Beranda / Romansa / SELIR HATI / Bab 63 - Jarak

Share

Bab 63 - Jarak

Penulis: lucyta
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-22 18:58:34

Gita terbangun lebih awal dari biasanya, pagi itu.

Udara di kamarnya terasa lembap, mungkin karena hujan yang turun semalaman. Ia menatap langit-langit beberapa detik, mencoba mengingat mimpi yang barusan ia alami. Tapi yang tersisa hanya perasaan sesak, seperti ada sesuatu yang ingin keluar tapi tertahan di dada.

Sari masuk sambil membawa nampan kecil berisi teh jahe. “Pagi, Nyonya. Hujannya baru berhenti. Mau saya bukakan jendela?”

Gita mengangguk pelan. “Boleh, Sari. Udara di sini terlalu pengap.”

Begitu jendela terbuka, aroma tanah basah menyeruak masuk. Suara burung di taman terdengar samar.

Sari memperhatikan wajah tuannya. “Tadi malam Nyonya tidak tidur nyenyak lagi, ya?”

“Kelihatannya begitu,” jawab Gita pelan sambil memegang cangkir.

“Pasti mikirin Baginda ya, Nyonya?” Sari bertanya hati-hati.

Gita tersenyum, tapi tidak menjawab.

Ia berjalan ke meja rias, menatap pantulan dirinya di cermin. Matanya sedikit sembab, tapi bukan karena menangis. Hanya terlalu lelah menahan perasa
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • SELIR HATI   Bab 93 - Kecurigaan Raja David

    Cahaya matahari pagi menembus tirai kamar, menimpa wajah David yang belum sempat memejamkan mata semalaman. Pikirannya masih terjebak pada kejadian semalam, tatapan Aruna, ucapannya, juga sesuatu yang terasa aneh di sudut ruangan kamarnya.Ia duduk di tepi ranjang, menatap meja kerja. Laptop masih terbuka, teh di cangkir sudah dingin. Tapi yang paling mengganggunya adalah rasa tidak tenang yang terus berputar di kepala. Ada sesuatu yang terasa salah.David berdiri, berjalan pelan ke arah rak buku di pojok kamar. Ia memandangi tempat kecil di mana semalam sempat terlihat seberkas cahaya. Tapi pagi ini, benda itu sudah tidak ada. Raknya bersih, bahkan debu pun seolah lenyap.Ia mengerutkan kening, mencoba mengingat detail kecil dari malam itu. “Aku nggak salah lihat,” gumamnya lirih. Tapi kalau memang ada sesuatu di sana, siapa yang mengambilnya?Ketukan di pintu memecah lamunannya.Tok… tok… tok…Suara itu terdengar ceria. “Pagi, David, apakah kamu sudah bangun?" sapa Aruna.David mena

  • SELIR HATI   Bab 92 - Rekaman Malam

    Lampu kamar hotel masih menyala. David duduk di depan meja, menatap layar laptop yang menampilkan laporan hasil pertemuan siang tadi. Matanya lelah, tapi pikirannya jauh lebih penat. Sejak berangkat ke luar negeri bersama Aruna, ia hampir tidak punya waktu untuk bernapas.Pintu kamar tiba-tiba diketuk pelan.Tok… tok… tok…David menghela napas, lalu membuka pintu. Aruna berdiri di depan dengan senyum, rambutnya terurai rapi. Di tangannya ada nampan berisi dua cangkir teh hangat.“Haii... aku pikir kamu butuh sesuatu yang manis supaya tetap fokus,” katanya ringan.David menatap jam. Hampir tengah malam. “Harusnya kamu istirahat, Aruna. Besok kita masih ada pertemuan pagi.”“Aku nggak bisa tidur, Vid,” jawab Aruna sambil melangkah masuk tanpa menunggu izin. Ia meletakkan nampan di meja dan menatap laptop David. “Kamu kerja terus, seolah nggak capek.”“Aku sudah terbiasa,” David menutup sebagian layar laptop, berusaha menjaga jarak. “Aku cuma ingin semua beres sebelum balik.”“Kamu selal

  • SELIR HATI   Bab 91 - Pagi yang Sepi

    Sinar matahari menembus tirai tebal kamar hotel. David duduk di tepi ranjang, menatap kosong ke cangkir kopi yang sudah dingin di tangannya.Aruna baru keluar dari kamar mandi, rambutnya masih basah, mengenakan bathrobe putih yang menggantung longgar di tubuhnya. Tatapannya langsung tertuju pada David yang tampak begitu jauh, entah pikirannya ke mana.“Kenapa diam aja, Yang Mulia?” tanya Aruna pelan, berusaha terdengar santai tapi matanya awas, membaca ekspresi lelaki itu.David tidak langsung menjawab. Ia hanya menghela napas dan berjalan pelan ke arah jendela besar yang memperlihatkan pemandangan kota di luar negeri itu. Jalanan sibuk, tapi di sini... justru terlalu sunyi.“Semalam aku nggak bisa tidur, Aruna,” gumamnya pelan.“Karena mikirin aku ya? Aduhh jadi malu," Aruna tersenyum, mencoba bercanda.David menoleh sebentar, lalu kembali menatap ke luar. “Bukan itu. Karena pikiranku ada di tempat lain.”Aruna tahu maksudnya. Gita. Perempuan yang meski bukan lagi siapa-siapa secara

  • SELIR HATI   Bab 90 - Malam di Hotel

    Hari itu terasa panjang bagi David. Rapat berjam-jam, tatapan Aruna yang terus menempel di pikirannya, dan perasaan bersalah yang tiba-tiba muncul tanpa alasan jelas.Ia memejamkan mata sebentar. Dalam hening, bayangan wajah Gita muncul begitu saja, tenang, lembut, dan jauh dari semua hiruk pikuk politik istana.David menghela napas. “Kenapa kau masih muncul di pikiranku terus, Git,” gumamnya pelan.Ketukan di pintu membuatnya tersadar.David menoleh, suaranya tenang, “Silakan masuk.”Aruna muncul, mengenakan gaun tidur satin berwarna krem dan membawa nampan berisi teh hangat. “Saya pikir Anda belum tidur, Baginda. Saya titipkan teh supaya bisa sedikit rileks.”David memalingkan wajah, menatap jam di meja. “Kau seharusnya istirahat. Kita berangkat pagi besok, Aruna.”Aruna tersenyum. “Saya tahu. Tapi rasanya canggung kalau saya tidur duluan sementara Anda belum. Lagipula, ruangan Anda ini persis di depan kamar saya. Tadi saya lihat lampunya masih menyala.”David menatapnya sekilas. “I

  • SELIR HATI   Bab 89 - Saat Meeting

    Aroma kopi dari lobi hotel masih terasa sampai ke ruang rapat tempat David duduk dengan wajah serius. Beberapa pejabat asing sudah siap mengikuti serangkaian meeting pagi ini, membolak-balik dokumen kerja sama yang harus ditandatangani hari itu.“Aruna belum datang juga?” tanya David tanpa menoleh.Belum sempat ajudannya menjawab, pintu terbuka pelan. Aruna masuk dengan senyum manis dan gaun putih rapi yang mungkin sedikit berlebihan untuk suasana formal.“Maaf, Baginda. Saya datang agak terlambat ke ruang meeting, tapi saya sudah siapkan semua berkasnya,” katanya sambil berjalan mendekat.David hanya menatap sekilas. “Baiklah... kita mulai saja. Agenda kita padat.”Suara David terdengar datar, tapi matanya sempat menatap cepat ke arah Aruna sebelum kembali ke meja.Selama rapat berlangsung, Aruna duduk di sampingnya, menjelaskan beberapa data dengan lancar. Ia tampak profesional, tapi caranya menatap David di sela-sela kalimat terasa terlalu lama.David berusaha untuk tetap fokus, me

  • SELIR HATI   Bab 88 - Antara Dingin dan Hangat

    Pagi di hotel itu terasa dingin. David sudah bangun lebih dulu, duduk di meja sambil menatap layar laptop, tapi pikirannya entah ke mana.Kopi di cangkirnya sudah dingin sejak tadi. Di meja seberang, surat dari Gita masih terlipat rapi, namun David belum sanggup menyimpannya. Setiap kali melihat tulisan tangannya, dada David seperti diremas.Pintu kamar berderit. Aruna masuk dengan rambut setengah basah, hanya mengenakan kimono hotel berwarna putih. Langkahnya pelan, tapi cukup membuat David menoleh.“Pagi, David,” sapa Aruna..David hanya mengangguk. “Pagi.”Ia menatap layar lagi, mencoba fokus. Tapi matanya sempat tertarik ke arah Aruna yang sedang menuang teh.“Apakah tidurmu nyenyak, Vid?” tanya Aruna sambil duduk di kursi seberang.“Lumayan.”“Lumayan, atau tidak sama sekali?” Aruna menatapnya dengan senyum.David tidak menjawab. Ia tahu Aruna pandai membaca perubahan kecil di wajah seseorang.“Aku juga tidak bisa tidur,” ucap Aruna pelan. “Kupikir mungkin udara di sini terlalu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status