Home / Romansa / SELIR HATI / Bab 8 - Pertemuan Malam

Share

Bab 8 - Pertemuan Malam

Author: lucyta
last update Last Updated: 2025-09-18 15:34:50
Langit malam itu pekat, seolah menutup seluruh istana dengan bayangan gelap. Lentera minyak yang berderet di sepanjang koridor hanya mampu memberi cahaya redup, seperti bintang yang berusaha melawan kegelapan. Gita melangkah pelan, ditemani Sari, menuju aula kecil tempat raja memanggil semua selir.

Setiap langkah terasa berat. Bayangan peringatan Permaisuri Dias masih menghantui pikirannya. Namun ia tahu, menolak hadir bukan pilihan.

"Tenanglah, Nyonya," bisik Sari, meski suaranya sendiri terdengar cemas. "Anggap saja ini hanya jamuan."

Gita tersenyum samar. "Di istana ini, tidak ada yang benar-benar hanya jamuan."

Begitu pintu besar aula dibuka, suara lembut gamelan menyambut. Ruangan itu diterangi puluhan lentera gantung. Aroma dupa memenuhi udara, memberikan kesan sakral sekaligus mencekam. Para selir sudah duduk rapi sesuai urutan, jubah mereka berkilauan dalam cahaya lampu.

Gita menunduk sopan, lalu menuju kursinya yang paling belakang. Jubahnya sederhana, biru muda tanpa hia
lucyta

Kabar apa yang akan diterima oleh Gita?

| 2
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • SELIR HATI   Bab 198 - Dias dan Ibunya Sulit Akui Kesalahan

    David berdiri tepat di hadapan Dias. Jarak mereka tak sampai satu langkah, tapi rasanya seperti dipisahkan jurang yang dalam. Tatapan Dias tajam, basah oleh emosi yang tak lagi ia sembunyikan.“Kau benar-benar akan membiarkanku sendirian?” suara Dias bergetar, bukan lemah, tapi penuh tuntutan. “Di saat semua orang menuduhku, di saat ibuku diseret ke masalah ini, kau malah berdiri di sana dan menekanku untuk mengaku?”David menarik napas panjang. Dadanya sesak, tapi kali ini ia tak mundur.“Sayang, aku tidak pernah membiarkanmu sendirian,” katanya tegas. “Tidak pernah, Dias. Dari hari pertama aku menikahimu, aku selalu ada untukmu dan untuk ibumu. Untuk semua yang kau butuhkan.”Dias mendengus, senyum pahit muncul di bibirnya. “Hah itu menurutmu, David. Menurutku, kau sudah lama meninggalkanku.”David menggeleng pelan. “Tidak, aku mencintaimu dari dulu sampai sekarang. Tapi aku lelah, Dias. Aku hanya minta satu hal, jujur. Apa susahnya jujur padaku? Mengakui apa yang memang terjadi?”K

  • SELIR HATI   Bab 197 - Raja Ayah dan Dias

    Raja Ayah menarik napas panjang. Dadanya naik turun, bukan karena marah semata, tapi karena lelah, lelah menghadapi kebenaran yang terus diputarbalikkan.“Cukup,” ucap Raja Ayah. “Kau bertanya apakah sejak awal aku tak pernah percaya padamu, Dias?”Raja Ayah melangkah satu langkah mendekat, menatap Dias lurus tanpa kebencian, hanya kekecewaan yang tertahan.“Dengar baik-baik jawabanku, nak,” katanya tegas. “Aku percaya padamu sejak hari pertama kau menikah dengan David. Aku memilihmu untuk jadi bagian dari istana ini.”Dias terdiam. Alisnya berkerut, seolah tak siap mendengar itu.“Justru saat istriku menolakmu,” lanjut Raja Ayah, suaranya sedikit bergetar namun mantap, “akulah yang berdiri paling depan. Akulah yang memaksa Ratu Ibu menerima kau sebagai menantuku. Aku percaya kau bisa menjadi istri yang baik bagi anakku, David.”David mengangguk pelan. “Itu benar, Dias,” katanya lirih tapi jelas. “Ayah yang meyakinkan Ibu… Ayah yang selalu membelamu, Dias. Ayah percaya dan sayang pada

  • SELIR HATI   Bab 196 - Dias emosi pada Raja Ayah

    Raja Ayah menghela napas panjang sebelum kembali menatap Dias. Tatapannya tajam, namun suaranya berusaha tetap terkendali.“Ayah tidak menyalahkan tanpa dasar, Dias,” ucapnya pelan tapi menekan. “Saksi sudah bicara. Bukti memang sempat hilang, tapi benangnya jelas mengarah ke kalian. Ayah hanya meminta kejujuran sebelum semuanya semakin membesar.”Dias tersenyum miring. Senyum yang tidak sampai ke mata.“Kejujuran?” ulangnya, getir. “Atau pengakuan yang Ayah inginkan supaya selir itu bisa kembali ke istana?”David tersentak. “Dias, tolong!”“Tidak!” potong Dias keras. Ia menatap suaminya sekilas, lalu kembali menghadapi Raja Ayah. “Jangan pura-pura netral, David. Dari tadi kau hanya diam saja, membiarkan Ayahmu menekan aku dan Ibuku seolah kami ini penjahat. Kalau memang kau percaya pada kami, kenapa kau di sini?”Raja Ayah berdiri dari duduknya. Suaranya meninggi untuk pertama kalinya.“Karena ini menyangkut istana, nama keluarga, dan nasib orang-orang kecil yang kalian sakiti! Jang

  • SELIR HATI   Bab 195 - Raja Ayah Meminta Kejujuran Dias dan Ibunya

    Ruang kecil di sisi barat istana itu tertutup rapat. Tirai tebal ditarik, hanya menyisakan cahaya temaram dari lampu. Raja Ayah duduk di kursi kayu, punggungnya tegak meski wajahnya tampak lelah. Di hadapannya, Dias dan Ibunya berdiri. David berada di sisi kanan ruangan, gelisah, sementara para pelayan diperintahkan menjauh dari mereka.“Tidak ada yang perlu didengar orang lain,” tutur Raja Ayah. “Apa yang akan kita bicarakan di sini, hanya untuk kita.”Dias mendengus kecil. Tangannya menyilang di dada, sorot matanya tajam. Ibunya berdiri setengah langkah di depan Dias, sikapnya defensif, dagu terangkat seolah sedang berhadapan dengan musuh.Raja Ayah menghela napas panjang.“Aku memanggil kalian bukan tanpa alasan,” katanya. “Saksi sudah bicara terkait pemalakan padaku dan David. Warga yang selama ini kalian tekan akhirnya berkata jujur. Iuran itu bukan untuk istana. Itu untuk kepentingan pribadi kalian berdua.”David spontan maju selangkah.“Ayah.”Raja Ayah mengangkat tangan, meng

  • SELIR HATI   Bab 194 - Ketika Saksi Berbicara

    Raja Ayah menepuk bahu Gita dengan lembut. Sorot matanya penuh rasa bersalah sekaligus tekad yang jarang terlihat.“Tenanglah, Nak,” ucapnya pelan namun tegas. “Aku tidak akan membiarkanmu diperlakukan seperti ini sama David. Kau tidak sendiri. Aku akan membantumu.”Gita menunduk, air matanya jatuh tanpa suara. Semua tudingan, semua penolakan David, dan semua tawa sinis Dias masih berputar di kepalanya. Ia ingin percaya pada Raja Ayah, tapi hatinya sudah terlalu lelah.“Ayah akan bicara pada David,” lanjut Raja Ayah. “Dia hanya sedang buta oleh perasaan dan kewajiban. Tapi kebenaran... kebenaran tidak akan bisa dikubur selamanya.”Tak menunggu jawaban Gita, Raja Ayah langsung memanggil David. Nada suaranya berubah, tidak memberi ruang penolakan.“Kau harus ikut Ayah sekarang, David. Kita temui saksi yang mengaku dipalak ibu mertuamu.”David terkejut. “Ayah, untuk apa? Semua ini sudah kacau. Aku lelah, Ayah.”“Justru karena sudah kacau, kau tidak boleh lari,” potong Raja Ayah keras. “S

  • SELIR HATI   Bab 193 - Bukti Pembunuhan Hilang

    Sidang darurat itu digelar di aula kecil istana. Ratu Ibu duduk tegak di kursi utama, wajahnya serius, bukan hanya karena duka atas kematian Ibu Sagara, tapi karena keyakinannya bahwa ada tangan licik yang bermain di balik tragedi itu. Gita berdiri di sisi ruangan, jemarinya gemetar. Ia masih mengingat jelas bagaimana ia menemukan aksesori permaisuri Dias di rumah Sagara, bagaimana Ratu Ibu sendiri menyaksikan jejak kaki yang begitu mirip dengan milik Ibu Dias. Bukti itu seharusnya ada di tangannya sekarang. Namun saat Ratu Ibu meminta Gita menyerahkan barang bukti, Gita membeku. “Aksesori itu ada di mana?” tanya Ratu Ibu. Wajah Gita memucat. Ia membuka tasnya, membuka lipatan kain, mencarinya dengan panik. Di dalam tas kosong, tak ada apa pun. “Ampun, Yang Mulia,” suara Gita bergetar. “Tadi… tadi masih ada.” Suasana langsung ricuh. Dias menyandarkan tubuhnya santai, lalu tersenyum. Senyum yang terlalu tenang untuk situasi sepenting ini. Ibu Dias bahkan tak berusaha menye

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status