Home / Romansa / SELIR HATI / Bab 3 - Tatapan Pertama

Share

Bab 3 - Tatapan Pertama

Author: lucyta
last update Last Updated: 2025-09-17 09:14:06

Pagi di istana selalu ramai. Suara dayang yang berlalu-lalang memenuhi lorong, membawa kain, baki makanan, atau pesan dari paviliun ke paviliun.

Gita baru saja selesai sarapan ketika seorang dayang senior, Nyonya Ratna, datang dengan langkah cepat. Perawakannya tinggi, wajahnya tegas, tutur katanya sopan tapi kaku.

“Selir Gita, Baginda Raja memanggil Anda ke balairung pagi ini. Bersiaplah segera.”

Jantung Gita langsung berdegup kencang. Semalam ia hanya melihat raja sekilas di jamuan. Kini, ia harus menghadap langsung? Perasaan cemas bercampur penasaran membuatnya sulit bernapas.

“Apakah… aku melakukan kesalahan?” bisiknya ragu.

Ratna hanya menggeleng. “Lebih baik Anda datang tepat waktu.”

Balairung istana dipenuhi cahaya matahari pagi yang masuk dari jendela besar. Lantainya berkilau, dindingnya berukir naga dan burung garuda, megah sekaligus menekan.

Raja David duduk di singgasana. Jubah hitam sederhana membungkus tubuhnya, tanpa mahkota, namun wibawanya tak tergantikan. Permaisuri Dias tidak tampak di sisinya, membuat ruangan terasa lebih lega bagi Gita.

“Selir baru sudah datang, Baginda,” ucap prajurit yang mengantar.

David mengangkat kepala, menatap Gita dari ujung kaki sampai ujung rambut. Tatapannya dalam, tajam, membuat Gita cepat-cepat menunduk.

“Namamu Gita?” suara raja berat dan tenang, namun memberi tekanan.

“Iya, Baginda.” Suaranya bergetar, tangannya ia genggam erat agar tidak terlihat gugup.

“Dari desa kecil di barat?”

“Benar, Baginda.”

Raja terdiam, menilai. “Kudengar kau terpilih tanpa keberatan. Tidak semua gadis rela meninggalkan keluarganya.”

Gita menelan ludah. “Bukan kehendakku, Baginda. Tapi aku tidak berani menolak titah kerajaan.”

Sesaat, tatapan itu melunak—hanya sebentar—lalu kembali dingin. “Kau jujur. Itu lebih baik daripada pura-pura.”

David bersandar santai. “Jika ingin bertahan, jadilah dirimu sendiri. Jangan mencoba cara licik seperti yang lain.”

Kata-kata itu bagai ujian sekaligus peringatan. Gita menunduk dalam. “Saya mengerti, Baginda.”

David melambaikan tangan. “Cukup. Aku hanya ingin tahu siapa yang dibawa masuk kemarin.”

Sepanjang perjalanan pulang ke paviliun, hati Gita masih berdebar. Tak ia sangka Raja David bicara langsung padanya. Meski singkat, tatapan itu seolah menembus jauh ke dalam dirinya. Ia sadar, perasaan ini bisa berbahaya.

Sore hari, kabar pertemuan itu sudah sampai ke telinga permaisuri.

Dias mendengarnya sambil menyipitkan mata. “Baru sehari sudah dipanggil. Gadis desa itu rupanya lebih cepat bergerak daripada yang terlihat.”

Di paviliunnya, Gita termenung. Dayang Sari menuangkan teh hangat dengan hati-hati.

“Anda baik-baik saja, Nyonya?” tanya Sari.

Gita tersenyum samar. “Aku… bingung. Baginda raja menatapku seolah tahu isi kepalaku. Sulit sekali berbohong.”

Sari menahan napas, lalu menunduk. “Hati-hati dengan pikiran seperti itu. Permaisuri bisa tahu dari telinga-telinga istana.”

Gita terdiam. Ia tahu Sari benar. Satu kata saja bisa menjadi senjata.

Malam tiba. Gita berjalan di taman istana, ditemani cahaya bulan purnama. Angin dingin membuatnya merapatkan selendang.

Di ujung jalan setapak, ia terhenti. Raja David muncul, hanya bersama satu prajurit.

Tubuh Gita kaku. Ia segera menunduk. “Ampun, Baginda. Hamba tidak tahu Baginda ada di sini.”

David berhenti. Sorot matanya kali ini lebih tenang, membuat waktu terasa melambat. “Tidak perlu takut.”

Perlahan, Gita mengangkat wajah. Tatapan mereka bertemu, lama. Seolah ada sesuatu yang tak terucap, tapi nyata.

Beberapa detik kemudian, David berbalik. “Pulanglah. Malam terlalu dingin.”

Langkahnya menjauh.

Gita berdiri terpaku, hatinya bergetar. Ia tahu, tatapan pertama itu bukan sekadar kebetulan-melainkan tanda, bahwa badai besar mulai mendekat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SELIR HATI   Bab 81 - Perjalanan di Luar Negeri

    Setelah menempuh perjalanan panjang, David dan Ratu Aruna akhirnya tiba di Eropa. Mereka berdua masuk ke area hotel. David dan Ratu Aruna menginap di hotel yang sama."Akhirnya kita bisa pergi berdua ya, Vid," ucap Aruna. David hanya diam tak membalas ucapan Aruna. David menatap keluar tanpa banyak bicara. Matanya kosong.Aruna melilitkan syal di leher. “Kau masih memikirkan istana?” tanyanya pelan, suaranya menggoda.David tidak langsung menjawab. Ia hanya menarik napas, lalu berkata pelan, “Ada banyak hal yang tidak mudah kutinggalkan.”Aruna tersenyum. “Termasuk seseorang?”David menoleh cepat. Ada sesuatu yang sulit diungkapkan di sana, antara rasa bersalah dan kebingungan yang disembunyikan di balik sikap tenang.“Perjalanan ini untuk urusan kerajaan,” jawab David akhirnya. “Jangan memelintirnya jadi hal lain, Aruna.”"Hal lain, apakah kamu berpikir akan ada hal lain?" goda Aruna.Aruna menatapnya lama, seolah mencoba menembus dinding yang David pasang di sekeliling dirinya. “Kau

  • SELIR HATI   Bab 80 - Jarak yang Menjauh

    Kereta kuda yang membawa David dan Aruna perlahan meninggalkan halaman istana. Dari kejauhan, suara roda yang bergesekan dengan tanah terdengar seperti irama yang menyesakkan. Gita berdiri di balkon paviliunnya, hanya bisa menatap punggung Baginda yang makin kecil. Hatinya seperti ditarik paksa, antara ingin menatap lebih lama dan ingin segera memalingkan pandangan.Sari berdiri di belakangnya. “Baginda pasti akan kembali, Nyonya. Jangan terlalu khawatir.”Gita hanya mengangguk. Ia tahu perjalanan itu bukan sekadar urusan kerja. Aruna ikut bersama Baginda, itu saja sudah cukup membuat pikirannya tak tenang.“Kenapa Permaisuri membiarkan Aruna ikut?” gumam Gita lirih.Sari menjawab hati-hati, “Mungkin karena beliau tidak bisa menolak permintaan Baginda.”Gita menatap ke langit yang mulai gelap. Ia tahu alasannya bukan itu. Dias pasti punya rencana lain. Sejak pertengkaran pagi tadi, Gita sadar bahwa amarah Permaisuri belum padam.Sementara itu, di dalam kereta kuda, Aruna duduk bersand

  • SELIR HATI   Bab 79 - Langkah yang Bikin Emosi

    Suasana pagi di istana terasa berbeda. Para pelayan berjalan cepat tapi diam, seolah tahu sesuatu sedang tidak baik-baik saja. Gita berdiri di balkon sisi timur istana, menatap halaman utama yang mulai ramai. Di sana, kereta kerajaan sudah disiapkan. Kuda-kuda putih berjajar rapi, pengawal berbaris dengan wajah tegang. Dan di tengah hiruk pikuk itu, Raja David berdiri di samping Ratu Aruna. Gita menelan ludah. Dadanya terasa sesak. Ia tahu David akan pergi hari ini, tapi tetap saja hatinya belum siap. Bukan karena perginya David… tapi karena siapa yang pergi bersamanya. Sari, dayangnya, mendekat pelan. “Nyonya, mungkin sebaiknya istirahat di kamar saja.” “Tidak perlu, Sari. Aku baik-baik saja,” potong Gita cepat. Dia tak ingin terlihat lemah, apalagi di depan semua mata istana yang sedang menilai siapa yang paling berhak berdiri di sisi Raja. Dari kejauhan, Gita melihat Aruna mengenakan gaun biru lembut, serasi dengan jubah perjalanan David. Mereka tampak cocok. Sakitnya seperti

  • SELIR HATI   Bab 78 - Api yang Tersulut

    Kabar itu datang pagi-pagi sekali. Raja David akan berangkat ke luar negeri bersama Ratu Aruna. Gita mendengarnya dari dayang lain bahkan sebelum Sari sempat bicara apa pun. Sejak itu, dadanya terasa sesak, meski ia sendiri tidak tahu kenapa. Ia duduk di beranda, memandangi halaman istana yang sibuk. Kuda-kuda disiapkan, kereta kerajaan dipoles, dan para pengawal lalu-lalang dengan wajah tegang. Sari datang membawa teh. “Nyonya, apakah kabar keberangkatan Raja itu benar?” Gita menatap cangkir di tangannya. “Kelihatannya iya, Baginda akan ke luar negeri bersama Ratu Aruna. Tapi aku juga tahu nya dari orang lain.” Sari mendengus. “Kalau Permaisuri Dias dengar, pasti beliau kecewa.” Gita terdiam. “Kecewa karena apa, Sar? Karena Baginda pergi bersama Aruna, atau karena semua orang akan membicarakannya?” Sari menunduk, tak berani menatap tuannya. “Mungkin dua-duanya, Nyonya.” Gita memandangi taman kecil di depan paviliun, bunga-bunga yang baru mekar kini tampak layu tertiup

  • SELIR HATI   Bab 77 - Jarak dan Waktu

    Biasanya, Gita bangun pagi dengan aroma kopi yang disiapkan David atau suara langkahnya di ruang tengah. Tapi kali ini, ia hanya mendengar kicau burung dan tirai yang tertiup angin.David tidak ada disampingnya. Hanya secarik kertas di meja kecil:“Ada urusan di luar istana. Jangan khawatir, aku pulang sore.”Tidak ada sapaan hangat, tidak ada tanda tangan kecil yang biasanya David beri di ujung, kebiasaan kecil yang selama ini jadi tanda cinta.Gita menyentuh kertas itu lama sekali.Sepagian ia menghabiskan waktu di ruang kerja, menata ulang buku-buku yang sebenarnya sudah tersusun rapi.Sari sempat datang membawa sarapan, tapi Gita hanya menyentuh sarapan itu sedikit.“Baginda bilang pulang sore, ya, Nyonya?” tanya Sari hati-hati.“Iya,” jawab Gita singkat.Sari mengangguk, lalu beranjak pergi. Tapi sebelum keluar, ia sempat berbalik. “Kadang kalau kita sayang seseorang, kita juga harus kasih dia ruang buat sendiri, Nyonya.”Gita tersenyum. “Aku tahu, Sari. Tapi ruang itu jangan sam

  • SELIR HATI   Bab 76 - Terlihat Tenang

    Sudah tiga hari sejak Gita mengucapkan pertanyaan itu di balkon. Tiga hari pula David belum benar-benar menjawabnya.Setiap kali ia mencoba membuka pembicaraan, David selalu bilang, “Nanti aja, Git. Aku capek banget hari ini.”Awalnya Gita berusaha memaklumi. Ia tahu pekerjaan David tidak mudah, apalagi setelah kunjungan Ratu Aruna membuat jadwal istana semakin padat. Tapi semakin lama, kata “nanti” terasa seperti tembok yang makin tinggi.Pagi itu, Gita membantu Sari merapikan bunga di taman.“Maaf, mata terlihat kayak kurang tidur, Nyonya,” kata Sari pelan sambil memotong batang mawar.“Nggak apa-apa, cuma kepikiran aja," jawab Gita singkat.“Kepikiran soal Baginda ya, Nyonya?”Gita tak menjawab, tapi ekspresinya sudah cukup menjelaskan.Sari meletakkan gunting bunga dan duduk di bangku batu di dekat situ. “Kadang laki-laki itu gitu, Nyonya, bikin kesel. Kalau lagi banyak pikiran, bukannya cerita, malah memilih diam. Tapi bukan berarti dia berubah.”Gita menatap Sari, bibirnya berge

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status