Home / Romansa / SELIR HATI / Bab 96 - Hasrat dan Akal

Share

Bab 96 - Hasrat dan Akal

Author: lucyta
last update Last Updated: 2025-11-10 23:26:05

Malam semakin larut tetapi Aruna enggan beranjak keluar dari kamar David.

“Sudah larut malam, Aruna,” kata David, mencoba terdengar biasa.

“Aku tahu malam semakin larut, David. Tapi aku tidak bisa tidur. Aku masih ingin di sini dan ingin bicara.”

David memutar bola matanya, setengah kesal, setengah bingung. “Kita sudah bicara banyak siang tadi, Aruna. Sekarang waktunya istirahat. Aku lelah, kau pasti juga lelah?”

Aruna menutup pintu di belakangnya. “Tapi ini bukan tentang pekerjaan, David.”

Suasana menjadi hening.

David menatapnya lama. “Aruna...”

“Kenapa kau selalu menahan diri dariku?” potongnya pelan, matanya menatap lurus ke arah David. “Padahal aku tahu, kau tidak benar-benar bisa menolak kehadiranku.”

Nada suara itu membuat tengkuk David meregang. Ia tahu Aruna bukan sekadar iseng bicara. Ada sesuatu di balik kalimat itu, sesuatu yang mengguncang pikirannya.

“Berhenti bicara seperti itu, Aruna,” katanya pelan tapi tegas.

“Kenapa? Karena kau takut? Takut kalau yang aku katakan be
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • SELIR HATI   Bab 104 - Kepulangan

    David berdiri di depan jendela kamar hotel, menatap kota yang perlahan kehilangan cahaya. Harusnya ia lega, tugas berat sudah selesai, laporan akhir rampung, dan proyek besar yang melelahkan akhirnya tuntas. Tapi anehnya, tidak ada rasa lega sedikit pun di dadanya.Yang ada justru kosong. Seperti ada sesuatu yang tertinggal di antara waktu yang tidak bisa ia sebutkan.Ketika pintu kamar diketuk, Aruna masuk dengan koper di tangan dan senyum ceria di wajahnya. “Kita harus ke bandara, Tuan David. Pesawatnya takkan menunggu.”"Kau tampak bahagia sekali, Aruna?""Hehehe... tentu aku bahagia," jawab Aruna.David hanya menoleh sekilas. “Sudah siap semuanya?”“Sudah. Aku hanya menunggu kau.”Aruna menatapnya lama, seolah mencari sesuatu dalam wajahnya yang murung. Tapi David tidak memberi celah untuk percakapan panjang. Ia mengambil jasnya, mematikan lampu kamar, dan berjalan lebih dulu. Lorong hotel terasa lebih sepi dari biasanya. Di lift, tak ada yang bicara.Aruna menatap David sekilas.

  • SELIR HATI   Bab 103 - Surat yang Membuat Emosi

    Pagi itu, suasana istana terasa berbeda. Sari masuk tergesa membawa sepucuk surat bersegel asing ke paviliun Gita."Nyonya… ini datang barusan. Dari luar negeri," ucapnya lirih, menunduk.Gita menatap amplop itu. Ada sesuatu yang aneh. Dengan ragu, ia membukanya.Seketika wajahnya memucat.Isinya bukan surat resmi. Melainkan selembar foto, Aruna dan David tampak di satu ruangan. Aruna tersenyum lebar, menatap ke arah kamera, sementara David duduk di sampingnya, terlihat lelah tapi dekat, serta foto Aruna dan David tertidur di sofa. Di bawah foto itu, tertulis pesan singkat:“Dia lebih nyaman bersamaku, Gita.”Tangannya gemetar. Surat itu terlepas, jatuh ke lantai. Dadanya sesak. “Baginda… bersama Aruna?” bisiknya.Sari mendekat, ikut melihat isi amplop. Wajahnya berubah pucat. “Astaga, Nyonya, ini... ini jahat sekali.”"Saya yakin itu ulah Aruna, bukan Baginda, Nyonya."Sebelum Gita sempat menjawab, langkah tergesa terdengar dari luar. Suara keras menggelegar memecah udara.“Selir Git

  • SELIR HATI   Bab 102 - Salah

    Setelah terbangun dari tidurnya, David melangkah ke kamar mandi, menatap wajahnya di cermin. Mata sembab, rambut acak, dan bayangan kelelahan yang menumpuk. “Kau sudah gila, David,” gumamnya. "Kau biarkan wanita lain tidur di pundakmu."Ketika ia keluar, Aruna masih duduk di sofa. Perempuan itu tersenyum sambil berkata,“Maaf ya, aku ketiduran di sini."David hanya menangguk, berusaha tidak menatap langsung. “Ya. Aku juga minta maaf atas ketidaksengajaan ini.”Ia mengambil jas yang tergantung di kursi, menyiapkan dasi, pura-pura sibuk.Aruna bangkit, berjalan pelan menuju pintu. “Aku ke kamarku dulu. Kita punya rapat jam sembilan, kan?”David menjawab, “Ya. Kamu bisa lanjutkan istirahat sebentar sebelum memulai pekerjaan pagi ini.”"Wah ternyata Raja David ini selain ganteng perhatian juga, ya!" goda Aruna. Ia pun lantas menutup pintu dan kembali ke kamarnya.Setelah mandi dan berpakaian rapi, David menyiapkan dokumen untuk presentasi terakhir proyek mereka. Tangannya cekatan, tapi pi

  • SELIR HATI   Bab 101 - Rasa yang Berbeda

    Beberapa hari terakhir, suasana istana terasa aneh bagi Gita. Hari-hari yang biasanya diisi kabar rutin dari Baginda kini terasa sunyi. Tidak ada pesan, tidak ada surat, bahkan tidak ada kabar sama sekali. Bahkan Sari pun mulai ikut gelisah, meski berusaha menyembunyikannya.“Nyonya, sudah tiga hari tak ada utusan dari luar negeri,” kata Sari pelan saat menata bunga di vas.Gita berhenti menatap jendela. “Mungkin Baginda sibuk dengan urusan kerja. Aku tidak mau berburuk sangka padanya, Sari.”Sari mengangguk, tapi raut wajahnya jelas tak tenang. “Tetap saja, rasanya aneh, Nyonya. Biasanya Baginda paling tidak mengirim kabar lewat pelayan kepercayaannya.”Gita diam, tapi pikirannya berputar. Ia memang ingin percaya David baik-baik saja, tapi hatinya tidak bisa bohong. Ada rasa gelisah yang menekan dada sejak pagi.Siang itu, Gita akhirnya memberanikan diri menuju kediaman Permaisuri Dias. Ia pikir, mungkin Permaisuri tahu sesuatu.Saat ia tiba, Dias sedang duduk di ruang baca, ditemani

  • SELIR HATI   Bab 100 - Tak Sengaja

    Cahaya pagi menyelinap masuk di sela tirai hotel. David mengerjap pelan. Matanya terasa berat, kepalanya agak pusing, tapi yang paling ia rasakan justru sesuatu yang hangat di pundaknya. Ia diam beberapa detik, mencoba menajamkan pendengaran. Ada suara napas pelan, teratur di sampingnya.Begitu ia menunduk, tubuhnya langsung menegang. Ia tercengang.Aruna.Kepala wanita itu bersandar di pundaknya, rambutnya terurai lembut menutupi sebagian wajah David. Posisi mereka terlalu dekat, bahkan nafas Aruna sedikit terasa di lehernya. David menelan ludah, refleks ingin menjauh, tapi tangannya malah kaku di tempat.Sial. Seharian mereka kerja tanpa berhenti, dan sekarang malah begini.Laptop di meja masih menyala, menampilkan file laporan proyek yang belum selesai. Di sisi meja, ada dua gelas kopi yang sudah kosong, selembar catatan, dan pena yang masih terbuka. Semua menunjukkan kalau mereka benar-benar jatuh tertidur tanpa sempat menyadari.David menarik napas. “Aduh, bisa-bisanya aku ketidu

  • SELIR HATI   Bab 99 - Pekerjaan atau Perasaan

    Sudah beberapa David dan Aruna bekerja di luar negeri. Setiap hari mereka berpindah dari ruang rapat, lokasi proyek, hingga ruang kerja hotel. Hari-hari mereka dipenuhi presentasi, revisi, dan tumpukan dokumen yang seolah tak pernah habis.Namun di antara kesibukan itu, ada sesuatu yang perlahan berubah. Aruna tak lagi sekadar rekan kerja yang cekatan. Ia menjadi seseorang yang selalu hadir di setiap jeda napas David, membuat pria itu sulit memisahkan urusan pekerjaan dari sesuatu yang lebih pribadi.“David,” suara Aruna memecah keheningan malam itu. “Sepertinya kita harus lembur lagi malam ini, kalau mau laporan selesai sebelum rapat besok.”David hanya mengangguk, tanpa banyak bicara. Ia duduk di depan laptop, membuka berkas laporan sementara Aruna duduk di seberangnya, menatapnya dalam. Lampu ruangan hanya tersisa satu, cukup redup untuk membuat suasananya terasa lebih tenang atau justru terlalu tenang.“Aku bantu koreksi bagian hasil evaluasi, ya?” tanya Aruna sambil mendekat ke s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status