapa detik. Ada simpati, tapi juga kebingungan.“Gita, kenapa kau lagi? Bukannya Dias yang bilang dia yang merawatku?” tanya Raja Ayah.Gita menelan ludah. Sebentar saja ia ragu.“Saya hanya membantu, Paduka Ayah. Permaisuri Dias mungkin belum bangun.”Raja Ayah meremas selimut. “Sudah tiga hari belum bangun? Kau pikir Ayah tidak melihat?”Nada suaranya rendah, tapi tajam seperti pisau tumpul yang tetap melukai.Gita tak menjawab. Ia mengganti kompres di dahi Raja Ayah, lalu memijat pelan ja

  • SELIR HATI   Bab 169 - Kecurigaan Terbukti

    Ternyata yang berdiri di balik tembok itu… Dias.Matanya membelalak. Ia sudah berniat memanggil David lebih dulu, tapi langkahnya terhenti ketika melihat sesuatu yang membuat seluruh dadanya panas.Gita duduk berdua dengan David. Berbicara pelan. Terlihat dekat, setidaknya di mata Dias yang sedang dikuasai campuran marah, cemburu, dan ketakutan.Ia mematung beberapa detik sebelum akhirnya berbalik cepat dan masuk lewat pintu belakang lorong. Kakinya menghentak namun ia paksa tetap terdengar normal.Saat David berpisah dengan Gita dan berjalan kembali ke kamarnya, Dias sudah menunggu di tikungan.Begitu Gita lewat, Dias langsung menggenggam pergelangan tangannya keras.“Kamu ngapain sama David?” tanya Dias dengan nada keras."Aa sakit, ampun Permaisuri Dias," rintih Gita.Dias mendekat, tatapannya penuh tekanan.“Apa kamu pikir aku nggak lihat? Kamu duduk dengannya. Kamu buatkan teh. Kamu senyum-senyum. Kamu pikir aku bodoh, Gita?”Gita menggeleng cepat, tubuhnya gemetar.“Tidak. Saya

  • SELIR HATI   Bab 168 - Mulai Curiga

    Malam semakin larut. Raja Ayah yang tersengal pelan. Ia baru saja mencoba meminum air, tapi tangannya bergetar dan gelas hampir jatuh.Pintu kamar terbuka cepat.Gita masuk lebih dulu. Dia langsung menahan gelas sebelum pecah, memapah tangan Raja Ayah dengan lembut.“Pelan-pelan, Yang Mulia. Airnya masih hangat.”Suaranya tenang, penuh kesabaran.Raja Ayah memandangnya dengan dahi berkerut. “Gita? Bukan Dias?”Gita terdiam sejenak, lalu tersenyum.“Oh… Permaisuri Dias mungkin capek sekali, Yang Mulia. Tadi dia bilang tubuhnya agak pegal, jadi istirahat sebentar.”Raja Ayah menatapnya lama, penuh tanda tanya. “Begitu, ya.”Ia tidak menuduh, tidak menyalahkan. Tapi raut matanya jelas: ia mulai curiga ada yang disembunyikan.Gita merapikan bantal, membersihkan sedikit noda air di meja kecil, lalu membantu Raja Ayah berbaring lebih nyaman.“Kalau butuh apa-apa, panggil saya ya, Yang Mulia.”Raja Ayah mengangguk pelan..“Terima kasih, kamu anak baik.”Begitu keluar kamar, Gita menarik napas

  • SELIR HATI   Bab 167 - Merawat Raja Ayah

    Kondisi Raja Ayah semakin menurun. Tubuhnya makin lemah, matanya sering terpejam, dan sesekali ia kehilangan fokus saat diajak bicara. Tabib datang dua kali sehari, tapi tidak ada perubahan berarti.Yang mengejutkan, Ratu Ibu justru mulai menjauh.“Aku tidak sanggup melihatnya seperti itu,” katanya. “Dias saja yang merawat. Dia kan menantu kebanggaannya!”Mendengar ucapan ibunya, David terdiam. Ia ingin protes, tapi lelahnya sudah menumpuk. Ratu Ibu berlalu, sama sekali tidak menengok ke kamar suaminya.Dias berdiri di sisi ranjang Raja Ayah.“Kalau begitu, biar saya yang jaga Ayah, David,” katanya.Raja Ayah tersenyum, lega. “Terima kasih, Dias, aku tahu kamu memang anak baik.”Dias menunduk, ekspresi penuh bakti, tapi itu semua hanya di depan Raja Ayah.Begitu ia keluar kamar dan memastikan tidak ada David maupun Ratu Ibu di dekat lorong, napasnya langsung berat. Ia menepuk tangan dan memanggil para pelayan.“Kalian yang masak makanan beliau mulai hari ini. Jangan ada yang salah. Da

  • SELIR HATI   Bab 166 - Ratu Ibu Menemui Dias

    Ratu Ibu menemui Dias ketika perempuan itu baru keluar dari kamar Raja Ayah.Dias bahkan belum sempat menarik napas ketika tangan Ratu Ibu sudah menutup pintu dengan keras.“Jadi ini caramu jadi menantu, Dias?” suara Ratu Ibu tinggi. “Kamu adukan aku pada ibumu sampai ibumu berani datang ke istana dan memaki-maki aku? Lihat akibatnya, suamiku jatuh sakit!”Dias mengerutkan dahi, terkejut. “Yang Mulia Ibu, saya tidak mengadu apa pun pada Ibu saya. Saya bahkan tidak tahu Ibu datang ke istana. Saya...”“Jangan bohong, Dias!” bentak Ratu Ibu, langkahnya maju, menekan. “Kamu memang pandai berpura-pura suci, ya? Di depan Raja, di depan David, tapi di belakangmu? Kamu menyulut api!”Dias menggigit bibir, wajahnya memerah menahan diri. “Saya bersumpah, saya tidak seperti yang Ibu tuduhkan.”“Cukup!” Ratu Ibu menunjuk ke arahnya. “Mulai hari ini, aku akan mengawasi setiap langkahmu. Jangan pikir aku akan diam saja melihat kamu dan Ibumu hancurkan keluargaku.”Dias menunduk. Bukan karena takut,

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status