Share

Bab 8

Author: Tiyas Tuti
last update Huling Na-update: 2023-12-02 07:29:29

“Halo, Vio!” Seorang wanita menyapa ramah. Dia melihatku yang berdiri di bingkai pintu dengan senyuman hangat. Wanita itu berdiri dari kursi kerjanya, berjalan mendekatiku. Tubuhku masuk ke dalam ruangan, lalu pintu aku tutup.

Mataku melihat-lihat ruangan yang aku masuki. Meja kerja wanita tadi ada di dekat pintu masuk, jadi tidak aneh jika dia sudah ada di sampingku saat ini. Di atas meja kerjanya tertulis nama dan status yang dimiliki wanita itu, dokter Rara. Di tengah ruangan ada sofa dan meja sudut yang menghadap pintu masuk. Kami berjalan bersisian, dokter Rara membimbingku untuk duduk di sofa.

"Masih mengalaminya?" tanyanya.

Dokter Rara duduk dengan anggun di sudut sofa, menatapku teduh. Sepertinya dia ingin memberiku rasa nyaman. Aku mengangguk pelan, duduk di sudut yang lain.

“Bagaimana kabar adikmu?”

Seperti biasa, dokter Rara menanyakan kabar terkini dariku. Aku sudah sering menemui dokter Rara, beberapa kali juga

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • SELUMBARI   Bab 25

    Jam istirahat sudah berbunyi beberapa menit yang lalu, aku di perpustakaan bersama Syla. Minimal seminggu sekali kami berdua pergi ke perpustakaan, update bacaan dan pinjaman buku. Ini sudah waktunya kami ke perpustakaan, dan di sinilah kami berada. Kami mengembalikan buku langsung ke petugas sesampainya di perpustakaan. Kami berpisah mencari bacaan masing-masing setelah mengembalikan buku.Memang benar kemarin aku membeli buku, namun belum aku buka. Aku mengingat dengan jelas hari ini waktunya ke perpustakaan, jadi aku simpan buku yang sudah dibeli untuk dibaca nanti. Buku dari perpustakaan ini yang akan aku baca lebih dulu, setelah tidak ada bacaan aku akan membaca buku baru itu. Aku menuju rak buku fiksi, menelusuri setiap judul dari buku yang ada. Peletakan buku di perpustakaan berdasarkan nama penulis, apa pun genrenya.Aku tidak mengenal penulis bergenre thriller, jadi setiap menemui penulis yang belum aku kenal, aku mengambil buku tersebut dan membaca blurbnya.

  • SELUMBARI   Bab 24

    Hari itu, sinar matahari sangat terik, panasnya menusuk hingga ke tulang. Pengendara sepeda motor banyak yang berteduh di bawah pohon apalagi ketika lampu lalu lintas berwarna merah. Mobil-mobil full AC, mobil yang tidak punya pendingin harus menggunakan kipas angin. Tidak ada pejalan kaki yang mau menanggung panasnya matahari secara langsung. AC di dalam ruangan-ruangan kantor saja hanya berupa angin, tidak terasa dingin–entah karena belum dibersihkan atau cuaca memang sepanas itu.Woosh! Tiba-tiba angin kencang mengembus dari dalam ruangan setelah masuk sebuah gedung. Membuat perbedaan nyata antara di dalam dan di luar ruangan. Walaupun pintu terbuka lebar, suhu panas seperti alergi dengan gedung ini–tidak mau masuk.“Dingin, kak!” Vian tertawa riang, dia berlari ke sebelah kiri ruangan.Aku tersenyum, senang sekali melihat adikku bisa tertawa lepas seperti itu. Begitu banyak hal yang terjadi akhir-akhir ini, sehingga aku jadi kur

  • SELUMBARI   Bab 23

    Jam pelajaran keempat dimulai, aku berada di laboratorium kimia bersama teman-teman satu kelas. Bu guru sudah memberi tahu kami bahwa minggu ini akan ada praktikum di laboratorium. Kami baru saja selesai berolahraga, praktikum bola kasti di lapangan sekolah. Walaupun setengah jam yang lalu masih pada berkeringat, seluruh ruangan lab kimia menguar wangi parfum. Sekolah kami mewajibkan pelajaran olahraga untuk diselesaikan tiga puluh menit lebih awal dari seharusnya agar para siswa dapat beristirahat sebentar dan berganti pakaian setelah berkeringat.Hari ini kami akan melaksanakan praktikum uji nyala api pada unsur alkali dan alkali tanah. Kami dibagi menjadi enam siswa yang ditempatkan pada satu meja. Masing-masing dari enam orang itu akan mencoba satu kristal senyawa tertentu yang akan diuji unsur di dalamnya dengan larutan Hcl melalui warna nyala api yang dihasilkan. Eksperimen seperti ini sangat menyenangkan bagi kami, karena tidak perlu melihat papan tulis, buku, dan mendengarkan g

  • SELUMBARI   Bab 22

    Tik… tik… tik… suara detik jam dinding bergema memenuhi ruangan. Jarum pendek berhenti sejenak di angka 4, sedangkan jarum panjang masih berjalan memutar. Jalanan gelap gulita, kendaraan tidak banyak yang berlalu lalang apalagi lampu jalan juga banyak yang mati. Lampu lalu lintas tidak benar-benar mati walau jarang kendaraan lewat. lampu warna kuningnya berkedip-kedip, meminta pengguna jalan tetap berhati-hati walau jalan nampak sepi. Pasar menjadi satu-satunya tempat yang ramai di jam itu. Kumpulan sawi putih, kol, dan wortel yang dibawa oleh mobil pick up sangat menggugah selera. Warnanya masih begitu tampak segar, membuat siapa pun yang melihatnya ingin segera membawa sayur-sayur itu untuk dibawa pulang lalu dimasak. Walaupun ramai, jam segitu masih belum banyak barang yang dijual di pasar, hanya sayur-sayuran dan beberapa ikan-ikanan.Mesin-mesin pabrik-pabrik masih banyak yang beroperasi, siang dan malam nonstop. Beberapa operatornya terpantau mengangguk-anggukkan kepala selama b

  • SELUMBARI   Bab 21

    Tik! Tik! Tik! Suara jarum jam dinding yang berdenting samar-samar terdengar. Kesiur angin menggerakkan helai rambut perlahan, terasa menggelitik kulit. Aroma minyak kayu putih tipis-tipis menguar masuk ke hidung, mataku sayup-sayup terbuka karenanya. Aku melihat lurus ke depan, ada langit-langit rumah berwarna putih polos. Kakiku tidak memijak apa pun, tanganku merasakan suatu permukaan, sepertinya ini sebuah kasur. Berarti saat ini aku sedang dalam posisi terlentang. Aku langsung mengangkat punggungku hingga posisi terduduk. Mataku menelusuri sekujur tubuhku. Pakaianku tidak berubah, aku masih memakai seragam tadi siang, bahkan sepatuku juga masih menempel di kaki.Sekarang pertanyaannya, aku di mana? Mataku melihat sekeliling. Ada sebuah jendela yang terbuka di sebelah kanan. Tirainya bergerak cepat, seolah-olah angin enggan terjebak di luar. Di pojok ruangan ada lemari besar dari kayu—sepert

  • SELUMBARI   Bab 20

    Bel pulang sudah berbunyi satu jam yang lalu. Sekolah sudah sepi, meninggalkan beberapa siswa yang mengikuti ekstrakurikuler. Hari ini adalah harinya basket. Seluruh lapangan dikuasai oleh pebasket, baik anak laki-laki maupun perempuan. Mereka biasanya tidak memiliki jadwal yang bersamaan, entah kenapa hari ini berbeda. Mungkin saja mereka sedang sharing sesuatu, atau bertanding bersama.Aku masih berada di dalam kelas, bersama dua siswa lainnya yang sedang berkutat dengan buku dan penanya. Salah seorang guru memberikan tugas pada kami karena belum bisa mengajar. Tugasnya harus dikumpulkan hari ini, jadilah kami satu kelas harus menyelesaikan tugas dulu baru bisa pulang. Aku sebenarnya sudah selesai dari tadi—mungkin sekitar satu jam yang lalu, saat masih ada banyak siswa di kelas. Bukan tanpa alasan aku masih di kelas sampai saat ini. Guru yang memberikan tugas memberi amanah langsung kepadaku untuk mengumpulkan buku tugas di mejanya.Syla langsung pergi setelah

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status