Share

107. KEPUTUSAN SENDIRI

Hizkia kembali ke kamar, memutuskan membasuh dirinya untuk mendapat kesegaran fisik. Setelahnya ia kembali ke ruang makan. Di sana Elkana, Ruth, dan Magdalena telah duduk dan bersiap sarapan.

"Ayo sarapan, Nak," sapa Magdalena.

Hizkia mengangguk dan tersenyum ke arah Magdalena. Saat ia melempar senyum pada istrinya, Ruth menyibukkan dirinya dengan menaruh nasi di setiap piring, termasuk milik Hizkia.

"Selamat pagi, anak Papa," sapa Hizkia sembari mencium kepala putranya. "Makan yang banyak ya, Nak. Biar cepet gede," imbuhnya.

"Ya, Papa," balas Elkana sambil tersenyum dan menggoyang-goyang tubuhnya. Hizkia membalas senyuman Elkana.

"Terima kasih," ucap Hizkia saat Ruth menyodorkan piring berisi nasi, lauk pauk, dan sayuran. Rupa Hizkia berbinar, tetapi Ruth hanya berdehem merespon suaminya.

Hizkia cukup senang dengan tanggapan istrinya. Pria itu malah merasa Ruth bertambah cantik dan menggemaskan dengan ekspresi dingin seperti saat ini.

"Nanti pukul berapa Bunda terbang ke Palembang?"
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status