Kisah masa lalu yang begitu pelik. Ruth tidak menyangka keluarga Perkasa Alamsyah melewati gelombang kehidupan yang dahsyat. Ia mengamati wajah Endang yang menceritakan semua kisah itu. Raut sedih Endang begitu kentara, mata sayunya berkaca-kaca.
Bagi Ruth, Endang perempuan yang tegar. Ia harus kehilangan dua orang yang dicintainya dengan jarak waktu tidak begitu lama. Bila Ruth memutuskan mengakhiri pernikahan, bagaimana kisah keluarga ini nantinya? Bagaimana pandangan Endang?
Ruth juga bertanya-tanya dalam hati, mengapa dirinya begitu mudah jatuh cinta pada Hizkia padahal belum setahun pernikahan mereka? Apa jangan-jangan sebenarnya bibit cinta itu telah tumbuh lama? Ruth takut lalu menepis pertanyaan itu. Dirinya tidak berani menjawab sendiri.
Ruth bukanlah orang yang akan berkhianat pada suaminya sendiri. Sesungguhnya itu tidak pernah terjadi. Namun, pesona anak laki-laki Perkasa Alamsyah tidak terelakkan bagi Ruth.
Sewaktu menurunkan tangan dan membuka mata, Hizkia terperanjat di kursinya. Ada Ruth berdiri di sampingnya begitu dekat. Hizkia mencoba memindai keadaan. Ruth terlihat menunduk memandang wajah Hizkia. Netra mereka bertemu.Ruth mau apa!? Jangan membangunkan singa tidur, geram Hizkia dalam hati."Tubuh kamu butuh istirahat, jangan dipaksakan," saran Ruth dengan lembut.Ruth menarik lengan suaminya dari kursi kerjanya. Faktanya Hizkia memang begitu lelah dan butuh istirahat. Hizkia terdiam menuruti tarikan istrinya keluar dari ruang kerja, berjalan menuju kamar mereka. Hizkia seperti terhipnotis oleh Ruth. Matanya fokus hanya pada Ruth.Ruth tampak biasa saja. Sesampai di kamar, perempuan itu naik ke atas ranjang. Pegangan pada Hizkia telah diurai. Hizkia membeku masih menatap istrinya, imajinasinya melanglang buana.Hizkia berjalan mendekat, nalurinya menuntun mendekati Rut. Lupa
Ruth mengantarkan makan siang ke kantor suaminya. Saat ia masuk ruangan Hizkia, pria itu tengah sendiri sibuk dengan pekerjaan kantornya. Perempuan bernama Naomi yang kerap berkunjung, tidak bersama Hizkia saat ini.Rencananya, Ruth akan memulai strategi dengan mencari tahu profil Naomi dari sekretaris suaminya, Melina.Hizkia mengajak Ruth untuk makan siang bersama, tetapi Ruth menolak dan mengatakan ada keperluan dengan Melina. Hizkia sedikit heran lalu menanyakan urusan apa Ruth dengan Melina."Makan dengan Melina? Kepentingan apa?" tanya Hizkia membereskan berkas di meja kerjanya."Melina pernah menawarkan padaku produk skin care beberapa bulan lalu. Kebetulan skin care ku habis, daripada beli dari orang lain mendingan Melina 'kan?""Oh... dia ada kerja sampingan?" tanya Hizkia tanpa rasa curiga."Iya, tapi tidak mengganggu pekerjaannya sebagai sekr
Hizkia spontan berdiri dari kursi kerjanya. Naomi bergeser menjauhi Hizkia, tetapi tiba-tiba entah bagaimana Naomi malahan tersandung kaki meja. Spontan Hizkia bergerak menahan Naomi agar tidak jatuh mengenai lantai.Saat Naomi dibantu, perempuan itu mengecup bibir Hizkia. Semua proses diamati oleh Ruth yang berdiri membatu. Namun, Hizkia merasa kejadian itu suatu ketidaksengajaan karena Naomi berbalik dan peristiwanya berlalu singkat.Ruth menutup matanya sejenak, nafasnya menderu, dan tangannya mengepal. Ada emosi marah menggelegak melihat pasangan itu kini terlihat salah tingkah."Maaf Kia. Aku tidak sengaja," ucap Naomi dengan sikap tubuh malu-malu, seperti merasa bersalah."Iya tidak apa-apa. Tidak ada yang sakit 'kan?" Hizkia mengamati Naomi, tampak mencemaskan kekasihnya. Keduanya seolah-olah lupa keberadaan Ruth bersama mereka.Kilat emosi di wajah Ruth begitu kenta
"Pernikahan ini tidak punya masa depan, sebaiknya... kita berpisah..." Dengan lemah Ruth mengatakannya. Ia segera mengambil tasnya di sofa lalu memakai kacamata hitam, kemudian mengambil langkah tergesa keluar dari ruangan kerja Hizkia.Pria itu dapat melihat luka memar memerah akibat terbentur meja kecil di tangan kiri istrinya. Seketika hatinya diselimuti rasa bersalah."Ruth..." panggilnya, tidak lagi ada sahutan melainkan pintu telah tertutup rapi.Hizkia menghela nafas dalam, mulai memindai keadaan yang sedang tidak baik. Pria itu mengacak-acak rambut belakang dengan geram sambil berjalan mondar-mandir.Ruth pergi, menangis dengan raut tersakiti. Hizkia tidak bisa membiarkan istrinya pulang dengan kondisi kacau seperti tadi, hanya akan jadi pertanyaan oleh Endang.Hizkia segera menghubungi Danu untuk meminta kunci mobilnya. Mereka bertemu di lobi perk
Ruth tiba di rumah sekira pukul delapan belas. Elkana yang telah mandi dan bersiap makan malam menyambutnya di ruang tamu.Ruth tersenyum pada anaknya yang berjalan ceria ke arahnya. Ruth memeluk Elkana penuh makna seolah-olah mereka telah berpisah lama.Elkanalah yang selalu menghiburnya di kala susah dan senang. Ruth menciumi wajah anak tunggalnya itu hingga Elkana cekikikan kegelian."Mama El... sudah pulang, Nak?" Endang tiba di ruang tamu kemudian menyapa, puas dirinya telah melihat menantunya pulang dengan kondisi yang baik."Iya, Ma," ujar Ruth pendek."Ayo, bersihkan diri dulu, lalu kita makan malam." Endang tidak menanyakan banyak hal, ia menjaga ketenangan hati Ruth yang baru saja pulang. Sebagai perempuan, Endang tahu benar Ruth sedang ada masalah, terlihat dari tatapan sayu Ruth.Entah masalah apa yang terjadi pada menantu dan anaknya.
"Mama El..." sapanya. Hizkia mengamati mata istrinya sembab dengan sisa air mata di pipi. Dilihatnya pula baskom berisi air dan serbet di tangan Ruth.Ruth mengabaikan sapaan Hizkia, ia menuju ke kamar kecil. Sambil duduk di depan cermin kamar kecil, Ruth mengompres tangan kirinya. Sakitnya tidak terasa lagi sebab tertutupi dengan rasa sakit di hati Ruth.Berulang kali ia mencelupkan serbet ke air lalu memerasnya dan menaruh di tangannya yang memar."Masih sakit?" tanya Hizkia di belakang tubuh Ruth. Pria itu memerhatikan sedari tadi tindakan Ruth mengobati tangannya yang memar. Pintu tidak tertutup sehingga Hizkia bisa masuk.Ruth melirik sebentar, dirinya lupa mengunci pintu. Kini merasa risih berada dekat Hizkia. Suara itu terkesan khawatir, tetapi setelah kejadian tadi di kantor, saat ini terdengar seperti ejekan bagi Ruth."Senang?" Cemooh Ruth tanpa menatap teman bica
Hizkia tidak begitu fokus dengan pekerjaan di kantornya. Segala laporan hanya dibaca sekilas, lalu ditandatangani. Syukur saja hari ini tidak ada agenda rapat sehingga ia hanya akan menghabiskan waktu di dalam ruang kerjanya.Hizkia meminta pada Melina untuk menolak tamu dadakan yang ingin bertemu dengannya.Fokusnya pecah dengan persoalan yang kini membelit hubungannya dengan Ruth. Perempuan itu bahkan tidak menemui dirinya saat akan ke kantor. Ia juga menilai tidak ada rasa segan Ruth pada Endang. Namun, ia menyadari penyebabnya adalah kejadian di kantor kemarin.Siang hari, makan siang Hizkia diantar oleh Melina. Bukan Ruth yang datang ke ruangan."Siapa tadi yang mengantar ini, Mel?" tanya Hizkia."Ojek online, Pak," jawab Melina.Melina izin keluar. Hizkia menatap nanar makan siang di meja kerjanya. Ia tidak yakin yang mengemas makan siang in
Ruth kembali duduk sesaat setelah Hizkia keluar lalu menutup pintu. Air matanya kembali berderai sewaktu ia menutup mata sembari meraup udara segar. Terdengar nafasnya bergetar. Hizkia tidak ingin berpisah. Itulah kesimpulan dari komunikasi mereka. Pria itu akan mengikat Ruth dalam perkawinan yang membuat mentalnya jatuh. Tidakkah Hizkia memiliki simpati sedikit pada dirinya? Ruth merasa kewalahan dengan respon hati dan tubuhnya. Suara-suara 'perpisahan' begitu kencang menggodanya, tetapi suara 'pertahankan' kecil terdengar hanya saja begitu sendu. Pada suara yang mana Ruth harus memberi perhatian lalu mengikutinya? Meskipun kata maaf telah terlontar dari Hizkia, akan tetapi pasti saja hubungan dengan Naomi terus terjalin disebabkan kerja sama perusahaan. Ruth berusaha menghentikan tangisnya dengan menghirup udara sebanyak-banyaknya, menahannya sejenak, lalu dilepaskan kembali ke udara. Hizkia yang masih menggunakan pakaian kantor, tengah berd